Home / Romansa / DICERAI KARENA STRETCH MARK / Toha: Kita Perlu Bicara, Hasna!

Share

Toha: Kita Perlu Bicara, Hasna!

Author: Nurhayati Yahya
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Selamat membaca!

*****

"Minggir! Aku mau pergi," ucap Hasna lagi.

"Tidak semudah itu setelah kau menghina seorang Siska," ucap wanita itu seraya menyeringai licik ke arah Hasna, dia melangkah semakin dekat, lalu kedua tangannya mencengkeram lengan Hasna.

"Kau mau merasakan amarahku rupanya," dengan gerak cepat wanita berambut panjang itu menyeret Hasna ke toilet, ia turut masuk lalu mengunci pintu dari dalam. Hasna kaget dengan perlakuan Siska, pikirannya tengah menerka-nerka, apa kemauan wanita itu sebenarnya.

"Mau apa kamu, Siska?" tanya Hasna memasang ekspresi datar, wanita berhijab itu sama sekali tak gentar menerima tatapan maut yang dilayangkan Siska.

"Tentu saja memberimu pelajaran," sahut yang ditanya dengan seringai lebar, Hasna memutar bola mata, Alya sudah menunggunya di rumah, tapi wanita tak tahu diri itu malah menghalangi jalannya.

"Minggirlah! Aku tak mau menyakiti fisikmu," ucap Hasna malas, ia menghela napas dalam, "Bang Toha sudah jadi milikmu, lantas apa yang kau in
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • DICERAI KARENA STRETCH MARK   Mengajak Rujuk

    Selamat membaca!*****Hasna telah merampungkan dua desain terbaru, kerja kerasnya dari kemarin selesai juga siang ini. Gegas ia menghubungi Puspa, berniat mengajak wanita itu menemui Toha sore nanti, ia merasa tidak tenang jika harus pergi sendirian mengingat aksi mantan suaminya itu beberapa waktu lalu."Halo, Kak" sapanya setelah panggilan terhubung.[Ya, Hasna, ada apa?] tanya wanita itu di balik telepon."Eng, itu ... Kakak ada jadwal sore nanti?" tanyanya lagi.[Ada, Mas Arya ngajak ketemu, kenapa? Kalau mendesak kakak bisa batalin,] ucap Puspa bersungguh-sungguh."Eh, jangan! Bukan sesuatu yang penting kok," sahut Hasna mantap, ia tak mau mengacaukan acara Puspa demi menemaninya. Tak apa jika harus pergi sendiri, Allah akan melindungi di mana pun ia berada.[Benar? Kamu yakin?] tanya Puspa memastikan."Iya, Bu Puspa Arianaaa!" kelakar wanita berhijab itu tergelak.[Ish, kamu. Ya sudah kakak tutup ya? Mau kerja lagi,] ucapnya, Hasna mengiyakan, membalas ucapan salam Puspa lalu m

  • DICERAI KARENA STRETCH MARK   Kebetulan

    Selamat membaca!*****"Kurasa kau akan berubah pikiran setelah ini," ucap Toha lagi, ia menjeda ucapannya seraya menatap Hasna penuh misteri. Wanita berhijab itu mengangkat alis seraya membuang pandangan."Siska! Kemari, Sayang!" Seruan itu membuat Hasna menoleh, ia sedikit tersentak kala melihat Siska berdiri tepat di samping mejanya. Pasangan suami-istri itu saling melempar senyum penuh misteri.'Allahu ... apa lagi sekarang?' batin Hasna menatap keduanya bergantian, wanita berhijab itu masih bergeming, menunggu reaksi dua pengkhianat yang kemungkinan besar telah melakukan sesuatu yang merugikannya kali ini."Duduk, Sayang!" ucap Toha seraya menepuk kursi di sebelahnya, Siska menuruti ucapan suaminya."Tunjukkan padanya!" ucap pria itu dengan seringai makin lebar, Hasna menampakkan raut bingung, sedang Alya, bayi itu terus menggeliat tak nyaman.Siska mengambil kamera lalu memperlihatkan pada Hasna, wanita cantik itu mengernyitkan alis, apa ini? Semua percakapannya dengan Toha beb

