Setelah merasakan kekecewaan yang dalam atas sikap dingin para ayah dari gadis-gadis yang mereka sukai, Fritz, Isaac, Harvey, dan Jacob memutuskan untuk menenangkan diri. Keempatnya sepakat untuk nongkrong bersama di sebuah restoran di Mall Grand Indonesia, tepatnya di Popolamama, restoran yang menyajikan beragam menu western favorit mereka. Restoran ini terletak di salah satu sudut mall yang ramai, dengan suasana yang nyaman dan elegan, cocok untuk melupakan sejenak kepenatan hati.Begitu sampai di Restoran Popolamama, mereka segera duduk di meja dekat jendela yang menghadap ke atrium mall. Pelayan pun datang membawa menu, dan masing-masing dari mereka mulai memilih makanan favorit.“Selamat datang di Restoran Popolamama. Ada yang bisa saya bantu?” tutur seorang pelayan sambil tersenyum ramah ke arah pria-pria muda itu."Aku pesan spaghetti carbonara," ucap Fritz sambil menutup menu. "Ini sudah lama jadi makanan favoritku."Isaac mengangguk sambil tersenyum tipis. "Kalau aku, ingi
Siang yang begitu cerah,Di sebuah kampus ternama di Jakarta, empat gadis cantik, diantaranya ada Leticia, Evanora, Josie, dan Kiran. Terlihat sedang duduk di salah satu sudut kafetaria kampus. Mereka baru saja menyelesaikan sesi konsultasi skripsi dengan dosen pembimbing masing-masing. Udara siang itu sungguh hangat, namun sedikit sejuk karena pendingin ruangan yang memenuhi kafetaria. Aroma kopi dan roti panggang menyebar di udara, menciptakan suasana yang nyaman untuk berdiskusi. Masing-masing dari mereka tampak lega setelah menerima masukan yang positif dari dosen pembimbing mereka, seolah-olah semakin dekat dengan kelulusan yang keempatnya idam-idamkan.Leticia, dengan rambut panjangnya yang hitam berkilau tergerai di bahunya, membuka pembicaraan. "Akhirnya, penyusunan skripsi ini mulai terlihat jelas ya, kalian bagaimana?""Benar," jawab Evanora, atau yang biasa dipanggil Eva, dengan senyum kecil di wajahnya. Gadis berambut bergelombang tersebut tampak lebih tenang dibanding
Suatu siang di Plaza Indonesia,Siang hari di salah satu sudut coffee shop mewah di Plaza Indonesia, empat pria paruh baya sedang duduk-duduk santai di meja pojok dengan pemandangan yang menghadap ke luar mall. Mereka adalah empat pengusaha sukses di Kota Jakarta, antara lain Tuan Edward, Tuan Rahez, Tuan Tiano, dan Tuan King. Dikenal sebagai pebisnis yang menguasai sektor-sektor penting di Indonesia, mereka semua bersahabat dekat, sering bertemu untuk sekedar berbagi cerita, terutama tentang bisnis dan keluarga mereka.Tuan Edward, yang paling dulu tiba, memulai percakapan dengan penuh kebanggaan. "Aku bangga sekali dengan Isaac dan Jacob. Mereka benar-benar telah membawa perusahaan keluarga ke level yang lebih tinggi. Isaac sangat visioner dalam investasi dan Jacob, dia mengelola timnya dengan luar biasa. Lihat saja hasilnya, perusahaan berkembang sangat pesat dalam waktu singkat," ucapnya bangga sambil menyeruput kopi hitamnya.Tuan Rahez, yang duduk di sebelahnya, tersenyum bang
