Rencananya kacau.Aku tak bermaksud meragukan Pangeran Devon sama sekali, tapi kompromi di saat seperti ini?“Aku heran, kenapa Raja masih ingin bicara dengan pengkhianat?” Pete mengelus dagu dan ceplas-ceplos.Untung, kami kini berada di luar jangkauan siapa-siapa hingga tak bakal muncul asumsi miring yang tak bertanggung jawab.“Jaga mulutmu, Bocah. Tau apa yang barusan kau bilang?” Tom menghardik.“Cuma menyampaikan rasa penasaran.”“Nah, Pete. Sebagai bawahan yang taat dan bijak, mending kita sebaiknya nurut tanpa banyak bertanya.” Kendati berkata demikian, aku juga tahu kalau ini misi bunuh diri.Untuk para utusan itu.Baru beberapa hari sejak Kerajaan mengirim surat tentang ajakan diskusi dalam upaya mengakhiri perang, tapi—di luar dugaan—Livingsworh jauh lebih responsif dari yang diduga.Dan sangat kooperatif.“Ini jebakan.” Meski itu menyenangkan hati Raja, tapi Pangeran Devon selalu waspada.Maka, malam itu, beliau mengumpulkan kami dalam kamp-nya di Beverly Shire.Itu malam
“Kau enggak menemukan apa-apa? Sudah mencari ke semua tempat?”Aku mengangguk, tak kuasa menatap matanya yang pasti diliputi kekecewaan. “Saya bolak-balik hampir lima kali. Selain kapal utusan, tak ada yang mencurigakan.”Pangeran Devon berdecak, mengetuk-ngetukkan telunjuk ke meja.Aku sebenarnya punya teori lain: mereka mungkin saja sudah melaju lebih cepat dari yang diperkirakan dan berjarak beberapa kilo lagi dengan Ibukota.Yang artinya Raja mesti diperingatkan dan pertahanan mesti dibangun rapat-rapat.Tapi, itu sebelum sampai ke sini.Harrington hanya beberapa ratus kilo lagi.Seharusnya ini jadi perjalanan mudah selama tiga hari tanpa hambatan, tapi kudengar dar regu pengintai, tepat di atas bukit, terdapat sepasukan besar yang mengibarkan panji Livingsworth.“Jumlahnya lima ribu, atau enam. Seseorang memergoki kami, Pangeran, jadi kami mesti melipir lebih cepat. Kemungkinan bisa sampai sepuluh ribu, tapi itu asumsi terbanyak.”Pangeran Devon tengah menulis sesuatu di atas per
‘Teruntuk Yang Mulia Zachary Donovan yang terhormat,Salam,Semoga keluarga Baginda dilimpahi kebahagiaan yang tak pernah berakhir dan kesejahteraan hingga akhir hayat.Kami memohon maaf sebesar-besarnya dikarenakan tidak dapat menghadiri penobatan Yang Mulia. Ada beberapa musibah yang menimpa dan hal-hal makin buruk tiap harinya.Kendati demikian, kami turut senang dan yakin bahwa negeri ini akan makin sejahtera karena berada di genggaman yang tepat.Seperti yang kita semua ketahui, Tuan Zahcary Donovan merupakan sosok yang tegas, punya pemikiran bijaksana, penuh keadilan, serta didampingi orang kompeten dan ahli di bidangnya masing-masing.Bicara soal keadilan, bila berkenan, kami meminta kejelasan atas hasil sidang dari rakyat-rakyat kami tercinta.Kami tentu tidak bermaksud memaksa atau menyinggung Yang Mulia, tapi seperti Yang Mulia tahu, akhir-akhir ini keadaan menjadi sangat sulit dan setidak-tidaknya, sebagai junjungan dan majikan mereka, kami bisa memberi hal yang juga menjad
Ini tak disangka-sangka.“Aku tak bisa ditahan di sini lebih lama,”“Count Jennings, mohon tenangkan dirimu lebih dulu.”“Menenangkan diri?” Sang Count mengambil surat yang tergeletak di meja majelis. “Dikatakan kalau Kerajaan memenangkan banyak pertempuran, tapi tiba-tiba saja musuh sudah jadi lebih dekat. Apa Raja atau Pangeran enggak mengantisipiasi ini?”Count Yadiva mengangguk. “Aku bahkan tidak melihat keberadaan Raja.”Duke Edison jauh lebih beralasan. “Raja sedang beribadah dan mendoakan kemenangan ini tetap bertahan.”“Ini bukan saatnya berdoa. Tanahku—tanah kita dalam bahaya. Aku minta agar Pangeran kembali saat ini juga, atau minimal izin untuk menarik pasukanku.”Saya terpaksa menggeleng. “Saya rasa itu bukan keputusan anda, Count Jennings.”“Oh, ya? Kalau begitu, biar aku yang pergi ke sana dan membawanya pulang sendiri.”Seperti yang saya perintahkan, tepat ketika Count Jennings beranjak pergi, dua prajurit langsung menyilangkan bayonetnya di depan pintu. “Apa-apaan ini?