  • DICERAI KARENA STRETCH MARK   Berita

    Selamat membaca!*****Setelah memasuki rumah, Hasna segera menidurkan Alya di ranjangnya. Kening bak wulan sabit miliknya berkerut dalam, bibir ranum itu bergetar, gumpalan kaca membanjiri kedua netranya, luruh sudah semua pertahanan bersama air hangat yang merebak keluar dari telaganya, Hasna jatuh tergugu dengan kedua telapak tangan menopang lantai.Dia merutuki dirinya, "Bodoh! Bodoh! Kenapa aku harus datang menemuinya? Allahu ...." gumamnya lirih, rasa bersalah menyeruak seketika, sampai mati pun ia tak 'kan lupa bagaimana putrinya kesakitan ketika direbut paksa oleh Toha.Kedua tangan itu terkepal erat, ia merasa gagal. Merasa tak berguna sebagai ibu yang tak dapat melindungi putrinya, ia tergugu cukup lama hingga tenggorokannya sakit.Sadar terlalu larut dalam tangis, ia bangkit, mengusap sisa air mata seraya beristigfar berkali-kali. ‘Aku harus shalat, hanya dengan shalat hati ini akan sembuh.وَاسۡتَعِيۡنُوۡا بِالصَّبۡرِ وَالصَّلٰوةِ ؕ وَاِنَّهَا لَكَبِيۡرَةٌ اِلَّا عَلَى الۡ

  • DICERAI KARENA STRETCH MARK   Perintah

    Selamat membaca!*****"Duduk!" titahnya pada bungsu lelaki kebanggaannya. Yuta langsung duduk di hadapan sang papa, kepalanya terangkat menatap lurus wajah berkeriput yang masih menyisakan gurat-gurat ketampanan itu, menanti reaksi apa yang akan diterimanya."Bawa wanita itu kemari!" Sontak pria jangkung itu melebarkan mata, seolah tak percaya dengan ucapan sang papa, ia menatap lekat wajah Prasetya, sorot kesungguhan terpancar di kedua bola mata yang tetap tenang dalam kondisi apa pun."Tapi untuk apa, Pa?" tanya Yuta berdecak, ia tak ingin melibatkan Hasna lebih jauh lagi dalam hidupnya, wanita itu bahkan teman-temannya tak pernah tahu, hidup yang dijalani Yuta jauh dari kata normal. Kesuksesannya kini membuat pria itu hidup berdampingan dengan maut yang bisa datang kapan saja."Berkenalan tentunya, papa suka cara kamu memilih calon istri, matang dan sukses, good!" ucapnya manggut-manggut. Sedang Yuta memutar bola mata malas, Prasetya telah salah paham."Ayolah, Pa! Itu hanya kebe

  • DICERAI KARENA STRETCH MARK   Mimpi

    Selamat membaca!*****"Tunggu!" panggilnya, pria itu berbalik, kedua alisnya terangkat melihat Hasna mendekat. Dia menghela napas lalu bersandar di mobil seraya bersedekap, tatapannya tetap sedatar tadi. Begitu dekat, Hasna kembali merasa gugup, dicobanya menatap pria itu."Maaf ...." ucapnya lirih, hampir seperti embusan angin di telinga Yuta, pria itu tersenyum tipis, ia menganggap wanita di hadapannya kini sangat aneh."Maaf apa?" tanya dia lagi, sengaja dilakukannya untuk membuat Hasna bicara lebih banyak, wanita itu mengusik pikirannya sejak malam pesta beberapa hari lalu. Pendiam, selalu menunduk dan lumayan manis.Hasna mengangkat wajah, mengulum bibirnya sendiri, "Maaf sudah membuat Anda terlibat masalah karena menolong saya," ucapnya pelan, sarat akan rasa bersalah."Well, tapi ... permintaan maafmu sangat terlambat, Ibu desainer," ucap Yuta mendekat. Hasna gelagapan, dia berdeham beberapa kali, sangat risi dengan sikap pria jangkung itu."Maaf, saya menyesal. Bisakah kita m

