Di sebuah gazebo dengan tanaman wisteria merambat di atasnya, duduk seorang wanita cantik dan pria paroh baya. Mereka menikmati makan malam berdua. Beberapa pengawal berdiri di sekitar taman, tak jauh dari tempat itu.“Bagaimama pendekatanmu padanya?” tanya Pria paroh baya itu.“Dia terlalu sibuk!” sahut wanita itu tak peduli.Pria itu menghembuskan napas sebelum menyuap lagi makanannya. “Apa mungkin kau terlalu mengintimidasinya? Mencoba terlalu dekat dalam waktu singkat?” kritiknya pedas.“Aku melakukan dengan cara yang biasa kulakukan saat mendekati para pria yang keras kepala!”sanggah gadis itu ketus. Dia merasa terusik sekarang.“Jangan menyuruhku mendekatinya lagi! Aku tak suka mengemis-ngemis pada pria seperti itu!” gerutunya.Pria paruh baya itu mengernyit dahi hingga terlihat garis-garis samar di sana. “Memangnya pria seperti apa dia?” kejarnya tak puas pada penejelasan sepotong-demi sepotong dari gadis itu.“Dia bukan hanya keras kepala. Tapi juga dingin, lebih memikirkan ke
Jack kembali memeriksa Leland setiap jam sekali. Bahkan hingga kaki pria itu membiru, dia tak membocorkan satu informasi pun. Jack berhenti menyuntikkan cairan itu. Karena Jack belum menemukan kelemahan Leland, makanya pria itu tak mau membuka mulut. Hari hampir pagi, dan mereka jadi kurang tidur karena hal itu. Leland sudah kembali pingsan karena kaki Hunter menginjak betisnya yang membiru akibat terlalu jengkel.“Istirahatlah dulu satu atau dua jam,” ujar Jack sebelum keluar dari ruang kerja Hunter.Jack masuk ke ruang istirahat kecilnya dan membaringkan tubuh di sana. Dia memikirkan apakah lebih baik mengantarkan Leland ke kantor polisi, atau langsung menghukumnya saja sendiri.Diliriknya radio komunikasi dan ponsel yang tidak memiliki nomor kotak sama sekali. “Pasti dia punya ingatan yang sangat bagus, hingga bisa menghubungi orang-orang tanpa perlu mencatat nama-nama mereka di penyimpanan ponsel,” gumam Jack.Dan radio komunikasi itu, meski berkali-kali mencoba, tetap tak tersa
Sore itu Jack pulang ke rumah setelah berpesan agar Hunter dan Phoeic menjaga Leland dengan baik. Dia masih menunggu hasil penyelidikan Lion dan Hunter terkait pria itu.Di mobil, JAck menerima panggilan telepon dari nomor yang tidka terdaftar di ponselnya. Namun, dia segera mengenali nomor itu sebagai nomor Brianna.“Ya, ada apa?” tanya Jack dingin.“Oh ayolah, Jack. Jangan bersikap terlalu dingin padaku. Aku tidak akan menggigitmu!” Suara seorang wanita di seberang dikenali Jack sebagai Brianna.“Apa yang kau inginkan?” tanya Jack lagi.Dia tak terlalu suka berbasa-basi dengan Brianna. Seperti kata Granny, gadis ini tidak tulus dalam berteman. Pasti ada yang diinginkannya dari bantuan yang sudah diberikannya.“Huh!” Terdengar Brianna menghembuskan napas kesal di ponsel. Anmun, Jack bergeming.“Ayahku mengundangmu untuk makan malam!” ujar gadis itu.“Aku tak bisa,” tolak Jack tepat.“Jack! Setidaknya, tunjukkan bahwa kau berterima kasih atas bantuannya waktu itu. Sekedar makan malam
Permintaan itu benar-benar tak terduga. Jack tak bisa berkata-kata. Mulutnya sedikit terbuka manunjukkan wajah tak percaya.“Apakah permintaanku sangat mengejutkanmu?” tanya Vladimir.“Sakit Anda satu hal. Pernikahan juga hal lain yang sama sekali berbeda,” jawab Jack diplomatis.“Bagaimana kalau Anda beri tahu Brianna apa yang terjadi. Jadi dia bisa meluangkan waktu lebih banyak sebelum semuanya terlambat. Sebelum dia menyesali diri dalam kesedihan dan rasa marah karena Anda tidak mempercayainya!” jelas Jack.“Sejak dia kecil dan ditinggalkan ibunya, aku berjanji pada diriku sendiri, akan menjaganya tetap aman dan melimpahinya dengan kasih sayang. Hingga dia tak perlu merasakan kehilangan. Hanya saja, waktuku hampir habis. Sementara aku belum menemukan pria yang tepat untuk menggantikanku menjaganya tetap aman dan bahagia, tanpa perlu merasakan kesedihan akibat kehilangan!” beber Vladimir.Jack menggeleng tak setuju dengan pendapat itu. “Saat aku pulang ke rumah setelah menadapat ber