Di sebuah sudut restoran mewah, Amy and Cake di kawasan Kemang, keempat ibu sosialita yang dikenal di kalangan elite Kota Jakarta terlihat sedang duduk nyaman di sofa berbahan beludru yang elegan. Mereka adalah Nyonya Arlyn, Nyonya Zemi, Nyonya Hera, dan Nyonya Agnes. Masing-masing dari mereka mengenakan pakaian rancangan desainer terkenal, tampak segar setelah menghabiskan waktu di salon mewah dari pagi sampai siang itu. Di depan keempatnya telah terhampar berbagai hidangan western, aneka cupcake cantik, serta mocktail berwarna-warni yang sangat memikat mata."Sungguh hari yang menyenangkan," ucap Nyonya Arlyn sambil menyeduh mocktail berwarna merah muda dengan lemon slice di atasnya. "Aku merasa sangat rileks setelah perawatan tadi. Dan, restoran ini, ah, makanannya benar-benar luar biasa," lanjutnya seraya mencicipi cupcake dengan frosting warna pastel.Nyonya Zemi, yang duduk di sebelahnya, tertawa kecil. "He-he-he. Memang, Kemang tidak pernah mengecewakan untuk urusan makanan
Kembali kepada keempat CEO muda,Langit Jakarta tampak cerah ketika empat pria muda melangkah keluar dari mobil-mobil mewah mereka, siap untuk menjalani misi yang tak terduga hari ini. Isaac, Fritz, Harvey, dan Jacob, keempat CEO muda yang menguasai dunia bisnis di Kota Jakarta terlihat sedang berkumpul di depan sebuah toko bunga yang terkenal di salah satu sudut jalan di kawasan Jakarta Selatan. Di tangan mereka masing-masing, sudah tergenggam buket bunga yang siap diberikan kepada gadis-gadis yang telah mencuri hati mereka.Isaac, si perfeksionis yang selalu tenang, memilih seikat mawar putih. Dan berencana akan memberikan kepada Leticia, gadis yang selalu membuat hatinya berdebar. Bunga mawar putih tersebut sebagai simbol ketulusan dan kemurnian cintanya kepada Leticia. Mawar putih itu adalah caranya untuk menunjukkan bahwa perasaannya benar-benar tulus kepada sang gadis.Di sisi lain, Fritz, pria yang dikenal dengan kelembutan dan pesonanya, mengambil buket mawar berwarna pink. Bu
Keseruan Isaac dan Leticia,Setelah menghabiskan waktu untuk berbincang-bincang sebentar di kafetaria kampus, Isaac menatap Leticia dengan raut wajah penuh harapan. Mata mereka bertemu dalam sejenak keheningan, sebelum akhirnya Isaac, dengan penuh keberanian, mengajak Leticia untuk jalan-jalan ke Pantjoran Pecinan, PIK."Leticia, bagaimana kalau kita jalan-jalan sore ini? Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu di Pantjoran," ucap Isaac tiba-tiba, dengan senyum kecil di wajahnya.Leticia terkejut, tapi bibirnya membentuk senyum tipis. "Sekarang? Kamu serius, Isaac?" tanyanya sambil tertawa kecil, menutupi sedikit kegugupannya.Isaac mengangguk dengan mantap. "Ya, Sayangku Leticia, sekarang dong. Aku nggak mau menunggu lebih lama lagi. Ayo kita pergi," ucapnya lalu meraih tangan gadis itu dengan setengah memaksa.Leticia merasa jantungnya mulai berdebar-debar kencang saat ini, tapi akhirnya dia setuju juga. Gadis itu ingat janjinya kepada sang ayah, untuk tidak boleh sembarangan diajak
Fritz dan Kiran duduk di salah satu sudut kafetaria kampus, mengobrol ringan setelah seharian disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Kiran, gadis yang dikenal ramah dan cerdas, selalu berhasil menarik perhatian Fritz. Namun, sore itu terasa berbeda. Ada sesuatu yang ingin Fritz katakan, namun dia memilih untuk menundanya. Setelah beberapa menit berbincang, Fritz tiba-tiba tersenyum lebar."Kiran, hari ini sudah lama sekali kita berada di area kampus. Bagaimana kalau kita pergi sebentar ke suatu tempat yang spesial?" Fritz berkata dengan nada santai, namun pandangannya terlihat serius.Kiran mengerutkan keningnya. "Kita mau ke mana, Fritz? Maksudmu sekarang?"Fritz mengangguk. "Iya Kiran, sekarang. Aku mau ajak kamu ke The Awan Lounge. Tempat yang sangat indah, pemandangannya sungguh spektakuler, dan makanannya juga enak."Kiran terdiam sejenak. Nama tempat itu terdengar familiar, namun dia belum pernah berkunjung ke sana. "The Awan Lounge? Bukannya itu rooftop yang terkenal di
