****
Jam sebelas malam aku terbangun mendengar telepon milikku berdering.Kring... Kring...Kring....
Tanganku meraba ponsel yang aku taruh di atas nakas. Sebuah panggilan dari mas Anas, suamiku.
Aku menggeser tombol hijau di layar dan suara mas Anas langsung terdengar dari seberang telepon.'' Haloo sayang, sudah tidur? Mas tidak bisa tidur, kangen nih, suntuk di rumah sakit. Bagaimana keadaan dirumah, baik-baik kan sayang sama kakak? sudah makan malam belum?tanya suamiku tanpa henti.'' Haloo mas, adek sudah makan tadi jam tujuh. Keadaan di rumah yaaaahh.... begitulah mas! adek pusing dirumah, besok adek ke Rumah Sakit ya mas, Kangen Juga! ucapku penuh penekanan dengan air mata yang mulai mengalir.'' Tapi sayang, mas itu disini bukan refershing ya! Disini itu lagi nemenin Ayah yang lagi sakit. Tapi kalau kangen ya hayuukkk atuh kesini, mas juga kangen!'' ucap suamiku, secara kami pengantin baru harus terpisah sementara karena orang tuanya masuk rumah sakit''.Pak Bayu adalah Ayah suamiku yang berarti beliau adalah mertuaku. Ayah sudah lama sakit, beliau mengidap Diabetes kering sejak sepuluh tahun lalu. Dan ini bukan kali pertama Ayah masuk rumah sakit. Sudah berulang kali Ayah masuk rumah sakit dengan keluhan kakinya yang sudah mulai membusuk dan jari-jari kaki yang sudah mulai menghitam hampir putus kerena luka yang tidak kunjung sembuh.
**Seperti biasa, selepas sholat subuh, aku langsung masak untuk sarapan ku sendiri. Menu pagi ini, sayur tumis kangkung dan tempe goreng. Kebetulan kemarin sore, Bu Ning tukang sayur keliling lewat depan rumah.Kulihat jam di dinding, sudah pukul enam pagi. akupun bersiap-siap untuk mandi karena pukul Tujuh harus berangkat bekerja. Rencananya sepulang kerja nanti aku akan langsung berangkat ke kota menyusul suamiku di Rumah Sakit.Aku berangkat sendirian mengunakan sepeda motor spacy milikku. Sekitar satu jam setengah perjalanan dari rumah menuju Rumah Sakit.'' Loh! Kok Nay sudah sampai sini, Kenapa kesini Nay, bukannya dirumah saja tungguin rumahnya nanti siapa yang beresin rumahnya kalau kamu kesini, sayang barang-barang dirumah kalau rumahnya kosong. Kalau Nay kesini nanti Anas jadi tidak konsentrasi ngurus Ayahnya, baru ditinggal Anas sebentar saja sudah segitunya kamu ini. Sudah pulang saja sana, bisa kan pulang Nay, hafal jalan kan Nay? Ibu tidak mau ya hanya karena ada kamu disini Anas jadi mengabaikan Ayah Ibunya! lagian disini juga sempit tidak ada tempat untuk bertiga yang ada ayah tidak bisa istirahat jika terlalu ramai!'' ucap ibu mertuaku tanpa henti.'' Astaghfirullah bu, Nay baru sampai loh ini! Belum juga lihat keadaan Ayah seperti apa, belum juga masuk kedalam, sudah disuruh pulang saja! biarkan Nay masuk sebentar untuk melihat keadaan ayah seperti apa''. Ucapku yang tidak menyangka akan mendapat reaksi seperti ini.Belum sempat masuk aku masuk ruangan sudah mendapat sambutan tidak enak dari ibu