Kami menang, tapi aku enggak merasa senang.“Tau, enggak, sewaktu kutemukan mayatnya, orang-orang ini celananya basah. Kayaknya, ketika dengar namaku, mereka udah ketakutan duluan sampe terkencing-kencing, dan akhirnya milih bunuh diri dibanding berhadapan denganku.”“Kalau itu wajahmu, kayaknya mereka mati karena terlalu mual atau kebanyakan muntah.”Tawa meledak di sepanjang aula.Gareth sang Pemberani julukannya.Seorang kapten skuadron utama yang mengambilalih Lapis beberapa malam lalu dari cengkeraman garnisum Livingsworth yang tersisa.Disebut pemberani sebenarnya agak ironis.Lapis cuma dipertahankan oleh anak yang belum cukup umur dan orang-orang tua.Pangeran juga memprediksi mereka akan menyerah tanpa perlawanan, tapi Gareth bersikeras untuk menyerbu. "Biar pengkhianat-pengkhianat itu merasakan, dinginnya keadilan Raja."Pangeran berpikir, selama itu meningkatkan moral prajurit dan memastikan kami semua tetap ‘panas’ ketika dibutuhkan, semua tindakan apa pun diizinkan.Kota
Sakit …SAKIT!Fio melihatku, melambai, tersenyum. “Kakak.”Ah … ini hari yang panas.Tuan Randy kadang emang berengsek. Di cuaca macam neraka begini, kami mesti tetap kerja rodi. “Apa yang kamu lakuin di sini?” tanyaku beruasaha menghampiri Fio.Tapi, kok, ya …Fio kenapa makin jauh.Bukan.Jalan di antara kami makin memanjang.Kenapa?Ada apa?Sakit.Sakit!SAKIT …“Kakak.” Fio menangis dan tiba-tiba sekitar kami terbakar.Panas.Panas.Tapi, tenang. Aku mesti lebih tenang. Fio bakal jadi makin cemas kalau dia ngelihat aku gugup.Selalu begitu.Aku mesti jadi kakak yang baik.Orang yang bisa diandalin dia.Orang yang bisa diandalin Ibu. “Tenang, Kakak bakal ke sana.”Sakit.Sakit!SAKIT!Cahaya yang terlalu benderang lewat dari atas.Enggak.Bukan sekadar lewat.Apa pun asal cahaya itu, sepertiya itu makin dekat.Makin dekat dan kini menyentuh kami.Ada ledakan sinar yang membutakan.Dan begitu semuanya sirna, yang terpampang di depanku adalah kengerian.Sakit.Sakit …SAKIT!“Kaka
“Yakin ini datang dari Raja?”Dave mengangguk. “Enggak ada orang yang punya merpati sebagus ini selain Ibukota, Sir. Aku sih ingin ngecek sendiri isinya, tapi … apa boleh?”Aku tersenyum. “Menurutmu?”“Aku ngerti.” Dave beralih ke aktivitasnya lagi—mengurusi kandang dan mengajak bicara merpati.Aku suka dengan orang yan paham akan tugas dan batasannya.“Sir, boleh nanya?”“Apa itu setara dengan waktuku yang bakal kebuang dan seharusnya digunain untuk meyampaikan ini ke Pangeran?”“Pasti, Sir. Ini tentang masa depan pasukan. Masa depan negeri ini.”“Bicara dengan merpati tiap hari memberimu ilham, ya?”“Ilham? Bukan. Ini rumor yang beredar.” Dia melihat ke sana-kemari. “Rumor yang berbahaya, sebenernya.”“Kalau bahaya, mending kau simpan sendiri.” Begitu aku ingin beranjak, barulah Dave mengutarakan pertanyaan yang agaknya memancingku.“Apa benar Pangeran Devon ngebentuk faksinya sendiri untuk menggantikan Raja?”Itu … emang berbahaya. “Dari mana kau dengar rumor ini, tadi?”Dave menge
Percaya atau enggak, semua ini bener-bener di luar kendali.Aku juga ngira aku bakal mati kala itu.Emang pastinya bakal ada serangan.Di antara daerah lain, penjagaan kami hampir serapuh tahu. Bahkan cuma dengan dua puluh orang terlatih, kastil ini akan langsung jatuh.Tapi, ya … enggak secepat itu, setan.Mana, ketika mereka datang, mereka bawa satu pasukan penuh pula.Kira-kira jumlahnya ada sekitar dua belas ribu orang. Bersenjata lengkap. Armor mengilap. Bahkan ada artileri.Upaya yang sia-sia untuk menyerbu kastil enggak berharga.Padahal, kalau mereka minta aku nyerah baik-baik, bakal langsung kulakukan.api, orang-orang ini punya pemikiran aneh tentang musuhnya. Bahwa kami dianggap sebagai perwujudan setan yang mesti dibasmi, diperkosa, dibantai hingga musnah dan menjamin kemenangan.Maka, sembari menunggu mana pilihan paling pas yang bakal kudapat, aku mendapat kemuliaan untuk ngehuni penjara bawah tanah.Aku pernah ke sini sekali.Kala itu lebih ramai.Ada si Wilson tolol it