Di sebuah kampus ternama di Kota Jakarta,Isaac, sang pengusaha muda sukses, sedang berdiri di tengah keramaian kampus Leticia, matanya terus mencari-cari keberadaannya. Dia sudah merencanakan hari ini dengan baik. Pria itu ingin mengajak gadis pujaan hatinya untuk berjalan-jalan dan menghabiskan waktu bersama.Isaac bahkan menunda meeting penting di kantornya demi hanya untuk bertemu dengan leticia.Isaac menyusuri kampus itu seraya berkata dalam hati,"Hari ini adalah kesempatan sempurna untuk mengajak Leticia bersamaku. Aku harus membuatnya setuju!"Setelah lama berkeliling, Leticia akhirnya muncul dari kejauhan. Gadis itu sedang bersama sekelompok teman perempuannya.Dari kejauhan, dia dapat melihat Isaac yang sedang melambaikan tangan ke arahnya."Duh ... ada Isaac! Ngapain sih dia ke sini?" Ternyata Leticia kurang suka dengan kedatangan pria itu di kampusnya."Ya, tentu saja. Kak Isaac ingin bertemu denganmu, Cia!" celutuk Josie, sang sahabat yang juga merupakan adik bungsu d
Fritz dan Kiran duduk di salah satu sudut kafetaria kampus, mengobrol ringan setelah seharian disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Kiran, gadis yang dikenal ramah dan cerdas, selalu berhasil menarik perhatian Fritz. Namun, sore itu terasa berbeda. Ada sesuatu yang ingin Fritz katakan, namun dia memilih untuk menundanya. Setelah beberapa menit berbincang, Fritz tiba-tiba tersenyum lebar."Kiran, hari ini sudah lama sekali kita berada di area kampus. Bagaimana kalau kita pergi sebentar ke suatu tempat yang spesial?" Fritz berkata dengan nada santai, namun pandangannya terlihat serius.Kiran mengerutkan keningnya. "Kita mau ke mana, Fritz? Maksudmu sekarang?"Fritz mengangguk. "Iya Kiran, sekarang. Aku mau ajak kamu ke The Awan Lounge. Tempat yang sangat indah, pemandangannya sungguh spektakuler, dan makanannya juga enak."Kiran terdiam sejenak. Nama tempat itu terdengar familiar, namun dia belum pernah berkunjung ke sana. "The Awan Lounge? Bukannya itu rooftop yang terkenal di
Keseruan Isaac dan Leticia,Setelah menghabiskan waktu untuk berbincang-bincang sebentar di kafetaria kampus, Isaac menatap Leticia dengan raut wajah penuh harapan. Mata mereka bertemu dalam sejenak keheningan, sebelum akhirnya Isaac, dengan penuh keberanian, mengajak Leticia untuk jalan-jalan ke Pantjoran Pecinan, PIK."Leticia, bagaimana kalau kita jalan-jalan sore ini? Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu di Pantjoran," ucap Isaac tiba-tiba, dengan senyum kecil di wajahnya.Leticia terkejut, tapi bibirnya membentuk senyum tipis. "Sekarang? Kamu serius, Isaac?" tanyanya sambil tertawa kecil, menutupi sedikit kegugupannya.Isaac mengangguk dengan mantap. "Ya, Sayangku Leticia, sekarang dong. Aku nggak mau menunggu lebih lama lagi. Ayo kita pergi," ucapnya lalu meraih tangan gadis itu dengan setengah memaksa.Leticia merasa jantungnya mulai berdebar-debar kencang saat ini, tapi akhirnya dia setuju juga. Gadis itu ingat janjinya kepada sang ayah, untuk tidak boleh sembarangan diajak