mertua. Dengan sedikit kecewa akupun masuk dan mengetuk pintu. Sudah kutanamkan dalam hati bahwa tidak akan menginap disini, biarlah aku pulang saja dan mas anas tetap disini.Tok-tok.."Assalamualaikum" , ucapku perlahan takut mengganggu pasien lainnya." Waalaikumsalam", ucap ayah yang kebetulan baru bangun tidur. "Loh nay,? sudah sampai sini? sama siapa? sini sini masuk, antusias ayah melihatku datang." Ayah apa kabar,? Bagaimana kakinya, masih sakit? ucapku mendekat ke ayah dengan cepat mengambil tangan ayah dan segera mencium tangannya dengan takjim. Boleh Nay lihat yah,? Kok seperti ada bau bau ya yah",? Ucapku menggoda ayah sambil menutup hidung sedikit." Iya Nay, luka kaki ayah membusuk,! Lihat saja jempol dan jari jarinya menghitam. Ini sih sudah jauh lebih baik Nay barusan di bersihkan sama perawatnya"." Pantesan yah,! Tapi itu apa yah,? ada cairan yang merembes di kain kasanya, seperti nanah
Pukul delapan malam kami tiba di penginapan. Mas Anas segere ke loket pendaftaran untuk menyewa sebuah kamar, setelah menunggu kurang lebih sepuluh menit akhirnya office datang dan mengajak kami untuk melihat kamar.Setelah pintu kamar di buka, aku tercengang melihat isi kamarnya. Ya dengan menyewa sekitar delapan puluh ribu sehari kami sudah mendapat kamar yang cukup layak untuk kami istirahat malam ini. Kamar dengan fasilitas cukup lengkap berukuran dua kali tiga cat berwarna hijau ini dengan satu tempat tidur lengkap dengan perlengkapannya satu televisi, lemari dan satu kamar mandi. Aku bersyukur setidaknya tidak pulang malam- malam begini.Setelah kami membersihkan diri dan berganti pakaian ku rebahkan tubuh ini diatas kasur.Masih terdiam diri membayangkan apa yang barusan terjadi mengingat - ingat reaksi dan sikap dari ibu mertuaku. " Kamu kenapa Nay,? Masih memikirkan ucapan ibu tadi?" Tanya mas Anas yang curiga melihatku yang melamun terus."Tidak mas,! Aku cuma tidak habis f
Nafasnya masih memburu terlihat dari dadanya yang naik turun menahan emosi.Perlahan ku dekati dan ku peluk mas Anas, Air mata yang semula kutahan kini tak bisa di bendung lagi. Kamipun berpelukan melepas sesak didada."Mas,! Bagaimana nasib ku kedepan,! Bagaimana nasibku jika harus menjadi satu dengan orang tuamu sedangkan mereka tidak suka denganku,?Tanyaku kemudian." Jangan fikirkan itu dulu ya sayang,! kita fikirkan setelah Ayah pulang,! Sekarang kita fikirkan dimana kita mencari pendonor darah untuk Ayah dengan golongan darah A, sedangkan di PMI setok kosong,! Kamu harus tenang, jangan banyak fikiran mas akan selalu mendampingimu,!"." Baiklah,! Sekarang mas siap-siap dan segera kembali kesana.Jangan biarkan ibu semakin marah padaku karena mas terlalu lama disini,! Berikan kunci kamar dan segeralah meluncur,! Tunaikan baktimu sebagai anak mas,!" Ucapku memberi semangat." Terus kamu bagaimana,! tidak,! Kamu harus ikut dengan mas,! Jika ibu menolak kamu bisa menunggu di luar,!""
