“Kamu kenapa sih, mas?” tanya Arina yang bingung dengan perubahan sikap Damar yang mendiamkan sejak di kebun Bapak tadi. Tidak tahu saja Arina ini, bila sang suami tak suka dengan interaksinya tadi dengan Alan. Tadi malah di kebun, Alan masih datang menawarkan untuk membawakan sayur milik ayah Arina ke pasar, sebab Alan membawa motor Caisar yang digunakan khusus untuk mengangkut sayuran milik petani.“Makasih banyak lho mas Alan, atas bantuannya.” Ucap Arina saat mas Safri dan Damar tadi selesai menaikkan ke atas motor sayuran milik pak Darsi. Alhamdulillah tadi sore mereka dapat tiga karung sawi dan dua karung kol, ada beberapa ikat yang khusus dibawa pulang untuk konsumsi di rumah.“Sama-sama, Rin. Sudah tugas saya membantu warga desa, apalagi ayah kamu, tentu saya bantu.” ucap Alan sambil tersenyum pada Arina, interaksi yang tak lupt dari pandangan tajam Damar tadi. Bahkan saat Alan menyapanya, ketika hendak meninggalkan kebun, Damar hanya mengangguk sambil tersenyum tipis sebaga
Malam semakin pekat mengantar bulan yang setengah purnama ke peraduannya. Hembusan angin yang dingin membuat segenap penghuni bumi larut dalam lelap. Namun tidak dengan gadis bertubuh langsing itu, rambut sepunggunya di gerai, melayang tertiup angin dari kaca jendela yang di buka setengah. Setetes air matanya jatuh mengingat kisah cintanya yang harus kandas. Pria pujaan yang pertama kali menorehkan rasa cinta di hatinya, telah menikah diam-diam hari itu. Dijodohkan mama. Begitu alasan sang pemuda. Lalu apa arti sentuhan intim yang selama ini mereka lakukan?, ah ini memang salah, namun dia pun hanya wanita lemah yang memiliki naluri.Tiga bulan dicobanya menghilang dari kehidupan sang kekasih yang telah menjadi suami seorang wanita sederhana, dari kampung. Mengapa, perempuan itu tega merebut kekasihnya?Mata bening milik gadis itu kembali berembun, mengingat kisah lalu yang karam tanpa ia tahu sebabnya.Lalu kabar, yang diterima dari pria pujaannya, bahwa mereka sepakat berpisah, seba
Pov DamarKudekati wanitaku yang sedang menangis sesugukan di pembaringan kami sore itu. Kusingkap rambut yang menutupi sebagian wajah ayunya. Kuhapus air mata tangisan itu, tangisan bagi Arina, namun kebahagiaan bagi diriku, saat dengan suara khas merajuknya sambil marah, memberikan padaku benda pipih dengan garis dua terpampang disana.Usahaku yang selalu menunda untuk membawanya ke dokter kandungan dan usahaku menaklukkannya di pembaringan kami,membuahkan hasil. Davian, putra kami. Akan punya adik lagi!“Kamu, sengaja kan, Mas! Iya kan!” todong Arina sambil memukul – mukul bahu dan dada ini. Bukan marah yang kuberi, namun kugenggam jemari itu lalu kukecup mesra. Meluapkan rasa sayangku dan rasa syukur, atas kehamilan Arina, yang memang kusengaja.“Alhamdulillah!” ucapku penuh rasa syukur dan bahagia.“Ihh, ini Mas, sengaja kan. Iya kan! Sengaja bikin aku hamil lagi, terus nanti di tinggal lagi.” Cerocos istriku, kembali tangannya memukuli bahuku.“Kenapa, Sayang suka punya pikiran
