Ucapan itu tuntas digaungkan Syena di dalam hati, hingga perempuan itu semakin erat memejamkan matanya seolah sudah siap untuk mati di tangan Michael. Namun, bukan rasa sakit yang menusuk yang dirasakan oleh Syena karena tusukan pisau milik Michael menembus lehernya, tapi sebuah dekapan hangat beserta guncangan keras yang mau tidak mau membuat Syena membuka kembali matanya.Aroma tubuh Kazaya tercium dan ketika mata Syena terbuka, ia terkejut karena ia sudah berpindah ke dalam pelukan Kazaya. Sial! Segitu cintanya, kah, aku sama dia? Sampai saat sudah mati dibunuh pun, aku bahkan kayak dipeluk dia?Hati Syena bicara, dan ia mengerjapkan matanya berusaha untuk melihat lebih jelas apakah benar ia sekarang di dalam pelukan Kazaya. BRUKK!Tiba-tiba saja, Syena tersadar dari lamunannya karena menikmati perasaan melayang ketika tubuhnya terjatuh di atas tanah berumput. Sementara itu, Kazaya yang tadi berhasil merebut Syena dari cengkraman Michael segera menyerang Michael dengan sangat m
Kazaya berdecak mendengar apa yang diucapkan oleh Vivian, ini membuat Syena jadi merasa tidak nyaman, dan ia meminta Kazaya juga Vivian untuk melepaskan dirinya saja."Kalian pergi saja tanpa aku, waktu kalian tak banyak, saat aku meninggalkan Kazumi dan Rachel, ada Moa yang bertarung dengan anak buah si pirang itu, aku khawatir dia enggak bisa menghadapi mereka sendirian, karena Kazumi dan Rachel sama-sama terluka.""Kenapa lu meninggalkan Rachel dan Kazumi?" tanya Kazaya, seolah tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Syena."Moa yang meminta aku buat mencari kamu, karena dia melihat kamu dengan Michael.""Lu itu bodoh atau apa, sih? Lu tau Moa itu siapa, kagak? Dia yang membuat Kazumi kagak bisa balik lagi waktu dia ilang ingatan, kan? Masih percaya lu sama dia?" "Tapi, Kazumi juga minta aku buat cari kamu lho! Sebenarnya, perintah itu dari Kazumi, dan Moa kebetulan sehati sama dia hingga -""Sehati? Lu emang kagak bisa diberikan tugas penting, kita di sini karena siapa? Lu udah
"Kau ini kapan bisa dewasa, sih? Hal seperti ini sudah sangat jelas, masih saja kamu bersikap seperti tidak merasa bersalah sama sekali!""Gue emang lagi kesel sama dia, karena udah gue bilang gue minta dia buat nyusul Kazumi, cari Kazumi sama Rachel, tapi dia balik lagi ke gue, maunya apa coba?""Dia khawatir sama kamu, lagian dia juga diminta Kazumi untuk melakukan itu, kan? Artinya, dia istri yang patuh!"Kazaya memajukan bibirnya mendengar apa yang diucapkan oleh Vivian. Namun, ia tidak berniat untuk menanggapi. Pemuda itu memeriksa kaki Syena yang tertembak, hingga ia segera meminta Vivian untuk ikut melihat. "Lukanya parah. Kayaknya pelurunya juga masih ada di dalem, lu bisa ngeluarin kagak?" katanya yang berujung pertanyaan."Kamu cari dedaunan yang bisa dijadikan obat, biar lukanya enggak terlalu mengeluarkan darah terus menerus."Meskipun masih sebal dengan Kazaya, tapi Vivian menanggapi juga apa yang diucapkan oleh adik kembar Kazumi tersebut.Tanpa banyak bicara, Kazaya b
