Share

NIKMAT SESAAT (POV. ELA)

Penulis: Putri putri
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-24 11:11:43

POV. ELA

Terlahir sebagai anak kedua membuatku banjir kasih sayang. Bapak, Ibu juga Mbak Vera sangat perhatian denganku bahkan cenderung memanjakan.

Sedikit pun tak terlintas dalam pikiran jika aku akan menjadi istri dari calon suami kakakku sendiri. Semua berawal saat aku kelas 3 SMP.

Waktu itu Mbak Vera pulang bersama laki-laki yang dia kenalkan sebagai kekasihnya. Jujur, aku tertarik padanya karena menurutku dia lebih keren ketimbang teman-temanku. Namun aku berusaha membendung rasa itu karena sadar ini tak baik.

Meski Mbak Vera merantau, Mas Rizal sering berkunjung ke rumah. Kadang mengobrol dengan Ibu dan Bapak, kadang juga aku yang menemaninya.

Lambat laun, kami semakin akrab. Tak jarang dia mengajakku jalan. Dan yang membuatku senang, Mas Rizal sering memberiku oleh-oleh, kadang juga memberi uang jajan.

Diam-diam kami menjalin asmara terlarang. Kami bersikap biasa jika ada Bapak dan Ibu, tapi berubah romantis saat mereka tak ada. Saking romantisnya sampai-sampai kami terjeb
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
dusta pezina ,slamat vera tidak jdi sama rizal pengngguran dan penipu dpt laki "yang lebih baik
goodnovel comment avatar
Prapto Vera
katanya dulu pas vera pulang, ela belom ngapain² sma rizal, rela ngembaliin rizal buat vera. dih, mulutnya manis bener dah kek gula² kapas.hufh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   TERTIPU (POV ELA)

    **** “La, apa kamu sudah menelepon kakakmu?” tanya Ibu saat kami sedang berkumpul di depan TV. “Sudah, tapi dari kemarin nomornya tak bisa dihubungi,” jawabku. “Coba kamu hubungi lagi. Kami ingin tahu apa dia jadi pulang bulan ini,” perintah Bapak. Aku menurut. Beranjak ke dalam lalu segera kembali dengan ponsel di tangan. Gegas aku menghubungi Mbak Vera, tapi tak tersambung. “Nomornya enggak aktif, Pak!” ujarku setelah berkali-kali gagal menghubungi Mbak Vera. “Ya sudah besok saja kamu telepon lagi,” sahut Bapak. “Nanti kalau Vera pulang kita harus bagaimana, Pak?” tanya Ibu dengan wajah sedih. Kami semua diam. Hanya saling tatap karena tak tahu harus menjawab apa. Jika jujur, tentu Mbak Vera akan sangat marah. Dan aku tak mau kalau dia berhenti mengirim uang untukku. Panik, aku kembali menatap Bapak yang tampak berpikir keras. “Begini saja. Kalian pura-pura saja baru menikah karena terpaksa. Bilang kalau Ibunya Rizal sakit dan memaksa Rizal menikah sebelum dia meninggal,

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-25
  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   KABUR

    Entah kenapa jantung ini berdetak lebih kencang saat mengingat seminggu lagi hari pernikahan tiba. Kadang gelisah tanpa sebab, kadang juga rindu yang teramat menggebu. Beginikah rasanya menjadi calon pengantin?Dua minggu tinggal bersama Bu Lili, aku semakin akrab dengannya. Makan, jalan, bahkan tidur pun kadang satu ranjang. Di sini aku menyimpulkan bahwa tak semua Ibu tiri jahat. “Ve... sudah siap belum?” teriak Bu Lili dari luar kamar. “Iya, Bu... sebentar,” sahutku. Hari ini kami akan ke rumah Ibu mengantar undangan. Sebenarnya aku malas ke sana, tapi karena Bu Lili terus memaksa, aku tak kuasa menolak. Durhaka katanya jika aku tak sowan Ibu sebelum menikah padahal dekat. Di depan cermin, aku mematut diri sejenak. Setelah itu langsung menyambar sling bag, Mengambil dua buah undangan lalu segera keluar kamar. “Yuk!” ajaknya. Kami berjalan beriringan keluar rumah. Setelah mengunci pintu, dengan mengendarai sepeda motor kami segera meluncur. Tak butuh waktu lama, kami sampai d