  • DICERAI KARENA STRETCH MARK   Istri

    Selamat membaca!*****Pagi hari di rumah Prasetya, Yuta dikagetkan dengan ketukan pintu tergesa dari luar, pria itu beranjak bangun lantas membuka pintu, ia menginap semalam."Tuan muda, tolong! T—tuan Pras tidak sadarkan diri di kamarnya," ucap pelayan itu tergagap begitu pintu terbuka, Yuta melebarkan mata, gegas ia berlari menuruni tangga, di depan kamar para pelayan yang sedang berkerumun memberinya jalan."Panggil keamanan di depan, cepat!" seru Yuta dengan suara keras, membuat para pelayan itu terperanjat."B—baik, Tuan muda," ucap wanita yang masih menggunakan apron itu seraya berbalik. Yuta panik, kesehatan Prasetya memang tengah drop akhir-akhir ini, mudah lelah dan gampang sakit. "Bangun, Pa!" Ada nada cemas dalam suaranya, wajah itu memerah. Tak lama dari arah pintu muncul tiga orang pria berperawakan tinggi besar, Yuta menatap tajam mereka."Bantu aku mengangkat papa ke mobil!" serunya emosional, mereka segera mendekat lantas mengangkat tubuh lunglai Prasetya ke mobil. Y

  • DICERAI KARENA STRETCH MARK   Kehilangan

    Selamat membaca!*****"Iya, Pak! Dia istri saya," ucap Yuta sungguh-sungguh, membuat Hasna terperangah, serta merta ia dipaksa Yuta keluar dari jok mobil, menarik tangannya ke bagian samping area kafe.Hasna menyentak hingga pegangan Yuta terlepas, akibatnya tubuh wanita itu oleng, dia kehilangan keseimbangan dan hampir saja terjerembap ke tanah, tapi Yuta merengkuh pinggangnya, tatapan mereka bertemu sesaat sebelum Hasna terkejut lantas buru-buru berdiri tegak.Dua kali ia hampir mencelakai Alya hari ini, dia mendekap erat putrinya. Lantas netranya beralih menatap Yuta, pria berkulit putih itu hanya menatap Hasna dengan perasaan lega, lega karena berhasil menahan wanita itu pergi."Apa yang Anda inginkan? Jangan berbuat aneh seperti tadi! Saya bukan istri Anda!" Hasna menekan kata terakhirnya, wajahnya menyiratkan kekesalan. Yuta membuang muka, menyembunyikan senyum terkulumnya dari Hasna, tak ingin wanita itu semakin marah dan pergi lagi."Oke, tidak masalah kalau kamu tidak mau me

  • DICERAI KARENA STRETCH MARK   Saudara

    Selamat membaca!*****Sesampainya di rumah, Hasna langsung menyuapi Alya bubur, anak itu makan dengan lahap, setelahnya Hasna menyusuinya, lantas menidurkan dalam box bayi, tak perlu waktu lama, Alya sudah terlelap.Gegas ia membersihkan diri, lantas bersiap-siap, ia akan pergi dengan Puspa dan Arya melayat ke rumah Prasetya. Sepuluh menit kemudian wanita itu telah rapi dengan abaya hitam dan hijab berwarna senada, gegas ia ke luar kamar, jam dinding sudah menunjuk angka tiga sore."Bi! Bi Marni!" panggilnya. Dari arah dapur Bi Marni keluar, dengan tergopoh ia menghampiri Hasna."Bi, saya titip Alya, ya. Ayah teman meninggal, Hasna mau melayat ke sana, nanti kalau dia bangun, kasihkan ASI di dalam kulkas! Saya pamit ya, Bi!" serunya, Bi Marni mengangguk paham, setelahnya Hasna berlalu keluar.Tepat saat ia mengeluarkan mobil, bunyi klakson dari mobil Arya mengagetkannya. dia mengangguk sepintas kala Puspa melambaikan tangan, setelahnya ia masuk ke dalam BMW hitam itu, lantas melajuk