Wiwid tak menyangka, dengan kejujuran Faris kemarin malam padanya. Rahma, kawan kerjanya selama ini, ternyata adalah mantan kekasih dari sang suami. Dulu diingatnya di awal perkenalan, saat itu Faris pun jujur padanya tentang seorang gadis yang pernah mengisi hatinya. Namun entah sebab apa, tanpa kata putus mereka berdua kehilangan kabar. lalu seiring waktu berjalan dan seringnya jalan berdua selepas jam kerja, perlahan benih cinta mulai tumbuh di hati keduanya, perasaan pada sang gadis yang kehilangan kabar pun mulai terkikis. Benarlah yang dikatakan pujangga, bila waktu dan jarak bisa merubah perasaan seorang pecinta.Namun pembawaan Rahma yang tenang, juga tak mengusik, membuat Wiwid semakin tak enak hati. Meski waktu telah berlalu cukup lama, dan mengatakan sudah tak ada perasaan, yang namanya insan bila dulu pernah mencintai, tetap akan ada sisa kenangan yang tertinggal meski sudah dikubur di sudut hati yang terdalam.Tak ingin ada prasangka lain di kemudian hari, akhirnya Wiwid
Usia kandungan Arina sudah memasuki tujuh bulan, esok akan diadakan pengajian tujuh bulanan di rumah mertuanya. Bapak dan ibu sudah datang dari kemarin, juga Davian. Keinginan Arina dan Damar untuk mengajak putra pertamanya tinggal bersama terhalang oleh sang kakek dan nenek. Nanti sepi di rumah kata mereka. Lagian Davian juga sudah mulai ikut play group. “Nanti saja bila sudah SD, baru kamu ajak tinggal di kota, Rin!” pinta Mbak Eva, tentu kakak sepupunya juga akan kesepian bila Davian tinggal di kota. Lagian dengan kehamilan dan kelahiran yang tak lama lagi tentu akan membuat Arina repot sendiri.Damar mendengarkan dengan khidmat ceramah dari seorang ustad yang diundang hari itu. setelah pengajian tadi, ada ceramah atau tausiyah yang dibawakan oleh Ustad dari masjid kompleks yang diundang. Ceramah tentang pentingnya peran seorang suami dalam rumah tangga, mencukupi kebutuhan istri, dan membahagiakan keluarga adalah tanggung jawab besar bagi seorang laki-laki. “Bila hanya mampu beris
Damar mengusap peluh yang bercucuran di dahi Arina. Nampak raut sendu itu menahan sakit. Tadi perawat mengatakan bila sudah bukaan tujuh. Namun saat ini sakitnya makin menjadi dan sering – sering. “Operasi aja ya, Sayang! Mas enggak tega lihat Sayang kaya gini.” Netra Damar berkaca, melihat kesakitan yang dialami Arina demi melahirkan anak keduanya. Begini dulu Arina. Sesakit ini dulu yang dirasakan, bahkan mungkin lebih sakit, sebab tak ada suami di sampingnya, belum lagi harus menanggung rasa sakit dengan omongan tetangga. Karna saat itu dirinya melahirkan tanpa suami. Tentu tak luput dari pergunjingan tetangga disekitar. Kaca yang tadi mengaburkan pandangan Damar, akhirnya luruh. Mengingat semua kesakitan yang dialami Arina, yang disebabkan dirinya dulu.“Enggak apa-apa, Mas. Mungkin karna ditunggui, jadinya agak manja dia.” Ucap Arina, mengernyit. Kembali rasa sakit itu datang.“Maafin mas, Sayang!” Damar mengecup pipi putih yang telah berubah kemerahan, bersamaan dengan masukny
Rambut basah Arina belum disisir saat bayi kecilnya menangis haus. Kelelahan setelah melayani suaminya, membuat dirinya tak sempat membangunkan si kecil untuk disusui. Sementara Damar yang kelelahan sebab pengejaran cinta yang berulang tadi membuatnya tidur dengan pulas setelah membersihkan diri. Tak tega juga Arina membangunannya. Lelah bekerja dan lelah bercinta membuat suaminya itu tak mendengar tangisan si kecil. Biasanya bila malam begini, Damar akan terbangun bila mendengar tangisan si kecil. Bahkan biasanya dirinya lebih sigap dari Arina, duluan bangun menggendong sikecil, kemudian akan membangunkan istrinya dengan kecupan berulang.“Haus ya anak, mama?” Arina menimang sayang si kecil Davina sebelum memberinya ASI. Menyusui putri kecilnya ini, membuat dirinya merindukan pula putranya di desa sana. Ingin rasanya menyambangi namun orang tua dan mertuanya belum membolehkan dirinya membawa si kecil naik mobil dengan jarak yang cukup jauh. Davian yang sudah terbiasa hidup dengan kak