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   BAHAGIA

    “Saya terima nikah dan kawinnya Vera Yunita Sari bin Herman untuk saya dengan mas kawin seperangkat alat salat dibayar tunai!” “Sah!” Dengan satu tarikan nafas Mas Farhan lantang mengucap ijab kabul. Suasana hening sesaat lalu berganti riuh tepuk tangan para tamu undangan. Aku mencium takdim punggung tangan Mas Farhan-lelaki yang baru saja sah menjadi suamiku. Tak bisa dipungkiri bahwa Alloh maha membolak-balikkan hati. Contohnya aku sendiri. Lima tahun menjalin asmara dengan Rizal, kandas karena pengkhianatan dan dalam waktu singkat rasa itu pindah ke lain hati. “Selamat ya! Semoga menjadi keluarga yang samawa!” “Semoga cepat dapat momongan ya!” “Kalian berdua memang pasangan yang serasi!” Duduk di pelaminan, ucapan selamat dari para tamu undangan membanjiri. Pujian, sanjungan, dan segenap doa sesekali terucap dari sanak saudara dan sahabat. Dalam hati aku mengucap syukur karena pada akhirnya aku menemukan lelaki yang tepat untuk kujadikan imam. Waktu semakin beranjak siang

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-27
  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   KARMA

    Pagi. Aku menyambutnya dengan segudang kebahagiaan. Impian untuk bisa bersatu dengan Mas Farhan dalam ikatan yang halal telah terwujud. Dan sekarang, aku menjalani hari pertama sebagai seorang istri. “Mas! Ibu sudah menunggu kita buat sarapan!” ucapku memanggil Mas Farhan yang sedang memainkan ponsel di kamar. “Iya.” Mas Farhan bangkit, meletakkan ponsel di atas ranjang kemudian kami berjalan beriringan. Sampai di meja makan, rupanya Linda juga sudah ada di sini. Aku menarik kursi kemudian duduk berjajar dengan Mas Farhan. Ini kali pertama kami makan bersama sebagai sebuah keluarga. Linda sesekali berdehem memainkan alis membuatku salah tingkah. Teman akrab sekarang telah menjadi adik ipar. “Bu, habis ini kami mau ke rumah Ibunya Vera ya! Kemarin mereka enggak datang, takut ada apa-apa,” pamit Mas Farhan di sela makan. “Iya. Tapi jangan ngebut ya! Kamu pasti masih capek kan?” Ibu mengerlingkan mata menggoda kami. Tersipu malu, aku menundukkan wajah. Apa begini rasanya jadi pen

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-28
  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   DITAGIH

    “Bagaimana ini, Mas?” tanyaku setelah Bu Erna pergi. Sempat terpikir untuk memikul beban ini sendiri, tapi karena sudah bersuami, tak benar jika aku mengambil keputusan tanpa melibatkan Mas Farhan. “Kita ajak Ibumu tinggal bersama kita saja! Aku yakin Linda dan Ibu mau mengerti,” usul Mas Farhan. Membawa Ibu tinggal di rumah mertua bukan suatu keputusan yang tepat apalagi dengan keadaan yang seperti itu. Bukan tak mungkin hanya akan mengganggu ketenangan mereka saja!Awalnya mungkin mereka akan menerima karena segan, tapi bisa saja ke depannya akan menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja dan menghancurkan rumah tangga kami. “Kenapa kita tidak tinggal di sini saja, Mas? Aku bisa merawat Ibu tanpa harus membebani orang lain,” tanyaku. “Loh, bukannya kamu sendiri yang bilang kalau rumah ini milik bapak kamu? Bagaimana kalau dia tiba-tiba datang bersama selingkuhannya? Apa Ibu tidak semakin depresi?” tanya Mas Farhan balik. Benar. Aku yakin salah satu penyebab sakitnya Ibu ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-29
  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   PENGAKUAN RIZAL

