“Kau!” Maureen menutup mulut menahan isak tangis yang hendak keluar dari mulutnya.Maureen urung menyampaikan apa yang hendak dikatakannya kepada Patrick. Ia merasa terhina dan direndahkan, karena ada beberapa pekerja perkebunan yang juga mendengarkan apa yang dikatakan Patrick.Menahan air mata yang hendak tumpah Maureen berlalu dari tempat itu. Dengan langkah kaki yang gontai dan kepala menunduk Maureen berjalan menjauh dari perkebunan apel tersebut.Tak dihiraukannya panggilan dari Lukas, yang memintanya untuk berhenti. Ia juga tidak membalikkan badan, ketika mendengar, kalau Patrick dan Lukas berkelahi.Kehamilannya yang besar membuat Maueen hanya sanggup berjalan dengan perlahan saja. Ia tidak pulang ke rumah Patrick ataupun ke gedung kantor Patrick di mana mobilnya berada.Hati Maureen hancur dan ia merasa tidak memiliki harga diri lagi di hadapan pekerja perkebunan apel tadi.‘Berapa lama lagikah aku sanggup bertahan dengan apa yang diucapkan Patrick? Tes DNA! Baiklah, setelah
“Pergilah, kalau kau datang hanya untuk menghinaku saja!” ucap Maureen dengan suara yang lemah. Ia benar-benar lelah tidak hanya fisik saja, tetapi juga batinnya.Maureen menelungkupkan kepalanya di atas meja makan dan mengabaikan kehadrian Patrick. Ia tidak peduli, apakah suaminya itu pergi ataukan tetap berada di rumah ini.Patrick selama beberapa menit terdiam melihat Maureen yang mengabaikan dirinya. Tiba-tiba saja ia dilanda rasa cemas, takut Maureen sakit mengingat ia yang sedang hamil.“Apakah kau sakit? Aku akan membawamu ke rumah sakit untuk memeriksakan kehamilanmu!” ucap Patrick.Maureen mengangkat kepalanya dari atas meja lalu melihat ke arah Patrick. “Tidak perlu! Aku baik-baik saja aku hanya ingin sendirian di sini! Kalau kau keberatan Ibuku masih berada di rumahmu aku akan meminta kepada perawatnya untuk mengantarkan ke sini.”Kembali Maureen merebahkan kepalanya. Ia hanya ingin istirahat saja sebentar. Ia ingin merebahkan badannya di atas tempat tidur, tetapi ia masih
“Mengapa tidak! Bukankah aku pernah menjadi bagian dari tempat ini?” ucap wanita dengan penampilan anggun tersebut.Patrick mendengus, lalu berlalu masuk penginapan dan tidak menghiraukan wanita itu. Sekalipun, namanya dipanggil berulangkali.Setibanya ia di ruangan Maureen, Patrick melihat Istrinya itu terkejut melihat kedatangannya.“Aku datang untuk menjemputmu!” Tegur Patrick.Maureen menganggukkan kepala, lalu mengambil tasnya yang berada di atas meja. Ia berjalan keluar dari ruangannya bersama-sama dengan Patrick.Ketika keduanya melewati meja resepsionis terdengar suara perdebatan. Antara seorang wanita yang tidak dikenalnya dengan pegawai resepsionis yang bertugas.Wanita itu langsung menoleh, ketika merasa diperhatikan. Dan ia tersenyum senang yang ditujukan kepada Patrick.“Patrick Sayang! Tolong katakan kepada pegawaimu yang bodoh ini, kalau aku memiliki kamar khusus di penginapan ini!” ucap wanita itu percaya diri.Maureen melihat wanita dan Patrick secara bergantian. Ia m
“Besok pagi kita akan berangkat berbulan madu! Kau cari secepatnya orang yang bisa merawat Ibumu dan aku tidak peduli, bagaimana cara kau melakukannya!” Setelahnya, Patrick langsung pergi meninggalkan Maureen.Maureen membuka mulut, lalu ia menutupnya kembali. Rasanya ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Patrick barusan.Bagaimana caranya ia bisa dengan cepat seseorang yang bisa menemani Ibunya siang dan malam, dalam waktu singkat, Ia tidak tega menitipkan Ibunya di panti jompo dan ia sama sekali tidak berfikir untuk melakukannya.Maureen merasa berat meminta perawat Ibunya yang sekarang ini untuk melakukannya, Ia bisa melihat tadi, kalau wanita itu berusaha untuk menggoda Patrick.Ia membuka ponselnya dan menawarkan lowongan perawat di aplikasi lowongan pekerjaan. Dalam hati berharap, semoga saja ada yang segera menghubunginya dan ia bisa langsung mewawancarai orang itu.Selama beberapa menit Maureen duduk diam terpaku, menatap layar ponselnya yang ia letakkan di atas meja.Be