Nampak dua orang pria yang berbeda generasi berbincang serius di gazebo yang terletak di halaman belakang.Arina yang baru selesai mandi tadi melihat papa mertua dan suaminya saat menjemur handuk biru miliknya.Mungkin ini pembicaraan yang benar-benar serius. Biasanya kalau hanya hal yang berhubungan dengan perusahaan, pak Mahmud akan memanggil dirinya juga, sebab nanti dirinya akan mendampingi suaminya yang akan memimpin perusahaan.“Kenapa, Papa baru kasi tahu, saya tentang hal ini?” Damar nampak resah juga merasa bersalah.“Papa, juga baru tahu dari pak Adnan kemarin. Ternyata selama ini orang tua Sofyan dan Yasmin ditipu oleh kepala sales mereka. Salah juga pak Sutomo ini, sebab percaya saja pada pekerja memegang tagihan pelanggan yang bayar secara cash. Jadilah uang patungan papa sama beliau, digunakan untuk membayar gaji dan THR karyawan mereka saat itu. Dan ayahnya Yasmin ini tak mau memberitahu papa. Keterangan pak Adnan kemarin nanti akan diganti, namun keburu meninggal bersa
“Nakal, nggak anak ayah hari ini, hum?” Danu dekati dan mencium bertubi perut membola Abel yang tampak semakin membuatnya seksi. “Nakal, Mas, aku dibikin muntah sampai tiga kali.” Keluh Abel sambil bersandar di sofa ruang tamu rumah pribadinya. Hari ini cuti Danu akan berakhir, besok sudah harus balik lagi ke Papua. Untuk bekerja dan mengajukan surat mutasi, agar kiranya bisa dipindahkan ke kantor pusat di Jakarta saja. agar tak jauh jika harus bolak balik melihat istri dan ibunya. Danu baru saja kembali, dia tadi habis mengecek pembangunan rumah kost-kostan yang didirikan di lahan yang dulu rumahnya berdiri. Mereka memutuskan tinggal di rumah peninggalan orang tua Abel. Gajinya yang lebih dari cukup di pertambangan juga penghasilan Abel dari membantu mertuan di toko baju, mereka gunakan untuk merenovasi rumah kecil Abel dulu, sekarang menajfi dua lantai dengan empat kamar. Dua kamar di atas, dan dua kamar di bawah. Abel merasa nyaman sudah kembali tinggal di kotanya, dekat dengan me
Hera terkejut bukan main, melihat laporan keuangan perusahaan yang ia rebut dari pak Subroto. Sudah lima bulan ini penghasilan mereka minus terus. Namun bulan ini yang paling parah, bahkan Hera sudah merumahkan sebagian karyawannya, karna tak adanya proyek yang didapat. Padahal suaminya, Arham sering dinas keluar kota demi melobi proyek di daerah.Hera mulai curiga pada ayah dari putranya itu. Benarkah selama ini Arham jalan dinas, atau jalan yang lainnya. Lalu diam-diam ia mulai menyelidiki tingkah laku suaminya di luar sana.Ia coba menelpon nomor suaminya namun lagi-lagi tidak aktif. Alasan Arham jika dinas luar, sinyal di daerah tersebut kurang bagus, harus ganti kartu lagi dengan provider yang berbeda, kilah Arham, saat Hera bertanya mengapa ponselnya tak aktif.Selain alasan sinyal kurang, tentu hantaman seks di kemaluan Hera, juga jadi senjata ampuh Arham untuk mengambalikan mood istrinya itu lagi. Istri yang ia bodohi setahun ini. Hera rela meninggalkan pak Subroto yang ulet b