    “Hey... kok malah melamun? Jadi pulang dulu enggak?” tanya Mas Farhan sembari memainkan tangan di depan wajahku. “Sepertinya kita harus mencari Rizal dulu, Mas! Dia yang sudah membawa kabur uang Ibu. Dia harus bertanggung jawab!” “Tapi mau cari ke mana?” tanyanya bingung. “Kita ke rumahnya saja, Mas! Barangkali dia ada di rumah,” sahutku. “Masa iya habis bawa kabur uang orang diam di rumah. Palingan sudah hilang entah ke mana,” papar Mas Farhan. “Ya siapa tahu, Mas!” jawabku. Entah kenapa aku punya keyakinan kalau Rizal masih ada di daerah ini. Mungkin karena selama dekat dengannya, dia sama sekali tak pernah merantau ke mana pun. Tiap hari hanya asyik keluyuran bersama teman-temannya. “Ya sudah, kita ke sana sekarang! Nanti kalau enggak ketemu, kita langsung pulang!” ajaknya. Kami pun segera bertandang mencari Rizal ke rumahnya. Karen Mas Farhan enggak tahu alamatnya, aku yang menjadi penunjuk jalan. Tak sampai setengah jam, kami telah sampai di rumah Rizal. Kami langsung tu

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   IZIN

    “Apa kalian sudah mantap tinggal di sana?” tanya Ibu mertua saat Mas Farhan minta izin. Aku meraih gelas di depanku, meneguk isinya hingga tandas lalu meletakkan kembali di tempat semula. “Ya mau bagaimana lagi, Bu, keadaan Ibuku seperti itu.” Ada sebuah kekhawatiran yang menyelinap di dalam dada. Takut Ibu mertua tak mengizinkan kami tinggal di sana apalagi mereka semua sudah tahu jika rumah itu milik Bapak tiriku. “Ya sudah... terserah kalian saja yang penting kalian rukun. Tapi malam ini kalian nginep di sini dulu ya,” harap Ibu mertua. Aku menarik nafas lega setelah apa yang kudengar. Dengan legawa Ibu merelakan anak laki-lakinya tinggal bersama mertua yang depresi. “Iya, Bu!” sahut kami serempak. Setelah itu kami lanjut menikmati makan malam sembari mengobrol. Aku sangat bersyukur memiliki keluarga baru yang harmonis, berbanding terbalik dengan keluargaku. “Nanti malam kamu tidur sama aku ya, Mbak,” ucap Linda sembari menikmati makanannya. “Hush! Kakakmu lagi romantis-rom

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-31
  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   PERTENGKARAN

    “Kamu di sini, Ve?” sapa Bapak. “Dari mana saja, Pak? Kenapa meninggalkan Ibu dalam keadaan seperti itu?” Aku memasang wajah ketus. “Ada kepentingan,” jawab Bapak lalu menyelonong masuk ke dalam. Aku mengikutinya sampai ke kamar. Bapak terkejut melihat keadaan Ibu yang duduk di sudut ruangan dengan tangan memeluk lutut. “Ibu kenapa, Ve?” tanya Bapak. “Ini gara-gara Bapak! Ibu depresi karena ditagih hutang dan Bapak justru main perempuan!” seruku. Bapak mengalihkan pandangan, menatapku tajam seolah tak terima dengan ucapanku. Sulu, aku selalu menunduk jika melihat Bapak semarah ini, tapi tidak kali ini. “Yang sopan kamu bicaranya!” bentaknya. “Aku hanya bisa sopan pada orang yang punya akhlak! Bapak sudah keterlaluan!” makiku. “Diam kamu!” hardiknya. Sedikit panik, tapi dengan cepat aku menguasai pikiran. “Kamu yang diam!” Aku balas menghardik, “Sebagai seorang suami seharusnya Bapak memikirkan kebutuhan hidup keluarga ini. Bukannya malah main perempuan dan membebankan hutan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-01

