Desahan ibu sambung Bab 10 POV Satria Namaku Satria Wibawa, perawakan tinggi dengan warna kulit putih berseri. Bukan salahku karena Tuhan menganugerahi wajah rupawan nan tampan ini. Ditambah beberapa usahaku juga maju dan juga berkembang. Tidak sedikit wanita yang tergila-gila denganku. Apalagi jika mereka diiming-imingi uang maupun perhiasan. Tania Baskoro, wanita yang memiliki wajah cantik nan menggemaskan. Adalah calon istri dan juga calon Ibu untuk anak-anakku nanti. "Sat, anaknya kamu embat, ibunya juga. Nanti kalau Tania tahu bagaimana?" tanya wanita yang berdandan menor itu. Ya dia memang ibuku, ibu kandungku. "Gampang itu, Ma. Bisa diatur, Mama kan tahu sendiri Tania itu mudah dibohongi. Lagian selama ini dia tidak menaruh curiga sama Satria. Satria ini baik dan juga bertanggung jawab di matanya. Jadi mama nggak perlu terlalu khawatir lah," tuturku panjang lebar. "Jangan lupa, kalau dia sudah percaya sama kamu. Mama boleh dong minta mobil sama Ayahnya Tania. Lagian pu
Desahan Ibu sambungBab 11"Tan, ada beberapa pengiriman barang-barang hari ini. Ada kain dan juga perlengkapan jahit yang stoknya udah menipis.""Iya, aku tahu. Jangan khawatir semuanya aman terkendali," ucapku sembari menatap layar laptop. Gaun maupun kebaya pengantin yang ada di butikku. Memang hasil dari karya-karyaku sendiri dan juga beberapa teman. Yang pasti mereka menjahit langsung di sini. Ada tempat khusus untuk menjahit, itu letaknya di gedung bagian belakang. Sedangkan gudang yang digunakan untuk meletakan beberapa barang juga ada di gedung bagian belakang. Usaha kecil-kecilan ini aku bangun dengan kerja keras bersama Karin dan juga teman lainnya."Btw, Tan. Sebenarnya ada yang pengen aku bicarakan deh sama kamu. Tapi jujur ya kamu nggak boleh marah dulu?""Iya, mau bicara apa sih? Lagian kenapa juga aku marah sama kamu?""Bukan begitu, tapi kan ini menyangkut Ayah kamu.""What? Ayah? Ada apa dengan Ayah? Selama ini kami baik-baik saja. Memang sih kadang kalau masalah Alma
Desahan ibu sambungBab 12"Saya butuh uang.""Terus apa hubungannya dengan saya?" tanyaku dengan tatapan tajam. Tak akan aku alihkan pandanganku sedetik saja dari wanita ini."Berapa?" Aku kembali bertanya karena cukup lama wanita itu tidak menjawab pertanyaanku."Seratus juta," jawabnya penuh keyakinan. Yakin bahwa aku akan meminjamkan uang sebanyak itu. "What? Sebanyak itu?""Banyak? Uang itu tidak seberapa, dibanding harga mobil yang Ayah kamu jual per unitnya. Berapa unit yang dia punya di showroom?" "Lantas kenapa kamu tidak meminta uang dengan dia?!" Nada bicaraku sedikit meninggi. Benar saja, jika dia tahu Ayah memiliki uang banyak. Kenapa dia tidak meminta padanya. Apakah ini ada hubungannya sikap Ayah yang berubah dingin pada wanita ini.TulingSatu pesan diterima. Mataku kini beralih pada benda pipih yang ada di meja. Sedangkan Alma terlihat mencebik dan sesekali melirik ke arahku."Uangku sudah habis, pernikahanku sebentar lagi. Kamu tahu jika aku butuh uang banyak untuk
CINTA IBU SAMBUNGBAB 13Pov Tania"Kamu tidak boleh terus seperti ini! Kamu harus kuat, kamu harus bangkit," ucap lelaki itu yang tengah duduk di sisi ranjang. Aku memberingsut, membenahi posisi tidur. "Satria-""Cukup, Yah. Kita nggak perlu bahas dia lagi," pintaku dengan menatap manik matanya.Ayah hanya terlihat mengangguk. Lalu pergi meninggalkanku kembali sendiri. Hingga tidak terasa bulir-bulir air bening itu jatuh membasahi bantal.Aku meremas sprei dan menangis dalam kesendirian. Entah mengapa aku merasakan sakit yang luar biasa. Meskipun aku pernah berkata aku baik-baik saja. Namun tidak berlaku dengan hatiku, hatiku hancur. Kecewa dan juga sakit."Mas, aku bisa jelaskan semuanya. Aku bisa jelaskan siapa Dedy itu, Mas." Terdengar teriakan suara wanita dari luar kamarku. Aku tahu itu pasti Alma. Ibu sambungku yang berhasil menoreh luka cukup dalam. Aku masih berbaik hati, tidak mengatakan semuanya pada Ayah. Hingga ujungnya aku mendengar pertengkaran antara Ayah dan juga Al
DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 14Tania diam dengan perasaan campur aduk. Bagaimana tidak, Anton selama ini tidak pernah bicara apa-apa mengenai janjinya pada wanita yang kini tengah duduk menikmati makanan yang sudah tersaji di meja."Silahkan diminum, Nyonya." Juminten meletakan dua gelas minuman teh di meja. Untuk Alma dan juga Sukma. Sukma yang telah lebih dulu duduk, langsung meminum teh yang sudah dihidangkan. Mencomot pisang goreng dan beberapa gorengan lainnya. Sukma memang selalu mengatakan bahwa dia seorang yang kaya raya. Namun jika sudah kaya, kenapa masih mengincar warisan mendiang kakaknya. Bukankah Anton dan juga Tania jauh lebih berhak. Di akan mendapatkan warisan tersebut jika Anton dan mendiang Melani tidak memiliki anak. Meskipun jika memberikan sebagian pada Sukma bukanlah suatu kesalahan. Ah, manusia memang tempatnya serakah dan juga iri dengki jika melihat orang lain lebih dari dirinya. Meskipun itu saudara sedarah. Benar bukan?Sedangkan Alma kini ikut menjatuhkan b
DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 15"Mama ikut, mama juga mau membantu!""Memangnya Mama bisa bantu apa?" tanya Satria dengan menaikan nada bicara satu oktaf.****"Mama bisa bantu meyakinkan Lidia, untuk menjadikanmu suami yang baik." "Maksud Mama? Aku akan menikah dengan Lidia begitu? Kalau aku menikah secepat itu bagaimana dengan omongan orang-orang. Mereka pasti mikir yang enggak-enggak soal Satria!"Astaga, bukannya memang benar adanya. Jika Satria memang bukan lelaki baik-baik."Iya juga ya." Mia kini kembali berpikir. "Pokoknya, Mama ikut." Mia kembali berteriak kemudian berjalan dengan cepat, mengikuti Satria yang sudah berjalan terlebih dahulu menuju mobil. Satria memang sosok lelaki yang haus akan kekayaan. Dia akan melakukan berbagai macam cara untuk membuat setiap usahanya berjalan lancar. Contohnya Lidia, dia tidak segan-segan merayu wanita itu. Agar dia bisa mendapatkan perlindungan dari Ayah Lidia, yang notabenenya seorang aparatur negara.Tania pun begitu adanya. Dia mendekat
DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 16Tania mengerjapkan kedua matanya. Melihat sekeliling ruangan lalu tersenyum. Dia menghirup oksigen di pagi hari sebanyak-banyaknya lalu membuangnya perlahan."Alhamdulilah, terima kasih ya Allah, Engkau masih memberikan nikmat sehat dan juga umur di pagi ini," ucap Tania dengan menangkupkan kedua tangannya ke wajah. Tania bergegas pergi ke kamar mandi. Membersihkan diri lalu mengambil air wudhu untuk menunaikan kewajibannya. Meskipun Tania belum menutup rambutnya dengan hijab, namun wanita itu tidak pernah meninggalkan sholat, bersedekah dan juga sering kali mengaji. Hanya saja Tania butuh keberanian untuk melakukan perubahan besar itu.Sudah cukup lama, dia tidak bertemu maupun berbicara dengan Satria. Sekitar sebulan lebih, Tania pernah mendengar kabar bahwa Satria bangkrut. Dia harus menutup semua restorannya dan juga penginapan yang dimiliki. Karma? Apakah ini karma? Mengkhianati Tania demi sebuah kepuasan duniawi? Tapi sayang sepertinya Tuhan jauh lebi
DESAHAN IBU SAMBUNGBAB 17"Nyonya Alma?" sapa Juminten ketika melihat wanita itu tengah berdiri diambang pintu. Bukan karena dia Alma, tapi penampilan Alma yang jauh berbeda membuat Juminten terkejut bukan main. Pakaian yang minim dan juga ketat. Kini berubah menjadi gamis yang menjuntai, ditambah hijab syar'i memberi kesan anggun bagi pemakainya."Mbok," ucap Alma berkali-kali. Membuat Juminten terkejut."I-iya, Nyonya.""Bapak ada?" tanya Alma dengan sopan. Entah mengapa ada yang berbeda dari wanita ini. Apakah dia benar-benar berubah atau hanya bersandiwara. Karena hampir sebulan lebih wanita ini tidak tinggal di rumah ini. Terakhir datang ke rumah itu, beberapa hari yang lalu. Namun pakaiannya belum seperti ini. Ada apa dengan Alma? Apakah dia sudah benar-benar bertaubat, apa justru ada maksud lain dari caranya berpakaian. "Tidak ada, Nyonya. Baru saja pergi sama Mbak Tania.""Ya, sudah. Saya permisi dulu!""Wah … wah, ada yang berubah?" Tiba-tiba terdengar suara cempreng yang k