Syena memalingkan wajahnya ketika apa yang diucapkan oleh Vivian cukup menohoknya. Dan Vivian menyadari perubahan wajah Syena hingga ia yakin apa yang ia katakan itu benar.Perempuan ini sebenarnya terlihat polos, tapi ternyata, dia beracun. Dia menikah dengan Kazumi tapi ternyata tertarik dengan Kazaya, ini tidak bisa dibiarkan, dia bisa makin merusak hubungan persaudaraan antara Kazumi dan juga Kazaya....Hati Vivian berkata, tangannya masih terus menekan kaki Syena yang terluka hingga Syena masih merasakan rasa sakit itu yang teramat sangat."Kamu tidak ada bukti untuk mengatakan hal seperti itu padaku, kan?"Akhirnya, Syena menanggapi ucapan sinis yang dikatakan oleh Vivian, dan itu membuat Vivian menatap ke arah Syena dengan pandangan yang masih tidak suka ketika menatap wajah Syena. "Apakah aku harus mengatakan buktinya? Aku khawatir kau justru salah tingkah atau tersinggung kalau aku mengatakannya.""Bagaimana dengan kamu?"Karena kesal terlalu disudutkan perempuan yang belum
Mendengar apa yang dipertanyakan oleh Syena, Kazaya mengurungkan niatnya untuk berdiri. Pemuda itu menatap wajah Syena dengan tatapan mata seperti tidak paham dengan isi pertanyaan perempuan di hadapannya tersebut."Apa maksud pertanyaan lu itu?" katanya dengan nada suara menuntut dan ini membuat Syena menarik napas panjang mendengar pertanyaan Kazaya.Untuk sesaat, Syena sedikit salah tingkah karena pandangan mata Kazaya seolah menembus ke dalam hatinya di mana hati dan perasaannya sekarang tidaklah sedang baik-baik saja."Lu mau bilang kalo Vivian itu mau bunuh lu?" lanjut Kazaya, karena Syena tidak kunjung bicara untuk menjawab pertanyaan darinya tadi."Dia-""Terlalu picik lu kalo mikir! Kalo dia emang berniat jahat sama lu, ngapain dia repot ngurusin luka tembak lu ini?"Kazaya tidak mau mendengar Syena melanjutkan ucapannya untuk menjawab pertanyaan darinya tadi. Ini membuat Syena merasa, Vivian memang bukan wanita biasa untuk Kazaya. Rasa berbunga yang tadi sempat menyelimuti
Kazaya mengerutkan keningnya ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Vivian padanya. Ia tidak paham, mengapa Vivian bisa mengucapkan kalimat seperti itu padanya, hingga sampai melakukan hal yang tidak ia duga sama sekali."Lu itu ngomong apaan, sih? Gue kagak ngerti, gue kagak menghargai lu dalam rangka apa? Gue nyakitin lu lagi?" kata Kazaya tanpa ingin melepaskan cengkraman tangan Vivian pada pundaknya meskipun ia merasa pegal sudah dicengkeram seperti itu oleh Vivian.Vivian yang mendengar pertanyaan itu dilontarkan oleh Kazaya hanya bisa terdiam, napasnya memburu, pertanda perempuan itu sedang menahan amarah yang membuncah dalam dirinya.Beberapa saat kemudian, ia melepaskan cengkraman tangannya dari salah satu pundak Kazaya, lalu berbalik mundur menjauhi Kazaya. Perempuan itu mengusap wajahnya dengan kasar."Lupakan! Kita harus cepat pergi dari sini, tempat ini enggak aman, aku sudah memantau sampai beberapa meter di depan sana, anak buah si pirang itu akan menyisir hutan ini, j
Vivian tidak terima dikatakan ingin membunuh Syena. Dan sebenarnya, Kazaya percaya itu, sebab, ia melihat hal itu dilakukan oleh Vivian pada Syena, tapi mengapa Syena justru melarikan diri?"Gue percaya lu kagak mungkin punya pikiran buat bunuh dia, tapi kalo ngomong nyakitin hati, gue percaya."Vivian membuang napas mendengar apa yang diucapkan oleh Kazaya, dan itu membuat ia menghentikan langkahnya yang sedang ikut mencari Syena."Apa dia se-baper itu? Aku cuma bicara tentang ayahnya dan niat dia apa, dia langsung marah.""Buat apa lu ngomong soal ayahnya?""Ayahnya itu bekerjasama dengan kaki tangan mafia, dan aku enggak suka dia masuk dalam keluarga besar kamu karena itu pasti akan membuat keluarga kamu dapat masalah!"Sebenarnya, yang dikatakan Vivian itu benar, Syena dan bokapnya itu udah bikin masalah gede di keluarga gue, hidup gue jadi sibuk karena dia, tapi masa iya, Syena segitu niatnya buat merusak?Hati Kazaya bicara, sambil terus mengedarkan pandangannya siapa tahu, soso