Setengah berlari Anas menuju keparkiran dengan membawa surat keterangan, tidak enak jika para bapak-bapak menunggunya terlalu lama. '' Assalamualaikum pak, maaf lama ya?ini saya langsug membawa suratnya supaya kita bisa langsung menuju ke PMI pak. '' Waalaikumsalam mas, ah tidak kami telpon tadi juga baru sampai! ya sudah ayo kita segera ke PMI untuk donor, takut antri dan kesorean juga nanti. Mereka pun dengan segera menuju ke kantor PMI untuk melakukan donor darah, tanpa antri terlebih dahulu karena sudah mendapat telepon terlebih dahulu dari rumah sakit mereka langsung di persilahkan untuk masuk kedalam. '' Bu ini kami dari rumah sakit Chindekia akan donor darah untuk bapak bayu dan ini suratnya. '' Bapak bayu ya pak? iya ini kami barusan mendapat telepon dari rumah sakit bahwa akan ada pendonor untuk bapak bayu,! segera mungkin kami diminta untuk melayani terlebih dahulu karena ini genting. Baik Bapak-bapak silahkan masuk ruangan akan kami cek terlebih dahulu kecocokan dan te
Dari seberang sana terlihat bapak-bapak sedang berbisik-bisik sambil sesekali melirik ke arah kami berdua. aku tidak tau apa yang sedang mereka bicarakan, mudah-mudahkan tidak sedang membicarakan kami. " Loh loh loh! Istrinya ikut kesini toh mas? Kenapa di ajak? Masnya kan lagi repot! Kalau ngajak istri entar makin repot mas! Sudah mbaknya itu pulang saja! Masnya biar disini ngurus orang tuanya! Ujar pak Edo.Deg. kenapa orang-orang disini suka sekali bicara tanpa menyaring terlebih dahulu kata-katanya, suka sekali seperti ini! oke, Cukup sudah! Niat hati ingin perhatian, sayang, khawatir dengan keadaan orang tua suamiku kini hilang entah kemana rasa itu. Lemah rasa tak bertulang kaki, hati yang ku pertahankan sejak datang kemari kini remuk hanya dengan satu dua orang yang menyalahkanku akan kehadiranku. Air mata yang ku pertahankan agar tak jatuh kembali kini sudah mengalir dengan derasnya. Ya Allah apa salahku! ucapku dalam hati." Hussst! Jangan bicara seperti itu pak Edo! Jaga
Sambil melihat-lihat kertas hasil lab ayah dengan segala pertimbangan dokter pun menyampaikan kondisi ayah yang sebenarnya." Dan untuk operasi ini, setelah saya melihat luka beliau yang berada pada telapak kakinya yang menjalur ke jari- jari kemudian naik ke atas, yaitu betisnya besar kemungkinan kaki beliau akan kami amputasi sampai ke lututnya. Itupun jika kami bisa menemukan jalur luka yang benar. Jika kami tidak bisa menemukan di amputasi pun percuma pak karena luka tersebut akan semakin membesar!"" Jadi menurut dokter, Walaupun sudah di amputasi masih kecil kemungkinan untuk sembuh? Begitu dok!"" Bisa di katakan seperti itu pak! Ini diabetes pak! Dan selama ini kami belum menemui penderita diabetes yang bisa sembuh.,! ooiya kami ada opsi kedua! Kami hanya akan mengambil luka busuknya dan jika ada jari- jari yang mulai menghitam itu tandanya sudah membusuk dan jika sudah membusuk itu berarti sudah tidak berfungsi lagi itu akan kami ambil bagian mana saja yang busuk. Bagaimana
Aku terkejut sekali, kenapa mas anas bisa tiba-tiba ada disini, kapan sampainya?kira -kira mas anas mendengar obrolan kami tidak ya, ya walaupun obrolan kami masih dalam kategori wajar dan aman tapi kita kan tidak tau hati seseorang. Ya ampun mas, mudah-mudahan saja kamu tidak salah paham. Batinku!"Oooo... ternyata ini alasan kamu mas telepon tidak mau menjawab?karena dia?iya?"tanya mas anas dengan rahang yang mengeras dan mengepalkan tangan."Buk......""Emmm halooo mas, ada apa ya ini?kenapa marah-marah?anda siapa? tanya dio kebingungan kenapa ada laki-laki yang datang tiba-tiba dan marah-marah."Anda diam!"bentak mas anas. Saya bertanya kepada istri saya!"Ooooo... ternyata ini suami kamu Nay?Sepertinya tidak ramah ya nay?sehebat apa sih suami kami ini nay, sehingga kamu bisa menikah dengan dia!ucap dio tidak kalah galaknya. Aku kebingungan dibuatnya, melihat mas anas yang mulai marah tidak seperti biasanya yang lemah lembut bahasanya sekarang menunjukan sedikit sikapnya. dan Ya a