Hari ini ada pengajian kompleks menyambut tahun baru hijriah. Pengajian dan ceramah di laksanakan di gedung serbaguna yang ta jauh dari kompleks itu, sengaja di lakukan di gedung sebab panitia mengundang banyak majelis taklim dan masyarakat sekitar.Ramai hari itu ibu-ibu yang hadir, semuanya nampak cantik dalam balutan busana muslimah. Tak terkecuali dengan Helena, ia ikut dengan saran ibu-ibu di kompleksnya agar mereka semua menggunakan gamis seragam pengajian mereka. Gamis panjang warna putih dengan jilbab lebar warna ungu muda. Helena nampak manis. Tadi sempat pak Subroto memberinya kecupan sayang di dahi dan bibirnya sebelum mereka turun dari mobil dan masuk ke gedung, sementara did alam gedung sana mereka harus berpisah. Pak Subroto dengan rombongan bapak-bapak dan Helena bersama ibu-ibu rombongan pengajian.Tak hanya ibu-ibu pengajiandi kompleks itu saja yang diundang, namun ada juga dari kompleks lain. Pokoknya ibu-ibu berdandan secetar mungkin. Ada yang sengaja datang memang
Sudah tiga bulan ini Bara terbaring di rumah sakit, akibat kecelakaan yang menimpanya. Kedua kakinya mengalami kelumpuhan, tangan sebelah kirinya mengalami patah tulang, alat vitalnya bahkan harus di potong karna tertancap beling tajam dari pecahan kaca depan, bahkan tulang lehernya harus dioperasi tiga kali agar bisa lurus kembali, jangan ditanya dengan giginya, hampir semua giginya hancur karna benturan yang sangat kuat tepat di bagian wajahnya. Wajah tampannya yang dulu memikat Helena dan perempuan lainnya kini hancur tak terbentuk, organ tubuhnya yang gagah dengan ukuran yang cukup panjang dan besar yang dulu ia gunakan untuk memuaskan perempuan lain dan bahkan buat Helena yang ingin setia pada pak subroto jadi selingkuh kiri kanan karna tergila-gila itu, kini sudah tak dapat ia fungsikan. Bahkan untuk buang air kecil dan besar saja Bara harus di bantu.Rasanya lebih baik mati saja daripada hidup namun menderita luar biasa seperti ini.Bara menangis tanpa bisa mengeluarkan suara,
Penolakan Firda pada Bara buat lelaki itu, tak lagi mengantar jemput Firda bila ingin pulang melihat anaknya. Bukan apa-apa, masa lalu Bara yang buruk dalam rumah tangganya jadi pertimbangan Firda untuk menerima pria yang agak mirip dengan almarhum suaminya itu.“Saya janda, Pak. Nggak enak kalau Bapak sering antarin saya, dan saya mohon, jangan ajarin Gavin lagi untuk manggil papa sama Bapak,” ucapan Firda tempo hari terngiang kembali di telinganya. Bara tak ingin memaksa, meski ada rasa tertarik pada Firda yang berwajah ayu itu. namun bayangan Gavin yang memanggilnya papa, buat hatinya menghangat dan tiba-tiba malam ini dia teringat dengan kandungan Helena. Bila ditarik waktunya, Helena sudah melahirkan tiga bulan lalu, begitu pikir Bara, namun mengapa wanita itu tak juga menghubunginya, padahal Bara yakin anaknya yang Helena kandung adalah benihnya, bukan benih bandot tua itu.Bara tiba-tiba tergelitik, ingin menghubungi nomor Helena, ingin menanyakan kabar bayi mereka.___________
Abel berdebar dengan hebatnya, saat ia menunggu suaminya di dalam kamar. Ini pernikahannya yang kedua, namun ini adalah pertama kalinya akan melewati malam pertama. Malam pertama dengan suami kedua ceritanya.Jam sepuluh pagi tadi Danu sudah menghalalkan Abel dalam akad nikah yang sakral dan begitu syahdu, status Abel yang sudah yatim piatu membuat banyak orang menitikkan air mata. Andai orang tuanya masih hidup, tentu mereka bahagia luar biasa, sebab yang meminang putrinya adalah pria baik-baik yang selama ini menjadi tetangga mereka sendiri, laki-laki yang begitu terjaga adabnya, meski godaan sebagai pekerja tambang juga luar biasa. Bukan hanya anak gadis, bahkan ada istri orang yang pernah terang-terangan mengungkapkan perasaannya pada Danu, namun laki-laki ini juga punya prinsip sendiri.Danu juga bukan laki-laki yang terjaga sholat lima waktunya, namun sebisa mungkin ia tetap menunaikan sholat yang bisa ia dapat. Sebab pekerjaannya sebagai mekanik alat berat di perusahaan tembaga