Bab terbaru

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   bahagia

    ****Menjelang siang aku dan Mas Farhan bertandang ke rumah Ibu.Sekalian saja menemui Ela sebab beberapa hari ini kami tak bertemu.Kami menghentikan mobil di halaman yang lumayan luas. Rumahdi hadapanku penampakannya masih sama persis dengan saat pertama kali datang.Di sinilah aku mulai tahu sejatinya diriku.Melangkah mendekati pintu, aku berteriak mengucap salam lalumemanggil Ela-adikku. Tak lama, sosok yang kusebut namanya menyembul dari balikpintu, memamerkan senyum khasnya.“Kamu sudah sehat, Mbak? Maaf belum sempat menjenguk,”ucapnya lalu mengajak kami masuk.Enggak apa-apa! Lagian aku juga sudah sehat kok! Buktinyasampai di sini.” Aku membalas dengan senyuman, lalu mengekori langkahnya dankami bertiga duduk di kursi tamu.“Ibu mana, La? Aku ingin ketemu,” tanyaku sesaat kemudian.“Bentar, Mbak!”Perempuan yang perutnya mulai buncit itu melangkah masuk danlekas kembali bersama Ibu. Aku langsung bangkit meraih tangan Ibu dan menciumtakdim.Meski selama ini Ibu sering berlaku tak

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   minta izin

    “Ve, kita balik ke rumah saja yuk! Aku enggak nyaman tinggalserumah sama Hana. Takut kalau dia menghasut lagi,” ajak Mas Farhan saat kamisedang berdua.“Iya juga sih, tapi bagaimana dengan tanggung jawab kitapada Bu Lili? Kalau dia yang ngurus semua usaha, takutnya malah sakit lagi.Kasihan,” sahutku penuh kekhawatiran.“Kita bayar orang saja. Kita hanya sesekali saja mengontrol.Sebulan sekali misal, kita bisa ke sini sekalian jenguk keluarga,” usulnyakemudian.Diam, aku mencoba menimbang usulan Mas Farhan. Sepertinyaini ide bagus. Kami bebas ke mana pun, sedangkan usaha tetap jalan.“Tapi siapa, Mas? Jaman sekarang susah cari orang yangbenar-benar bisa dipercaya,”Kami berdua saling tatap, bingung menentukan siapa yang kamipercaya. Hana jelas tidak mungkin. Meski dia keponakan Tante Lili, tetap sajaaku tak percaya, apalagi Hana sempat ingin menguasai harta Bu Lili.Rizal, lelaki itu juga enggak mungkin. Bisa-bisa tokobangkrut lantaran jarang buka. Lagian, dia selama ini dia juga jaran

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   HANA KEMBALI

    Selagi kami makan, terdengar bunyi pintu yang diketuk diiringi salam, suara lelaki yang sangat kukenal. “Itu suara Mas Farhan, Bu!” ucapku girang. “Kayaknya iya. Coba kamu lihat!” Tanpa menunggu lama, aku bangkit berdiri lalu setengah berlari menuju depan. Gegas kuputar anak kunci dan membuka pintu. Benar. Mas Farhan berdiri mematung persis di depanku. Aku menatap rindu pada lelaki yang sudah tiga hari tak menemani tidurku. “Kamu pucat, Ve ...” Lelaki itu menyentuh pipi lalu berpindah di kening, seolah begitu mengkhawatirkan keadaanku. “Iya!” sahutku lirih. Sebenarnya aku ingin memeluk menuntaskan rindu, tapi terbentur ego yang mendalam. Kecurigaannya yang berlebihan kembali terngiang di kepala. Beberapa saat kami terpaku dalam kebisuan. Sampai akhirnya Mas Farhan meraih jemari lalu bersimpuh di depanku. “Kamu mau maafin aku kan, Ve?” ucapnya penuh harap. Binar ketulusan terlihat jelas dari sorot mata sendunya, hingga mampu meluluhkan hati membunuh ego. “Iya, Mas! Aku sudah