"Syena, lu denger gue kagak?" Kembali Kazaya memanggil, kali ini suaranya lebih tegas meskipun masih berbisik khawatir orang-orang di atas mereka tahu, mereka ada di bawah.Syena tetap tidak menyahut, ia menutup matanya, berusaha keras untuk tidak mau terlibat pembicaraan dengan Kazaya karena ia sekarang bingung harus bersikap seperti apa.Gue tahu dia denger suara gue, kenapa dia kagak mau merespon panggilan gue? Pura-pura budek, lagi....Kazaya membatin, ia segera mencari cara untuk mendekati posisi di mana Syena berada. Menggunakan dahan yang menjulur ke arahnya, Kazaya melakukan pergerakan, tapi ternyata dahan yang ia pegang tidak terlalu kuat untuk menopang tubuhnya, hingga patah dan kini hanya satu dahan dengan satu tangan Kazaya saja yang menahan tubuh adik kembar Kazumi tersebut agar tidak meluncur jatuh ke bawah.Keributan yang dilakukan oleh Kazaya, membuat para anak buah Michael di atas sana memperhatikan ke bawah. Kazaya sadar sedang diperhatikan, ia berusaha untuk tidak
Awalnya, Syena tidak berani membalas ciuman yang diberikan oleh Kazaya. Namun beberapa saat kemudian, rasa ragu Syena akhirnya musnah. Ia membalas ciuman yang diberikan oleh Kazaya padanya dengan penuh perasaan pula hingga akhirnya keduanya sama-sama tenggelam dalam perasaan mereka satu sama lain dan ketika perasaan itu ingin mendorong mereka melakukan hal yang lebih dari sekedar ciuman, buru-buru Syena dan Kazaya saling menarik diri dengan napas mereka yang memburu.Kazaya mengusap wajahnya yang terasa panas dan ia yakin sekarang ini wajahnya merah begitu juga dengan Syena. "Jadi, apa sekarang kita jadian?" tanya Syena dengan suara perlahan khawatir apa yang dialaminya tadi adalah sebuah mimpi atau hanya sebuah canda Kazaya saja karena pemuda itu biasanya juga sering melakukan sesuatu yang tidak dipikirkan dahulu."Asalkan kamu mau menunggu dulu sebelum akhirnya aku bisa melamar kamu, untuk sekarang aku masih harus menyelesaikan kekacauan yang sedang terjadi."Mendengar Kazaya meru
"Gue suka sama lu, Syena tapi gue tau, itu terlambat, dan-""Kenapa menyukaiku? Dan kenapa kamu baru mengatakan sekarang?" potong Syena hingga membuat Kazaya tidak bisa bicara untuk sejenak karena tidak tahu apa yang akan ia katakan untuk menjawab pertanyaan perempuan tersebut."Gue kagak tau kenapa gue suka sama lu, tapi mungkin karena lu begitu peduli sama keluarga gue, gue jadi merasa lu itu menganggap penting keluarga gue."Akhirnya, Kazaya menjawab pertanyaan Syena tapi Syena tidak puas dengan jawaban itu. Hingga ia melontarkan pertanyaan yang serupa tentang mengapa Kazaya baru mengatakan hal itu sekarang. "Karena gue benci, Kazumi bilang gue pecundang dan gue kagak suka dikatakan seorang pecundang karena ucapan itu membuat gue kagak berguna.""Jadi, Kazumi yang membuat kamu berpikir kayak sekarang?""Si bodoh itu kagak pernah jatuh cinta tapi dia lebih peka dari gue.""Sebenarnya, aku tahu kamu juga suka sama aku waktu kamu mencium aku di hutan itu."Wajah Kazaya berubah ketika