Para pedagang di sekitaran taman pun datang untuk mengetahui ada apa sebenarnya. Riuh ramai kali ini, benar saja seperti apa yang aku fikirkan bahwa mas anas akan melakukan hal memalukan seperti ini, bahkan banyak di antara mereka yang melempari kami dengan bahan-bahan dagangan mereka. Malu, jelas malu, sakit jelas sakit, entah setan apa yang merasuki jiwa mas anas sehingga dia bisa melakukan hal tadi. Mas anas yang masih dalam mode diamnya itu terus mengepalkan kedua tangannya sehingga ujung kukunya memutih,terlihat sekali sedang menahan amarahnya. Aku yang sedang duduk di hadapannya bergidik ngeri takut dia akan melakukan hal-hal di luar nalar, dengan cepat aku langsung meminta maaf kepada para pedangang itu dan segera memberi uang pengganti kerugiannya."Maaf pak, maaf bu! Maafkan atas kekacaun yang terjadi, kami memang sedang ada sedikit kesalahpahaman. Ucapku sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada tanda permintaan maaf. Mas anas melirik menatapku dengan tajam tanda tidak
"Mas tolong, Jangan..!"Namun bagai predator yang sedang dikuasai api cemburu, Mas Anas terus melakukan aktifitasnya tanpa jeda sambil melepas satu persatu pakaiannya."Kenapa jangan? bukan kah mas ini suami kamu! yang berhak atas tubuh kamu? atau jangan -jangan kamu habis melakukannya dengan laki-laki itu! mana Nay! Buka bajumu sekarang, mas ingin lihat bekas tanda yang telah di buat oleh laki-laki itu!"Kini mas Anas sudah tidak memakai sehelai kain apapun dan juga sudah mulai melepaskan sabuk celananya."Mas,....! jangan seperti ini! Kamu sedang cemburu! tolong mas! kita bisa bicara baik-baik!" ucapku memohon."Kenapa? kamu takut mas mengetahui semua kebusukanmu? iya!" Dengan tatapan nyalang tajam mas Anas mengangkat tubuhku dan di lemparkannya di atas kasur, aku beringsut mundur namun naas mas Anas sudah menerkam tubuh ini bak binatang buas yang sangat kelaparan."Buka bajumu sekarang, atau mas sobek dengan paksa Nay?"Aku yang masih ketakutan tidak mendengarkan sama sekali, kemud
Aku menyusuri ruang demi ruang yang ada di rumah sakit ini, terlihat sekilas Dio sedang sibuk kesana kemari dan akhirnya masuk kedalam ruang operasi. Terlihat sekali kekhawatiran di raut wajahnya,agaknya sedikit genting. Biarkan saja Nay!ikuti saran terbaik dari Dio! Ikuti semua keinginan suamimu sekarang, pernikahan mu baru beberapa hari, tidak lucu kan kalau sudah ribut-ribut begini. Aku bermonolog dan memberi semangat dalam hati.Tibalah aku di depan ruangan VVIP dimana mertua aku di rawat, terlihat mas Anas sedang duduk di depan kursi tunggu rumah sakit dengan mengepalkan tangan dan wajah mas Anas yang sangat kusut, kucel dan berantakan menurutku. Jauh berbeda dengan mimik wajah ibu mertuaku. Kamu tau wajah peran antagonis di sinetron ikatan cinta? Elsa. Nah seperti itulah kira-kira lirikannya, mimik wajahnya seolah akan menelan hidup-hidup orang yang ada di depannya . Duh aku menelan saliva sambil memegangi leher takut jika tiba-tiba ibu melihatku dan mencekik leher ini. Astaga!