Latest chapter

  • DICERAI KARENA STRETCH MARK   Bab 47 (TAMAT)

    Selamat membaca!*****Sore hari, Hasna diperbolehkan pulang, Yuta dengan setia menemaninya. Rani mendapat kabar bahwa mereka menginap di hotel semalaman, hingga tidak pulang. Hasna benar-benar menyembunyikan kebenaran tentang ia yang hampir celaka oleh Selena, wanita itu tak ingin ibu dan ayahnya khawatir.Tiba di rumah, Hasna segera istirahat, ia mengatakan sedang tidak enak badan, dua orang tuanya percaya saja, mereka membiarkan Hasna istirahat untuk beberapa saat."Mas pergi sebentar, ya?" Hasna mengangguk. Yuta mengusap lembut kepalanya, "Mas nggak akan membiarkan Selena begitu saja, dia akan membayar mahal semua ini," ucap pria itu dengan sorot dingin. Wanita yang tengah berbaring di ranjang itu mengernyit bingung."Maksud Mas gimana?" tanyanya, Yuta menggeleng, " Biar mas yang urus semua, kamu tunggu dan lihatlah," ucapnya dengan rahang mengeras, dia beranjak bangkit, namun Hasna menahan langkah pria itu dengan menarik tangannya."Tunggu, Mas!" Yuta berbalik, kembali duduk di s

  • DICERAI KARENA STRETCH MARK   Bab 46

    Selamat membaca!*****Selena berjalan semakin dekat, wajah wanita itu penuh dendam, matanya gelap penuh amarah. Hasna mulai khawatir, ia memindai seluruh ruangan, sementara selena menyeringai licik.Hasna mengambil ancang-ancang, saat jarak mereka hanya satu langkah lagi, Selena mengeluarkan botol parfum dari tasnya, kemudian melemparkan ke belakang Hasna, walhasil cermin itu jatuh berhamburan seiring pekikan Hasna.Tawa mengerikan Selena menggema memenuhi ruang itu. Hasna ketakutan, bagaimana pun ia pernah menjadi korban percobaan pembunuhan, ketika melihat tawa Selena, seketika wajah psikopat Siska terbayang, 'Ya Allah, apa aku akan dibunuh untuk kedua kalinya?' batinnya."Selena, jangan nekat! Apa yang kamu lakukan?" pekik wanita berhijab itu saat melihat Selena mengambil sepotong pecahan kaca runcing."Ini ... bagaimana kalau bagian runcing kaca ini menembus lapisan kulitmu? Pasti sangat menyenangkan," ucapnya menyeringai, dia tertawa lagi."Tidak! Jangan Selena! Kau akan masuk p

  • DICERAI KARENA STRETCH MARK   Bab 45

    Selamat membaca!*****Malam pesta kantor telah tiba, Yuta sedang bercanda dengan Alya di ruang tengah. Hasna tengah bersiap-siap di kamarnya, ia mengenakan gamis dengan bawahan kembang payung, kombinasi bahan polos dan sedikit kain tile pada bagian lengan kiri dan bagian depan atas.Dipermanis dengan tali pinggang bertabur payet kristal, Hasna tampak anggun dan berkali lipat lebih cantik. Apalagi ia merias wajahnya sedikit lebih bold, senada dengan gaun merah marun miliknya, sangat cocok untuk acara pesta malam hari, keduanya hendak membawa serta Alya, tetapi bayi itu menangis kejer karena mengantuk."Sudah, Nak! Kalian pergi saja, ya! Biar Alya sama ibu dulu, sepertinya dia mengantuk," ucap Rani, mereka akhirnya menurut juga, kemudian berpamitan pada Rani.———Di mobil, Yuta tak henti melirik wanitanya, rasa itu kian bertambah kala ia melihat betapa sempurna wanita di sampingnya. Keibuan, cantik, taat beragama, sukses dan sangat classy. Dia merasa sangat bersyukur dijodohkan Allah d