Kembali kepada keempat CEO muda,Langit Jakarta tampak cerah ketika empat pria muda melangkah keluar dari mobil-mobil mewah mereka, siap untuk menjalani misi yang tak terduga hari ini. Isaac, Fritz, Harvey, dan Jacob, keempat CEO muda yang menguasai dunia bisnis di Kota Jakarta terlihat sedang berkumpul di depan sebuah toko bunga yang terkenal di salah satu sudut jalan di kawasan Jakarta Selatan. Di tangan mereka masing-masing, sudah tergenggam buket bunga yang siap diberikan kepada gadis-gadis yang telah mencuri hati mereka.Isaac, si perfeksionis yang selalu tenang, memilih seikat mawar putih. Dan berencana akan memberikan kepada Leticia, gadis yang selalu membuat hatinya berdebar. Bunga mawar putih tersebut sebagai simbol ketulusan dan kemurnian cintanya kepada Leticia. Mawar putih itu adalah caranya untuk menunjukkan bahwa perasaannya benar-benar tulus kepada sang gadis.Di sisi lain, Fritz, pria yang dikenal dengan kelembutan dan pesonanya, mengambil buket mawar berwarna pink. Bu
Di sebuah sudut restoran mewah, Amy and Cake di kawasan Kemang, keempat ibu sosialita yang dikenal di kalangan elite Kota Jakarta terlihat sedang duduk nyaman di sofa berbahan beludru yang elegan. Mereka adalah Nyonya Arlyn, Nyonya Zemi, Nyonya Hera, dan Nyonya Agnes. Masing-masing dari mereka mengenakan pakaian rancangan desainer terkenal, tampak segar setelah menghabiskan waktu di salon mewah dari pagi sampai siang itu. Di depan keempatnya telah terhampar berbagai hidangan western, aneka cupcake cantik, serta mocktail berwarna-warni yang sangat memikat mata."Sungguh hari yang menyenangkan," ucap Nyonya Arlyn sambil menyeduh mocktail berwarna merah muda dengan lemon slice di atasnya. "Aku merasa sangat rileks setelah perawatan tadi. Dan, restoran ini, ah, makanannya benar-benar luar biasa," lanjutnya seraya mencicipi cupcake dengan frosting warna pastel.Nyonya Zemi, yang duduk di sebelahnya, tertawa kecil. "He-he-he. Memang, Kemang tidak pernah mengecewakan untuk urusan makanan
Suatu siang di Plaza Indonesia,Siang hari di salah satu sudut coffee shop mewah di Plaza Indonesia, empat pria paruh baya sedang duduk-duduk santai di meja pojok dengan pemandangan yang menghadap ke luar mall. Mereka adalah empat pengusaha sukses di Kota Jakarta, antara lain Tuan Edward, Tuan Rahez, Tuan Tiano, dan Tuan King. Dikenal sebagai pebisnis yang menguasai sektor-sektor penting di Indonesia, mereka semua bersahabat dekat, sering bertemu untuk sekedar berbagi cerita, terutama tentang bisnis dan keluarga mereka.Tuan Edward, yang paling dulu tiba, memulai percakapan dengan penuh kebanggaan. "Aku bangga sekali dengan Isaac dan Jacob. Mereka benar-benar telah membawa perusahaan keluarga ke level yang lebih tinggi. Isaac sangat visioner dalam investasi dan Jacob, dia mengelola timnya dengan luar biasa. Lihat saja hasilnya, perusahaan berkembang sangat pesat dalam waktu singkat," ucapnya bangga sambil menyeruput kopi hitamnya.Tuan Rahez, yang duduk di sebelahnya, tersenyum bang
Siang yang begitu cerah,Di sebuah kampus ternama di Jakarta, empat gadis cantik, diantaranya ada Leticia, Evanora, Josie, dan Kiran. Terlihat sedang duduk di salah satu sudut kafetaria kampus. Mereka baru saja menyelesaikan sesi konsultasi skripsi dengan dosen pembimbing masing-masing. Udara siang itu sungguh hangat, namun sedikit sejuk karena pendingin ruangan yang memenuhi kafetaria. Aroma kopi dan roti panggang menyebar di udara, menciptakan suasana yang nyaman untuk berdiskusi. Masing-masing dari mereka tampak lega setelah menerima masukan yang positif dari dosen pembimbing mereka, seolah-olah semakin dekat dengan kelulusan yang keempatnya idam-idamkan.Leticia, dengan rambut panjangnya yang hitam berkilau tergerai di bahunya, membuka pembicaraan. "Akhirnya, penyusunan skripsi ini mulai terlihat jelas ya, kalian bagaimana?""Benar," jawab Evanora, atau yang biasa dipanggil Eva, dengan senyum kecil di wajahnya. Gadis berambut bergelombang tersebut tampak lebih tenang dibanding
