“Besok pagi kita akan berangkat berbulan madu! Kau cari secepatnya orang yang bisa merawat Ibumu dan aku tidak peduli, bagaimana cara kau melakukannya!” Setelahnya, Patrick langsung pergi meninggalkan Maureen.Maureen membuka mulut, lalu ia menutupnya kembali. Rasanya ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Patrick barusan.Bagaimana caranya ia bisa dengan cepat seseorang yang bisa menemani Ibunya siang dan malam, dalam waktu singkat, Ia tidak tega menitipkan Ibunya di panti jompo dan ia sama sekali tidak berfikir untuk melakukannya.Maureen merasa berat meminta perawat Ibunya yang sekarang ini untuk melakukannya, Ia bisa melihat tadi, kalau wanita itu berusaha untuk menggoda Patrick.Ia membuka ponselnya dan menawarkan lowongan perawat di aplikasi lowongan pekerjaan. Dalam hati berharap, semoga saja ada yang segera menghubunginya dan ia bisa langsung mewawancarai orang itu.Selama beberapa menit Maureen duduk diam terpaku, menatap layar ponselnya yang ia letakkan di atas meja.Be
“Mengapa kau bertanya, seperti itu? Dan mengapa kamu mengubah penampilanmu? Apakah kau sedang jatuh cinta?” Tanya Maureen, tidak dapat menahan rasa curiganya.Perawat Ibunya menyunggingkan senyum. Ia terlihat gugup dengan pertanyaan Maureen, sepertinya ia baru sadar, kalau sudah membuat kesalahan dengan bertanya, seperti itu.Dengan cepat wanita itu menguasai dirinya kembali. Ia menatap Maureen tidak suka dan balik bertanya kepadanya. “Apakah ada yang salah, kalau saya jatuh cinta, Nyonya?”Mata Maureen langsung melotot ia tidak percaya, kalau perawat dari Ibunya bersikap berani kepadanya. Dan hal ini tentu saja membuat Maureen menjadi tidak suka.Maureen menghela napas dan diam sebentar ia tidak ingin menunjukkan emosinya. Setelah dirasanya tenang kembali. Ia pun mengatakan kepada perawat Ibunya, kalau tidak ada yang melarang dirinya untuk jatuh cinta.Asalkan ia tidak jatuh cinta kepada suami orang dan itu jelas salah. Maureen memberikan penekanan pada kata suami orang,Perawat Ibun
“Aku mau makan!” Maureen mendorong dada bidang Patrick menjauh darinya. Ia kemudian bangkit dari tempat tidur menuju wastafel, untuk mencuci wajahnya.Patrick hanya tertawa kecil saja dengan apa yang dilakukan Maureen. Ia berjalan menuju meja di mana makanan yang dipesannya sudah tersaji. Dibukanya korden jendela, sehingga sinar matahari bisa masuk.Tak lama kemudian, Maureen berjalan menuju ke tempat Patrick dan duduk di hadapannya, dengan meja sebagai pembatas mereka.“Mengapa kau banyak sekali memesan makanan?” Tanya Maureen, dengan kening yang dikerutkan.“Aku hanya ingat, kalau kau sedang hamil dan badanmu sekarang ini juga mengalami perubahan, sehingga aku merasa kau memerlukan makanan yang banyak.” Patrick mulai menyuap makanannya.Mata Maureen langsung saja melotot memang sekarang ini badannya menjadi semakin besar, karena kehamilannya. Dan itu menurutnya merupakan hal yang wajar.Ia tidak mengira, kalau Patrick mempermasalahkan bentuk tubuhnya yang sudah berubah. Dan ia juga
“Apakah kau pikir aku akan membiarkan kau membuat janji bertemu dengan kekasihmu yang mahasiswa itu?” Bentak Patrick emosi.Dengan kasar ditariknya tangan Maureen, hingga ia berdiri dan posisi mereka berhadapan.Tangan Maureen terangkat untuk menampar wajah Patrick, sampai berbunyi nyaring. Setelahnya Maureen melihat Patrick dengan takut. Ia berjalan mundur menjauh dari suaminya itu.Maureen membalikkan badannya, kemudian setengah berlari menjauh dari Patrick. Namun, kandungannya yang besar menghambat usaha Maureen untuk kabur dari Patrick.Dengan kasar Patrick menarik lengan Maureen, kemudian membalik badannya menghadap dirinya. “Kau pikir bisa kabur dariku tanpa mendapatkan hukuman!”Maureen yang tadinya merasa takut mencoba untuk melawan rasa itu. Diangkatnya dagu tinggi-tinggi ia melihat Patrick dengan mata yang mengembun.“Aku tidak akan meminta maaf, apalagi menyesal dengan yang telah kulakukan! Kau pantas mendapatkannya, setelah apa yang kau katakan kepadaku barusan!” bentak Ma