  • DICERAI KARENA STRETCH MARK   Bab 44

    Selamat membaca!*****Waktu berlalu dengan cepat, tak terasa sudah sebulan usia pernikahan Yuta dan Hasna, mereka hidup bahagia serta harmonis."Sayang, malam lusa kamu ikut mas ke pesta kantor, ya?" tanya Yuta, Hasna yang tengah mendraping gaun menoleh sesaat, mengangguk seraya melempar senyum."Oh, ya? baju yang kamu desain waktu itu sudah jadi?" tanya pria itu lagi."Sudah, Mas! Kamu mau pakai baju itu?" tanya Hasna ragu, ternyata ia benar-benar menepati perkataannya waktu itu. Pria itu mengangguk pertanda ia serius."Baiklah, nanti aku suruh jahit yang pas di ukuran badan kamu," terang wanita itu, Yuta pamit ke kantor setelahnya, hari ini akan ada meeting penting dengan Bimaswara. Tiga minggu lalu, saat perusahaan Yuta ingin mengakhiri kontrak kerja dengan Bimaswara, pria itu menolaknya, menuntut profesionalitas agar tak melibatkan masalah pribadi dan bisnis."Apabila Pak Yuta tidak nyaman dengan sekretaris saya, makan akan kami ganti, tolong jangan sembarangan mengakhiri kontrak

  • DICERAI KARENA STRETCH MARK   Bab 43

    Selamat membaca!*****Pagi biru itu masih menyisakan syahdu semalam, dua insan yang baru mengecap indahnya ikatan halal masih bergelung dalam selimut, Hasna mengerjap saat ponselnya bergetar di bawah bantal, dengan mata setengah terbuka ia meraih dan menonaktifkan alarm yang selalu di aturnya agar tidak melewatkan shalat Subuh.Kedua sudut bibir ranum itu tertarik ke samping kala merasakan tangan kekar Yuta melingkari pinggangnya posesif, ia menyingkirkan perlahan, beringsut turun dari ranjang kemudian berlalu ke kamar mandi. Tak lama ia keluar dari sana, berjalan ke samping ranjang dengan kelopak mawar yang sudah berserakan. Dia mengulum senyum lantas segera mengenakan mukena."Mas, bangun! Shalat subuh dulu," lirihnya, Yuta mengerjap, lelaki yang masih bertelanjang dada itu mengulas senyum menawan dengan muka bantalnya. Dia merengkuh pinggang Hasna, menarik tubuh wanita itu hingga terjatuh kembali tepat dalam pelukannya."Eh!" seru Hasna terkejut, dia berusaha bangkit, tetapi Yuta

  • DICERAI KARENA STRETCH MARK   Bab 42

    Selamat membaca!*****Dalam ruangan serba putih dengan dekorasi khas pengantin baru Hasna dihinggapi kecanggungan, terlebih Yuta berdiri dengan kedua tangan disaku celana, menatapnya tanpa kedip. Baju pengantin masih melekat di tubuhnya, ia hanya bisa membunuh canggung itu dengan menyapu pandang ke seluruh sudut ruangan.Tak dipungkiri, walau pun canggung wanita itu terpana dengan suasana yang begitu romantis, lilin beraroma terapi berbaris di sudut-sudut ruangan, menyuluh wajah dua insan yang baru sah dalam ikatan halal, ranjang ukuran king size berdiri kokoh di tengah ruangan, taburan kelopak mawar merah kontras dengan warna seprei putih gading menambah keindahan suasana.Yuta berjalan mendekat, tangan kekar itu melingkari perut wanitanya. Hasna terpaku, dapat dirasakan pria itu tubuhnya menegang, dia mengulum senyum."Kau ... mandilah lebih dulu," lirihnya pelan, serupa sapuan angin di telinga Hasna, wanita berhijab itu sampai menahan napas saking gugupnya. Yuta melepas lingkaran