Falcon langsung memeriksa nomor dua kendaraan yang menghalangi jalan Jack di jalur luar kota malam itu. Dia bahkan langsung mengerahkan bawahannya ke tempat dua kenadaraan itu berada.Pagi sebelum pergi bekerja, Jack memberi instruksi khusus agar semua pengawal yang ditempatkan di kediamannya, memeriksa berkeliling dan waspada. Tetap hati-hati pada siapapu pun yang mendekati perkebunan itu.“Kau, apakah masih tidak ingin bicara?” tanya Jack pada Leland.“Tampang sinis Leland sangat memuakkan bagi Ned dan Bob. Mereka menendangnya bergantian hingga pria itu kembali pingsan.Jack sangat jengkel melihat sikap keras kepala Leland. “Jangan beri dia minum dan makan! Aku ingin tahu sekuat apa fisiknya!”“Baik!” jawab Bob.“Aku akan berjaga di sini, sementara Falcon mencari informasi tentang mobil itu,” ujar Phoenix. Jack menyetujui dan berangkat kerja.Dalam perjalanan ke kantor, pesan Lion masuk. “Ada seorang korban tewas karena racun TTX. Seorang pria pengusaha dari Myrtle Beach, tewas di
Mata Calvin Fisher langsung terbuka. Dia menoleh ke belakang. Memang ada mobil yang menjaga kecepatannya tetap konstan agar tetap berada di belakang mereka. Dilihatnya jalan sekitar. Sebentar lagi adalah jalan menuju perumahannya yang sepi. Itu bisa sangat berbahaya.“Tambah kecepatan!” perintahnya.“Baik!” sahut Tuan Lee. Pria itu dengan sigap menambah kecepatan kendaraan mereka agar segera mencapai kediaman Fisher.“Menunduk!” Calvin Fisher langsung menarik kepala putrinya agar terlindung. Sementara dia sendiri sudah siap dengan pistol di tangan dan terus mengintip ke belakang.Mobil mereka melaju cepat. Seperti dugaannya, mobil yang di belakang juga menambah kecepatan dan terus mengikuti. “Dia memang membuntuti kita!” geram Calvin Fisher.Bagaimana tidak geram. Dia dikejar justru saat sedang bersama dengan putrinya. Itu sangat membahayakan dan jelas membuatnya murka.Tak lama mobil di belakang tampak tertinggal. Hatinya merasa sedikit lega. Sebelum tiba-tiba ban mobilnya yang seda
Leland masih tak menjawab. Hal itu membuat Jack kehilangan kesabaran. Tongkat besi yang sejak tadi digenggamnya, diayunkan. Benda itu mendarat keras di betis Leland, membuatnya mengeluarkan suara teriakan tertahan. Mulutnya yang diikat oleh tali kain hingga ke belakang kepala, membuat suara yang keluar seperti orang tercekik.Jack melihatnya dengan pandangan merendahkan. “Kalau Kau kira aku akan menyerahkanmu ke polisi, Kau salah besar! Kau akan berakkhir di sini cepat atau lambat. Kau hanya perlu memilih, ingin mati dengan cepat, atau penuh peneritaan, seperti Kau meracuni orang-orang!”“Mari kita keluar.” Falcon mengajak Phoenix keluar dari garasi.“Tapi---”“Jenderal lebih suka melakukan hal seperti ini sendiri. Lagi pula, ini memang urusan pribadi keduanya. Kita tak perlu ikut campur!” Falcon memotong ucapan Phoenix dan menyeretnya pergi, lalu menutup pintu gudang.Dengan keheranan, Phoenix mensejajari langkah Falcon. “Apakah dia selalu seperti itu?” tanyanya penasaran.“Seperti
Jack menyipitlan mata menandang preman kota kecil itu. Seorang pria yang sama, selalu berada di belakang Eddy, seperti seorang pengawal. “Apa yang ingin Kau katakan?” tanya Jack enggan.“Mari kita cari tempat yang sedikit sepi. Hal ini bukan untuk konsumsi publik,” ujar Eddy dengan gaya.Jack tersenyum kecil. Dia ingat pertemuan pertama dengan eddy yang diwarnai perselisihan. Namun, entah bagaimana, setelah itu Eddy tak pernah lagi mengganggunya.“Baik!” Jack menoleh pada Valerie dan Andrew. Kalian tunggu di mobil saja!” perintahnya.Andrew mengangguk dan masuk ke mobil, mengikuti Val yang sudah sejak tadi berada di dalam. Jack mengikuti langkah Eddy mencari tempat yang menurutnya tepat untuk bicara.Akhirnya preman itu berhenti di depan toko berdebu dan pintunya ditutup dengan palang kayu. Jaraknya lebih dari lima puluh meter dari mobil Jack. “Kita bicara di sini saja,” ujar Eddy.Jack mengangguk setuju. “Katakan!”“Aku mendengar informasi kalau Kau mengalami upaya pembunuhan bebera