Dan nayla pun mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi beberapa bulan yang lalu.aku yang sudah mulai putus asa karena beberapa bulan ini hilang kontak atau Ldr kelamaan dengan mu, mulai berfikir jika dio yang sedang menempuh pendidikan spesialisnya itu tidak akan tetap setia, pasalnya menempuh pendidikan spesialis itu lama butuh kurang lebih 3 tahun, dan selama 3 tahun itu kami Ldr kembali. Memikirkan jika pasti dio sudah mempunyai pasangan penggantinya, maka aku yang sudah berusia 30 tahun mulai membuka hati untuk orang lain masuk. Mendapat kenalan dari teman waktu SMA,akhirnya kami pendekatan. Aku yang memang sudah tidak Pd karena banyak tetangga yang mengatakan aku ini perawan tua kebanyakan mimpi menunggu seorang calon dokter yang hilang kontak pun mulai berfikir. Salahku memang aku tidak pernah main kerumah mas anas, tidak tau watak dan respon keluarganya. Dalam waktu kurang lebih 1 tahun pendekatan yang memang mulus seperti jalan tol mas anas melamarku, jarak dari lamar
Masih dalam diam aku sempat putus asa, apa yang harus aku lakukan sekarang. Apakah masih berani aku untuk mendekat lagi kepada mereka, apa yang akan ibu mertuaku itu lakukan terhadapku setelah mas anas menceritakan semua kesalahpahaman ini. Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya kepada Dio langkah apa yang harus aku lakukan sekarang. Ya dio pasti akan memberikan saran terbaiknya untukku seperti selama 8 tahun kami menjalin hubungan. "Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang Dio?" tatapku dengan nanar air mata yang terus mengalir. Masih diam. Dio masih dalam mode diamnya, seperti biasa jika ada masalah Dio akan menjadi lebih diam dari biasanya. Dio akan berfikir lebih logis lagi, tidak akan mengambil tindakan tanpa berfikir apalagi main kekerasan. Dio memang tidak pernah berubah masih seperti Dio ku yang dahulu, aku tersadar dengan fikiranku sendiri. Duh apaan sih Nay, ingat nay kamu sudah punya suami. Buang jauh-jauh fikiran gila mu itu nay!Aku bermonolog dalam hati. "Dio..
Dengan sedikit paksaan akhirnya Dio pun mau mengantarkan aku untuk kembali ke suamiku, biarlah aku pasrah dengan apapun yang akan terjadi kedepannya. Setibanya kami di Rumah sakit aku melihat mas Anas sedang serius membicarakan sesuatu, terlihat dari mimik wajah yang serius sekaligus tegang seperti sedang menahan amarah, begitu pun dengan ibu mertuaku. Dengan sedikit kekuatan dan dorongan dari Dio agar aku segera mendekat kearah mereka, aku pun dengan perlahan menuju kearah mereka."Apa...!"Kamu ini! dari dulu tidak pernah percaya dan tidak pernah mau mendengarkan apa perkataan ibuk! Bukan tanpa alasan ibuk tidak menyukai Nayla itu Nas! begini kan akhirnya, apa yang ibu duga selama ini akhirnya terjadi juga! ucap ibu dengan penuh amarah."Bu...! bentak mas anas. Tenang bu, ini rumah sakit! Malu."Apa! masih mau menyangkal apalagi kamu, hah! Dari awal pernikahan kalian itu ibu sebenarnya sudah tidak setuju, sudah tidak suka sama Nayla itu! Apa sebenarnya yang kamu banggain?sudah dari