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   NASIHAT

    Tiga hari setelah kembali dari rumah sakit, aku lebih sering menyendiri di kamar ketimbang berkumpul bersama Bu Lili dan Pak Herman. Banyak kuhabiskan waktu untuk merenung, menoleh pada setiap bait kenangan yang tercipta. Dalam sebuah rumah tangga, rasa saling menjadi suatu keharusan. Cemburu dan curiga itu wajar, tapi jika berlebihan, niscaya akan menghancurkan , menghempaskan mimpi yang tengah dibangun. Sampai detik ini Mas Farhan belum juga kembali, padahal aku butuh dia untuk bersandar. Benar, memang aku yang memintanya pergi, tapi hanya sekedar meluapkan emosi agar dia lekas menyadari kesalahan. Bukan untuk selamanya. Lamunan buyar tatkala terdengar derit pintu yang terbuka. Seorang perempuan paruh baya menyembul, lalu berjalan mendekat dam duduk di sebelahku. “Sampai kapan kamu mau seperti ini, Sayang?” Bu Lili melempar senyum, merapikan rambutku yang berantakan. “Entahlah, Bu! Aku benar-benar tak mnduga akan kehilangan bayiku,” sahutku perih. Dia tersenyum. Kembali dibela

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   mengusir benalu

    *** Tak butuh waktu lama, kami telah sampai di rumah. Pak Herman lebih dulu turun lalu membuka pintu samping, membantuku keluar dari mobil. Sepasang suami istri itu mengapit di kanan dan kiriku. Mungkin mereka khawatir aku masih lemas. Langkahku terhenti saat pandanganku menangkap dua sosok makhluk yang berdiri menyambut kami. Keduanya melempar senyum, tapi berupa senyum mengejek. Ya. Hana dan Ibunya berdiri di ambang pintu. Mungkin mereka mendengar deru mesin mobil sampai mereka ke luar. “Maaf, Bu! Aku pilang ke rumah nenek saja!” ucapku tanpa mengalihkan pandangan dari Hana dan ibunya. “Loh ... kenapa?” Bu Lili mengernyit heran. “Aku tak mau serumah dengan iblis seperti mereka!” ucapku sembari mengacungkan jemari telunjuk lurus ke depan. Bu Lili mengarahkan pandangan mengikuti arah jari telunjukku. Barangkali mereka mendengar ucapanku, makanya mereka menghampiri. “Kalau mau ke rumah nenekmu, kenapa harus ke sini dulu? Apa sudah lupa jalan ke sana? Perlu aku antar?” Hana te

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   Bayiku .... tidak...

    Berkali-kali aku mengerjapkan mata berusaha mengumpulkan kesadaran. Lalu, kuedarkan pandangan ke sekeliling sebab merasa di tempat asing. Semuanya bernuansa putih bersih, jauh berbeda dengan kamarku yang didominasi warna pink. Diam, aku berusaha menajamkan ingatan kenapa sampai ada di sini. Terakhir kuingat pertengkaran dengan Mas Farhan, lalu aku terjatuh bersimbah darah. “Astaga! Bayiku!” Aku menjerit histeris. Belum sempat kukabarkan kehamilan, tapi semua telah terenggut. Padahal, aku ingin memberi kejutan untuk Mas Farhan. “Tenang, Ve!” Kurasakan kedua pundak ada yang memegangi. Pun suara Mas Farhan yang mencoba menenangkan. “Bayiku!” Aku semakin histeris sambil berusaha berontak. Namun, Mas Farhan mendekapku erat sampai aku kesulitan bernafas. Akhirnya kutumpahkan semua air mata di dada bidangnya. “Maafkan aku, Ve!” ucap Mas Farhan setengah berbisik.Suaranya terdengar parau. Seperti sedang merasakan sesal di dalam hati. Diam, aku tak mencoba menyahut kalimat Mas Farhan.