“Koq melamun terus, istriku.” Pak Subroto mendekati Helena yang baru saja selesai mandi dan keramas. Semakin hari kondisi tubuhnya semakin pulih dan fit, namun untuk hatinya? Entahlah.“Maaf , Pa. mama nggak denger.” Helena merasa tak enak hati. Beberapa bulan ini dia tak melayani pak Subroto dengan baik, meski minggu lalu mereka sudah menikah secara siri. Salah seorang kawan pak Subroto menyarankan demikian, agar tak menambah dosa keduanya. Tak ada juga hubungan intim diantara mereka sejak kejadian itu, kadang-kadang Helena merasa bersalah, sebab tak memenuhi kebutuhan batin pak Subrot.Kadang timbul rasa marah di hatinya pada Bara, entah marah karna apa, Helena merasa Bara tak bertanggung jawab dengan apa yang telah ia lakukan pada Helena selama ini, juga pada anak yang dia lahirkan, kadang Helena menangis diam-diam bila pak Subroto sudah berangkat kerja. Banyak hal yang membebani pikiran Helena, mulai dari perselingkuhannya dengan Bara, yang ia tahu betul bahwa pria itu adalah lak
Bara menjalani hari-harinya dengan perasaan yang begitu nelangsa. Sungguh penyesalan yang besar kini melanda hidupnya. Tak menyangka, perselingkuhannya dengan Helena akan membawanya pada titik terendah dalam hidup ini.Pria ini sungguh tak menyangka ia bisa menyia-nyiakan Abel, wanita baik dan begitu terjaga adabnya. Beberapa kali ia coba mengunjungi Abel, mulai dari sekadar menanyakan kabar hingga terang-terangan memintanya untuk rujuk. Namun Abel bukanlah wanita yang sama yang dulu hidup dengannya. Di jemari Abel melingkar cincin dengan hiasan safir biru, sebagai tanda ikatan dari Danu. Cincin yang begitu indah, dan membuat Bara jadi cemburu.Masih pantas kah Bara cemburu?Rasanya ia menjadi pria yang begitu egois, setelah melihat sendiri bagaimana Helena bermain api bersama pak Subroto di belakangnya, rasanya begitu ingin kembali membina rumah tangga yang tenang bersama Abel."Bel, balik sama aku, Kita bina rumah tangga kita lagi, percayalah aku, menyesali semuanya." ucap Bara saa
Flashback Hera dan Subroto“Aku nggak mau punya anak sama kamu ya. Kamu bikin aja sama perempuan lain!” Hera berteriak histeris dihadapan Pak Subroto, suaminya yang baru pulang kerja sore itu. usaha yang semakin menanjak sukses dengan puluhan tender proyek juga puluhan anak buah di kantor, buat pak Subroto semakin disegani oleh kawan maupun lawan usahanya di luar sana. Namun pak Subroto yang memang dasarnya senang hidup sederhana, tetap bersahaja dengan segala pencapaian yang sudah di raih. Sikap bersahaja dengan tubuh dan wajah yang terjaga di usia menjelang empat puluh tahun justru buat banyak perempuan lain tergila-gila padanya. Mulai dari anak SMU dan Mahasiswi yang terang-ternag menggoda hingga rekan kerja yang berusaha menarik perhatian pria dewasa ini. usia hampir empat puluh namun uban belum ada di rambutnya satupun.Tentu pak Subroto juga senang berolahraga dan mengkonsumsi vitamin demi kebugaran dan kesehatan tubuhnya.“Kenapa kamu nggak mau punya anak Hera?” keluh pak Subro