“Mengapa kau bertanya, seperti itu? Dan mengapa kamu mengubah penampilanmu? Apakah kau sedang jatuh cinta?” Tanya Maureen, tidak dapat menahan rasa curiganya.Perawat Ibunya menyunggingkan senyum. Ia terlihat gugup dengan pertanyaan Maureen, sepertinya ia baru sadar, kalau sudah membuat kesalahan dengan bertanya, seperti itu.Dengan cepat wanita itu menguasai dirinya kembali. Ia menatap Maureen tidak suka dan balik bertanya kepadanya. “Apakah ada yang salah, kalau saya jatuh cinta, Nyonya?”Mata Maureen langsung melotot ia tidak percaya, kalau perawat dari Ibunya bersikap berani kepadanya. Dan hal ini tentu saja membuat Maureen menjadi tidak suka.Maureen menghela napas dan diam sebentar ia tidak ingin menunjukkan emosinya. Setelah dirasanya tenang kembali. Ia pun mengatakan kepada perawat Ibunya, kalau tidak ada yang melarang dirinya untuk jatuh cinta.Asalkan ia tidak jatuh cinta kepada suami orang dan itu jelas salah. Maureen memberikan penekanan pada kata suami orang,Perawat Ibun
“Aku mau makan!” Maureen mendorong dada bidang Patrick menjauh darinya. Ia kemudian bangkit dari tempat tidur menuju wastafel, untuk mencuci wajahnya.Patrick hanya tertawa kecil saja dengan apa yang dilakukan Maureen. Ia berjalan menuju meja di mana makanan yang dipesannya sudah tersaji. Dibukanya korden jendela, sehingga sinar matahari bisa masuk.Tak lama kemudian, Maureen berjalan menuju ke tempat Patrick dan duduk di hadapannya, dengan meja sebagai pembatas mereka.“Mengapa kau banyak sekali memesan makanan?” Tanya Maureen, dengan kening yang dikerutkan.“Aku hanya ingat, kalau kau sedang hamil dan badanmu sekarang ini juga mengalami perubahan, sehingga aku merasa kau memerlukan makanan yang banyak.” Patrick mulai menyuap makanannya.Mata Maureen langsung saja melotot memang sekarang ini badannya menjadi semakin besar, karena kehamilannya. Dan itu menurutnya merupakan hal yang wajar.Ia tidak mengira, kalau Patrick mempermasalahkan bentuk tubuhnya yang sudah berubah. Dan ia juga
“Apakah kau pikir aku akan membiarkan kau membuat janji bertemu dengan kekasihmu yang mahasiswa itu?” Bentak Patrick emosi.Dengan kasar ditariknya tangan Maureen, hingga ia berdiri dan posisi mereka berhadapan.Tangan Maureen terangkat untuk menampar wajah Patrick, sampai berbunyi nyaring. Setelahnya Maureen melihat Patrick dengan takut. Ia berjalan mundur menjauh dari suaminya itu.Maureen membalikkan badannya, kemudian setengah berlari menjauh dari Patrick. Namun, kandungannya yang besar menghambat usaha Maureen untuk kabur dari Patrick.Dengan kasar Patrick menarik lengan Maureen, kemudian membalik badannya menghadap dirinya. “Kau pikir bisa kabur dariku tanpa mendapatkan hukuman!”Maureen yang tadinya merasa takut mencoba untuk melawan rasa itu. Diangkatnya dagu tinggi-tinggi ia melihat Patrick dengan mata yang mengembun.“Aku tidak akan meminta maaf, apalagi menyesal dengan yang telah kulakukan! Kau pantas mendapatkannya, setelah apa yang kau katakan kepadaku barusan!” bentak Ma
“Beruntungnya diriku berada di tempat yang tepat!” sahut Maureen.Patrick memijit hidung Maureen pelan dan berbisik di telinganya. “Aku memaafkanmu dan percayalah aku akan menuntut balasannya nanti di kamar kita.” Maureen langsung saja mencubit pinggang Patrick yang disambut kekehan olehnya.Patrick merangkul pinggang Maureen mengajaknya menuju kursi yang ada di kafe pada kapal tersebut. Ia menjentikkan jarinya memanggil pelayan datang ke meja mereka.Seorang pelayan dengan menu di tangannya datang menghampiri. Pelayan itu menyerahkan buku menu kepada mereka berdua.Keduanya memesan anggur dan sandwich, setelah pesanan mereka dicatat pelayan itu pun berlalu.“Berapa lama kau merencanakan bulan madu kita, Patrick?” Tanya Maureen.“Selama aku tidak bosan dan menjadi marah karenamu!” sahut Patrick dingin.Maureen mendengus tidak suka mendengarnya. Ia mengatupkan bibirnya rapat dengan wajah cemberut.Suasana sedikit tegang itu menjadi reda dengan kedatangan pelayan yang membawakan pesanan