"Zaya. Enggak ada yang salah dengan pikiran kamu itu. Cari uang dengan mengandalkan bakat itu lumrah, yang enggak boleh dilakukan itu adalah, apapun akan dilakukan demi uang, pikiran kamu waktu dulu itu kan, karena kamu sulit mendapatkan uang, yang penting sekarang kamu udah sadar kalau seni itu juga penting."Dengan bijak, Syena menanggapi apa yang diucapkan oleh Kazaya agar pria itu tidak berlarut-larut dalam keterpurukannya.Kazaya diam tidak menanggapi apa yang diucapkan oleh Syena, hingga situasi di antara mereka senyap untuk beberapa saat.Dan kemudian...."Sampai sekarang, Alex aja kagak bisa melacak keberadaan Kazumi, padahal dia sangat andal melakukan pelacakan, semua sistem informasi yang diberikan oleh Alex pada Kazumi kayaknya kedeteksi, jadi keberadaan Kazumi kagak bisa diketahui di mana, yang jadi masalah, kalo bokap gue nanya dia di mana gue harus bilang apa? Gue benar-benar pusing sekarang.""Jujur aja.""Apa?"Kazaya seolah tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh
"Ah, enggak! Aku enggak mikir kayak gitu! Aku cuma ingin kamu lebih melakukan persiapan aja kalau ternyata kamu benar-benar hamil, kan?" kata Moa buru-buru menjelaskan.Wajah Rachel seketika suram mendengar apa yang diucapkan oleh Moa, hingga Moa mengira Rachel jadi seperti itu karena dirinya."Rachel, apa aku salah bicara?" tanya Moa dengan nada suara yang terdengar sangat hati-hati."Enggak. Enggak ada yang salah. Aku hanya berpikir bagaimana bisa aku mengatakan pada Kazumi bahwa dia ternyata tetap sehat meskipun pernah meminum obat anti kesuburan itu di masalalu? Dia aja enggak bisa dihubungi, rasanya menyedihkan."Mendengar apa yang diucapkan oleh Rachel, Syena mengusap punggung perempuan itu untuk sekedar menenangkan perasaan Rachel yang pasti terguncang karena kabar Kazumi yang bergabung dengan organisasi mafia tersebut."Yang penting itu kesehatan kamu dan bayimu dulu, kalau kamu sudah yakin kamu itu hamil, kamu bisa menjaga bayi ini dengan baik, masalah Kazumi, Kazaya pasti ak
Rachel terlihat salah tingkah mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Moa, hingga Moa tertawa kecil melihat ekspresi mantan istri pertama Kazumi tersebut. "Aku bercanda. Kau tidak perlu ambil hati, sejujurnya aku memang masih merasa cinta sama Kazumi, tapi aku tahu diri, Kazumi tidak pernah suka padaku, jadi aku tidak akan memikirkannya lagi, hanya saja kurasa itu perlu proses, jadi untuk sekarang aku ya masih memikirkan dia, maaf."Moa bicara dengan wajah yang terlihat sangat serius."Kazumi bukan milik siapapun lagi, jadi enggak ada yang bisa melarang siapapun untuk memikirkannya."Rachel menanggapi perkataan Moa, tapi Moa bisa melihat, itu hanya sesuatu yang sekedar diucapkan oleh Rachel saja. Ia bisa melihat, Rachel terlihat cemburu mendengar apa yang diucapkannya tadi hingga Moa sangat yakin, perempuan itu pasti masih sangat mencintai Kazumi."Rachel. Kazumi itu mencintai kamu, jadi kurasa kamu harus memperjuangkan perasaan kamu itu kalau memang kamu masih mencintai dia."Moa b
Jemari tangan Rachel yang sedang merangkai bunga terhenti seketika mendengar apa yang diucapkan oleh Radit. Radit merasa puas melihat perubahan yang terjadi pada wajah Rachel hingga laki-laki itu melangkah semakin mendekati posisi Rachel berada. "Kamu tidak tahu?" tanyanya setelah ia berada tepat di hadapan Rachel."Kamu ke sini hanya ingin membahas itu? Masih enggak suka juga kamu sama dia?" tanya Rachel beruntun."Rachel, aku peduli sama kamu, aku cuma enggak mau kamu kenapa-kenapa," kata Radit penuh dengan perasaan khawatir yang ia perlihatkan lewat sorot matanya."Aku dan Kazumi sudah bercerai, Radit. Urusan dia bukan urusanku lagi, jadi tolong pergi saja, jangan ganggu aku lagi!" pinta Rachel tanpa memberikan kesempatan pada pria itu untuk lebih banyak bicara lantaran ia sejak dulu memang sudah muak dengan pria tersebut.Namun, tidak bisa dipungkiri, apa yang dikatakan oleh Radit cukup membuat ia jadi kepikiran juga. Kazumi bergabung dengan organisasi mafia? Sepertinya tidak