Para pedagang di sekitaran taman pun datang untuk mengetahui ada apa sebenarnya. Riuh ramai kali ini, benar saja seperti apa yang aku fikirkan bahwa mas anas akan melakukan hal memalukan seperti ini, bahkan banyak di antara mereka yang melempari kami dengan bahan-bahan dagangan mereka. Malu, jelas malu, sakit jelas sakit, entah setan apa yang merasuki jiwa mas anas sehingga dia bisa melakukan hal tadi. Mas anas yang masih dalam mode diamnya itu terus mengepalkan kedua tangannya sehingga ujung kukunya memutih,terlihat sekali sedang menahan amarahnya. Aku yang sedang duduk di hadapannya bergidik ngeri takut dia akan melakukan hal-hal di luar nalar, dengan cepat aku langsung meminta maaf kepada para pedangang itu dan segera memberi uang pengganti kerugiannya."Maaf pak, maaf bu! Maafkan atas kekacaun yang terjadi, kami memang sedang ada sedikit kesalahpahaman. Ucapku sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada tanda permintaan maaf. Mas anas melirik menatapku dengan tajam tanda tidak
Aku terkejut sekali, kenapa mas anas bisa tiba-tiba ada disini, kapan sampainya?kira -kira mas anas mendengar obrolan kami tidak ya, ya walaupun obrolan kami masih dalam kategori wajar dan aman tapi kita kan tidak tau hati seseorang. Ya ampun mas, mudah-mudahan saja kamu tidak salah paham. Batinku!"Oooo... ternyata ini alasan kamu mas telepon tidak mau menjawab?karena dia?iya?"tanya mas anas dengan rahang yang mengeras dan mengepalkan tangan."Buk......""Emmm halooo mas, ada apa ya ini?kenapa marah-marah?anda siapa? tanya dio kebingungan kenapa ada laki-laki yang datang tiba-tiba dan marah-marah."Anda diam!"bentak mas anas. Saya bertanya kepada istri saya!"Ooooo... ternyata ini suami kamu Nay?Sepertinya tidak ramah ya nay?sehebat apa sih suami kami ini nay, sehingga kamu bisa menikah dengan dia!ucap dio tidak kalah galaknya. Aku kebingungan dibuatnya, melihat mas anas yang mulai marah tidak seperti biasanya yang lemah lembut bahasanya sekarang menunjukan sedikit sikapnya. dan Ya a
Sambil melihat-lihat kertas hasil lab ayah dengan segala pertimbangan dokter pun menyampaikan kondisi ayah yang sebenarnya." Dan untuk operasi ini, setelah saya melihat luka beliau yang berada pada telapak kakinya yang menjalur ke jari- jari kemudian naik ke atas, yaitu betisnya besar kemungkinan kaki beliau akan kami amputasi sampai ke lututnya. Itupun jika kami bisa menemukan jalur luka yang benar. Jika kami tidak bisa menemukan di amputasi pun percuma pak karena luka tersebut akan semakin membesar!"" Jadi menurut dokter, Walaupun sudah di amputasi masih kecil kemungkinan untuk sembuh? Begitu dok!"" Bisa di katakan seperti itu pak! Ini diabetes pak! Dan selama ini kami belum menemui penderita diabetes yang bisa sembuh.,! ooiya kami ada opsi kedua! Kami hanya akan mengambil luka busuknya dan jika ada jari- jari yang mulai menghitam itu tandanya sudah membusuk dan jika sudah membusuk itu berarti sudah tidak berfungsi lagi itu akan kami ambil bagian mana saja yang busuk. Bagaimana
Dari seberang sana terlihat bapak-bapak sedang berbisik-bisik sambil sesekali melirik ke arah kami berdua. aku tidak tau apa yang sedang mereka bicarakan, mudah-mudahkan tidak sedang membicarakan kami. " Loh loh loh! Istrinya ikut kesini toh mas? Kenapa di ajak? Masnya kan lagi repot! Kalau ngajak istri entar makin repot mas! Sudah mbaknya itu pulang saja! Masnya biar disini ngurus orang tuanya! Ujar pak Edo.Deg. kenapa orang-orang disini suka sekali bicara tanpa menyaring terlebih dahulu kata-katanya, suka sekali seperti ini! oke, Cukup sudah! Niat hati ingin perhatian, sayang, khawatir dengan keadaan orang tua suamiku kini hilang entah kemana rasa itu. Lemah rasa tak bertulang kaki, hati yang ku pertahankan sejak datang kemari kini remuk hanya dengan satu dua orang yang menyalahkanku akan kehadiranku. Air mata yang ku pertahankan agar tak jatuh kembali kini sudah mengalir dengan derasnya. Ya Allah apa salahku! ucapku dalam hati." Hussst! Jangan bicara seperti itu pak Edo! Jaga