  • DICERAI KARENA STRETCH MARK   Bab 41

    Selamat membaca!*****"Ananda Yuta Bima Prasetya, saya nikahkan dan kawinkan kamu dengan Hasna Anandita binti Handoko dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan emas seberat tujuh ratus gram dibayar tunai.""Saya terima nikah dan kawinnya Hasna Anandita binti Handoko dengan mas kawin tersebut tunai.""Bagaimana saksi? Sah?""Sah!" Iringan doa untuk kedua mempelai menggema memenuhi aula, Hasna menitikkan air mata, suara lantang lelakinya tatkala mengucapkan ijab kabul membuatnya terharu.Dia dituntun hingga tiba di samping suaminya, mereka menandatangani surat nikah. Jari manis Hasna dipasangkan cincin sebagai tanda serah terima mahar, pergelangan tangannya juga dilingkari gelang emas nan indah, wanita berhijab itu meraih tangan Yuta kemudian menciumnya takzim. Pria itu membacakan doa sembari menyentuh kepala sang istri."Cium keningnya!" seru teman-teman Yuta. Wajah keduanya memanas, terlebih Hasna, ia masih malu dengan pria yang baru dikenalnya beberapa bulan terakhir. Yuta menye

  • DICERAI KARENA STRETCH MARK   Bab 40

    Selamat membaca!*****Setelah dari kafe itu, Hasna lebih sering termenung, entah kenapa ia merasa sangat penasaran dengan Selena, kini ia menunggu informasi dari Puspa tentang identitas wanita itu dan apa hubungannya dengan Yuta.Dan seperti keinginannya, Puspa menghubungi wanita itu keesokan harinya, mereka sepakat bertemu bertiga dengan Arya, Puspa sengaja mengajak kekasihnya itu agar Hasna lebih puas menanyakan langsung pada pria itu.Hasna langsung berangkat tatkala Puspa mengirimkan lokasinya, ia menitipkan Alya pada Rani, beralasan ada hal penting yang harus di urusnya, ia sengaja tak memberi tahukan yang sebenarnya, takut sang ibu salah paham dan kepikiran."Hati-hati, Sayang! Besok adalah hari pernikahanmu, jaga diri baik-baik," ucap Rani mengingatkan, Hasna mengangguk seraya tersenyum lantas meraih tangan sang ibu, menciumnya takzim.———Setibanya di kafe tempat biasa bertemu Puspa, Hasna langsung masuk, netranya menyapu seluruh bagian dan meja, ia melihat lambaian tangan Pu

  • DICERAI KARENA STRETCH MARK   Bab 39

    Selamat membaca!*****Keesokan harinya, Rusni mengantar uang itu ditemani Rita, mereka menjual mobil dan seluruh aset yang sudah terkumpul dengan kerja keras Toha selama ini, termasuk sertifikat rumah mereka gadaikan untuk mengumpulkan uang lebih banyak. Semakin banyak setoran, semakin banyak pula uang yang digandakan, pikir mereka.Tanpa menunggu lama, taksi yang mereka tumpangi melaju ke rumah Rosana, sesampainya dengan tergesa mereka masuk, tak sabar ingin menyerahkan satu tas besar uang ratusan juta itu pada Rosana."Cepat, Rit!" serunya mendekap tas berisi gepok rupiah itu dengan erat."Sabar, Bu! Kenapa buru-buru banget, sih!" ucap Rita kewalahan mengikuti langkah ibunya, halaman rumah yang luas agak sedikit jauh dari gerbang utama, walhasil mereka harus mengitari halaman lumayan lama."Sabar-sabar, kamu ini! Semakin cepat uang ini sampai di tangan Bu Rosana, semakin cepat digandakan, dan ... kamu tau artinya apa? Semakin cepat kita jadi miliuner, Sayang!" pekik wanita paruh ba

DMCA.com Protection Status