Andreas menghela napas panjang mendengar apa yang diucapkan oleh Kazaya.Sebenarnya ia sekarang terpancing emosi, akan tetapi, ia tidak mau bertindak gegabah, meladeni kemarahan Kazaya hingga akhirnya pemuda itu bisa saja membuat galerinya hancur."Sebenarnya ada apa? Kamu marah marah seperti ini padaku? Apakah ada yang terjadi pada Kazumi?"Andreas tidak menanggapi ucapan mengandung emosi yang dikatakan oleh Kazaya tadi karena sebenarnya ia yakin bukan itu yang sedang bergolak di otak Kazaya.Kazaya bungkam mendengar pertanyaan Andreas. Ia mengusap wajahnya dengan kasar dan untuk sesaat ia tidak tahu harus bicara darimana untuk membeberkan segalanya."Asal kau tahu saja, Zaya. Aku memang dahulu pernah mendapatkan tawaran yang cukup menggiurkan dari Ernesto, bisa membuat lukisanku lebih meluas lagi ke seluruh dunia, namun, aku tidak menerima tawaran itu karena kupikir, aku tidak tega menodai sebuah karya seni."Karena Kazaya tidak kunjung bicara meskipun ia sudah melontarkan pertanyaa
Alex tidak langsung menjawab apa yang diucapkan oleh Kazaya dan berujung pertanyaan tersebut, karena ia memang sesuai yang diucapkan oleh Kazaya, merasa khawatir dengan apa yang sudah diputuskan oleh Kazumi tadi secara tiba-tiba.Hanya saja, karena ia tahu Kazumi tidak akan berbuat sembarangan tanpa berpikir dahulu resikonya, ia percaya apa yang dilakukan oleh Kazumi adalah hal yang memang harus dilakukan oleh majikannya tersebut."Ternyata, lu juga sama aja dengan gue, panik dengan apa yang dilakukan oleh Kazumi," sinis Kazaya yang membuat Alex menghela napas panjang mendengarnya."Iya. Aku akui aku juga sama khawatirnya dengan Tuan, tapi aku yakin, Tuan Kazumi tidak akan sembarangan bertindak, Tuan. Dia pasti sudah merencanakan hal itu dengan baik dan tahu resikonya."Alex akhirnya menanggapi apa yang dikatakan oleh Kazaya, dan itu membuat Kazaya memajukan bibirnya."Meskipun resikonya dipenggal?""Semoga Tuan Kazumi baik-baik saja."Alex tidak berani berpikir bahwa Kazumi akan dipe
"Gue cuma kagak mau ada orang lain yang terkena masalah karena keluarga kita!" jelas Kazaya dan itu membuat Kazumi tersenyum kecut meskipun ia sesekali mengerenyit menahan sakit karena luka yang dideritanya membuat punggungnya terasa perih."Peduli juga tidak apa-apa, kau memang harus melakukan hal itu padanya, sebelum terlambat.""Berisik!""Tuan. Ada laporan dari rekanku, katanya mereka sedang bentrok dengan anak buah Yurata."Saat Kazumi dan Kazaya bertengkar, Alex bicara seperti itu hingga pertengkaran yang terjadi pada saudara kembar itu terhenti seketika."Di mana mereka sekarang?"Baru saja Kazumi melontarkan pertanyaan itu pada Alex, tiba-tiba saja dari arah atas mereka terdengar suara seseorang memanggil, hingga mereka mendongakkan kepala mereka untuk mencari tahu siapa yang sedang memanggil mereka."Itu mereka!" kata Alex sambil mengarahkan telunjuknya ke atas. Sebuah tali terjulur dari atas dan tali itu bukan tali biasa tapi tali yang biasa digunakan oleh seseorang yang se