“Beruntungnya diriku berada di tempat yang tepat!” sahut Maureen.Patrick memijit hidung Maureen pelan dan berbisik di telinganya. “Aku memaafkanmu dan percayalah aku akan menuntut balasannya nanti di kamar kita.” Maureen langsung saja mencubit pinggang Patrick yang disambut kekehan olehnya.Patrick merangkul pinggang Maureen mengajaknya menuju kursi yang ada di kafe pada kapal tersebut. Ia menjentikkan jarinya memanggil pelayan datang ke meja mereka.Seorang pelayan dengan menu di tangannya datang menghampiri. Pelayan itu menyerahkan buku menu kepada mereka berdua.Keduanya memesan anggur dan sandwich, setelah pesanan mereka dicatat pelayan itu pun berlalu.“Berapa lama kau merencanakan bulan madu kita, Patrick?” Tanya Maureen.“Selama aku tidak bosan dan menjadi marah karenamu!” sahut Patrick dingin.Maureen mendengus tidak suka mendengarnya. Ia mengatupkan bibirnya rapat dengan wajah cemberut.Suasana sedikit tegang itu menjadi reda dengan kedatangan pelayan yang membawakan pesanan
“Sungguh menggelikan sekali, kau ini, Patrick! Sekarang kau salahkan lagi dan tentu saja kau memang selalu benar, bukan?” Maureen beranjak dari duduknya berjalan keluar dari ruangan dokter itu.Begitu sudah berada di luar Maureen langsung menuju ruangan bayi di mana anaknya berada. Ia sudah mendapatkan ijin, untuk membawa anaknya keluar dari rumah sakit.Diangkatnya bayinya, yang terbungkus selimut berwarna biru. Diciumnya kening putranya itu dengan rasa sayang. ‘Kita pulang, Sayang!’Dengan putranya yang berada dalam gendongan, Maureen keluar dari ruang bayi. Dan ia berpapasan dengan Patrick yang berjalan ke arahnya.Diambilnya bayi yang berada dalam gendongan Maureen. “Aku yang membawa anak kita!”Maureen membalalakkan matanya ke arah Patrick. Namun, ia tidak mau tarik-tarikan bayi mereka, karena dapat membuatnya terbangun dari tidur. Dan juga membuat anak mereka menangis.Keduanya berjalan keluar dari rumah sakit. Sesampainya di luar sudah ada taksi, yang sebelumnya dipesan Maureen
“Maureen, kamu sudah melahirkan?” Tanya Luke lagi. Ia baru menyadari kalau perut Maureen sudah kempes dan ia terlihat menggendong seoorang bayi.“Luke Tolong, jangan beritahu Patrick, kalau kamu melihat keluar kamarku. Aku akan pergi meninggalkan Patrick,” ucap Maureen dengan suara pelan.Luke mengerti dengan apa dikatakan Maureen. Ia berjanji akan membantunya pergi jauh dari Patrick. Dan tidak bingung mengenai Ibunya, karena ia akan membantu tentang Ibu Maureen.Tidak ada lagi yang membuka suara dalam lift tersebut. Sampai suara denting lift yang berbunyi. Membuat Maureen langsung bergerak maju ke arah pintu lift yang terbuka.Tangan Maureen ditarik Luke. “Tunggu, biar aku berjalan di depan. Kau tidak ingin ketahuan Patrick, bukan?”Maureen mengangguk ia memang tidak ingin ketahuan Patrick. Dibiarkannya Luke berjalan di depan melalui koridor. Luke membimbing Maureen melalui koridor menuju pintu bagian samping hotel.Secara mendadak Luke menghentikan langkah membuat Maureen yang berja
“Silakan saja, aku tidak takut! Kau yang seharusnya merasa takut, karena sudah membuat Istrimu sendiri menghilang, daripada kau mengurusi diriku!” ucap Luke.Patrick menggeram marah tangannya terulur menarik kerah kemeja Luke, dengan gigi yang digemeretakkan menahan kemarahannya.Ia mengatakan, kalau dirinya tidak akan memberi ampun kepada Luke, yang sudah berani bermain di belakangnya.Setelah memberikan peringatan kepada Luke, Patrick mendorongnya dengan keras sampai terjatuh. Patrick berjalan keluar kamar hotel Luke, dengan raut wajah yang begitu dingin.Dikeluarkannya ponsel dari saku jas yang dipakainya. Patrick menghubungi orang suruhannya meminta kepaanya untuk melacak keberadaan Istrinya. Ia hanya boleh menghubunginya, kalau sudah berhasil menemukan Maureen anaknya.Ditutupnya sambungan telepon, ia berjalan melalui koridor menuju kamarnya. Ia tidak mengetahui, apakah suatu kesengajaan atau tidak kamarnya dan Luke berada pada lantai yang sama.Sesampai di kamarnya Patrick lang