Setelah merasakan kekecewaan yang dalam atas sikap dingin para ayah dari gadis-gadis yang mereka sukai, Fritz, Isaac, Harvey, dan Jacob memutuskan untuk menenangkan diri. Keempatnya sepakat untuk nongkrong bersama di sebuah restoran di Mall Grand Indonesia, tepatnya di Popolamama, restoran yang menyajikan beragam menu western favorit mereka. Restoran ini terletak di salah satu sudut mall yang ramai, dengan suasana yang nyaman dan elegan, cocok untuk melupakan sejenak kepenatan hati.Begitu sampai di Restoran Popolamama, mereka segera duduk di meja dekat jendela yang menghadap ke atrium mall. Pelayan pun datang membawa menu, dan masing-masing dari mereka mulai memilih makanan favorit.“Selamat datang di Restoran Popolamama. Ada yang bisa saya bantu?” tutur seorang pelayan sambil tersenyum ramah ke arah pria-pria muda itu."Aku pesan spaghetti carbonara," ucap Fritz sambil menutup menu. "Ini sudah lama jadi makanan favoritku."Isaac mengangguk sambil tersenyum tipis. "Kalau aku, ingi
Setelah seminar kepemimpinan nasional selesai, para peserta mulai berhamburan keluar dari ruangan konferensi. Fritz, Isaac, Harvey, dan Jacob masih berdiri di sudut ruangan, merasa lega karena mereka telah berhasil melewati sesi yang penuh tekanan. Namun, bagi keempatnya, seminar ini bukan hanya soal membagikan ide kepemimpinan, melainkan juga kesempatan untuk berinteraksi dengan para pengusaha senior, terutama para ayah dari gadis-gadis yang mereka sukai.Fritz pun lalu memutuskan untuk mendekati Tuan King, ayah Kiran, gadis yang sudah lama dikagumi olehnya dalam diam. Dengan sedikit ragu-ragu namun penuh percaya diri, Fritz berjalan menuju pria itu yang sedang berdiri di samping sebuah meja, yang terlihat sedang berbicara dengan seorang koleganya."Selamat sore, Tuan King," sapa Fritz dengan formal sambil senyum ramah, "Saya Fritz, saya sangat terkesan dengan kehadiran Anda di seminar ini. Saya harap Anda menikmati sesi diskusi tadi,” serunya sopan walaupun sebenarnya mereka salin
Pagi yang cerah,Di sebuah hotel mewah di pusat Kota Jakarta, sebuah seminar tingkat nasional tentang kepemimpinan sedang berlangsung. Pagi itu, ruangan seminar dipenuhi oleh para CEO muda dan pengusaha sukses yang berpengalaman, semuanya hadir untuk berbagi pandangan dan memperluas jaringan koneksi usaha mereka. Di antara peserta yang menonjol adalah empat CEO muda yang masih baru di dunia bisnis, namun sudah menunjukkan potensi luar biasa. Mereka adalah Fritz, Isaac, Harvey, dan Jacob.Keempat pria tampan tersebut duduk di barisan depan, mengenakan setelan jas yang sangat rapi dengan raut wajah yang sedikit gugup. Bagaimana tidak, di antara para peserta, ada beberapa tokoh besar dunia bisnis yang mereka sangat hormati, termasuk ayah dari gadis-gadis yang pria-pria itu sukai. Fritz melirik ke arah belakang, di mana Tuan King, ayah dari Kiran, gadis yang diam-diam disukainya sedang duduk, dan tampak tenang namun penuh wibawa.Isaac juga tak bisa menahan diri untuk sesekali melihat ke