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   DARAH

    Mas Farhan kembali menolak, tapi aku terus memaksa. Bahkan, aku sendiri yang menghidupkan mesin mobil meski pada akhirnya Mas Farhan yang mengemudi. Tak butuh waktu lama kami telah sampai di halaman rumah Ibu. Gegas aku turun lalu berteriak menyebut nama adik iparku. “Rizal! Keluar kau!” teriakku kencang. Sudah tidak terkontrol lagi emosi di kepala. Gara-gara Rizal yang merayu, rumah tanggaku terancam hancur. Tanpa permisi aku langsung membuka pintu. Rupanya Ela sudah ada di depan pintu. “Astaghfirulloh, Mbak! Bikin kaget saja. Ada apa?” tanya Ela. “Mana suamimu?” “Enggak tahu, Mbak, memang kenapa?” tanya Ela dengan wajah heran. “Gara-gara dia Mas Farhan jadi marah denganku,” ucapku sembari menoleh pada suami yang telah berdiri di sebelahku. “Ngomong yang jelas dong, Mbak! Kita bicara sambil duduk,” ajaknya. Tepat saat hendak berpindah ke kursi ruang tamu, dari arah dalam Ibu datang mendekat. Dia tampak bingung melihatku yang tanpa senyum. “Ada apa, Ve? Kamu kenapa?” tanya

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   PERTENGKARAN

    “Tak ada salahnya mereka ikut bicara, Ve! Toh maksudnya baik,” ucap Mas Farhan dengan nada suara terkesan menyudutkan. Aku terperangah mendengar kalimat suamiku. Sama sekali tak menduga dia akan termakan omong kosong itu. Sementara Hana dan ibunya tersenyum penuh kemenangan. Seharusnya Mas Farhan lebih mempercayaiku yang notabene istrinya, tapi kenapa malah lebih mendengar bualan Hana? “Baik dari mananya, Mas? Yang mereka katakan itu fitnah! Mereka ingin menghancurkan kita!” elakku sembari mengacungkan telunjuk ke arah mereka berdua. Di sini aku mulai yakin Hana dan ibunya sengaja menghasut Mas Farhan. Mungkin karena sakit hati tak mendapat warisan dari Bu Lili. “Fitnah bagaimana? Bukankah kamu mengakui Rizal kemari dan kalian saling berpegangan tangan?” cecar Mas Farhan. “Iya! Tapi dia yang meraih tanganku dan kutepis. Bukan berpegangan mesra seperti yang mereka katakan!” Sudahlah, Ve! Aku capek!” ketus Mas Farhan. Lalu, dia bangkit berdiri dan beranjak masuk. Aku benar-bena

  • DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI   fitnah

    *** Aku membuka mata saat sayup terdengar deru mesin mobil berhenti di depan rumah. Rupanya tadi aku ketiduran. Buru-buru aku bangkit berdiri lalu beranjak ke luar. Benar dugaanku. Ternyata Bapak dan Mas Farhan telah kembali. Mereka berjalan beriringan sambil mengobrol. Keduanya mendekat ke arahku. Lalu, aku menyambut dengan mencium takdim punggung tangan mereka. Ini salah satu caraku menunjukkan bakti, baik pada orang tua ataupun suami. “Mau aku bikinkan kopi, Mas?” tawarku. “Boleh.” Mas Farhan melempar senyum. “Bapak mau juga?” “Enggak usah. Bapak mau istirahat dulu,” Kemudian, kami sama-sama masuk ke dalam rumah. Mas Farhan duduk di sofa ruang tamu, Bapak langsung beranjak ke kamar, sedangkan aku ke dapur. Tak lama, aku telah kembali dengan secangkir kopi di tangan. Kuletakkan di meja depan Mas Farhan lalu aku duduk di sebelahnya. “Ini, Mas!” ucapku.Sementara Mas Farhan menyeruput kopi, aku sibuk memandangi wajahnya. Bulir keringat yang masih menempel di pelipis membuat

DMCA.com Protection Status