Beranda / Young Adult / DERSIK / Chapter 141

Share

Chapter 141

Penulis: Fitri
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-18 09:17:28

Pagi harinya, saat ini Fia dan Yuan sedang bersiap-siap akan ke tempat pohon beringin itu berada. Semalam sang kakek memberi tahu, bahwa pohon itu di huni oleh seorang wanita cantik serta dayang-dayangnya.

Kakek berpesan untuk Yuan, agar hati-hati. Karena wanita itu selalu menggoda seorang lelaki.

Yuan yang mendengar perkataan sang kakek hanya bisa mengangguk patuh. Dia juga tak berniat tergoda oleh hantu wanita itu.

“Ingat kata kakek, hati-hati dan waspada” ucap sang kakek dengan raut wajah serius.

“Baik kek” balas Fia dengan ramah, sedangkan Yuan hanya membalas dengan anggukan ringan.

Sang kakek sedikit lega saat mendapatkan jawaban seperti itu. Dengan gerakan tenang sang kakek merogoh saku bajunya dan semua pergerakan itu di amati oleh Fia dan Yuan.

“Ini untuk melindungi kalian” ucap sang kakek sambil menyerahkan sebuah pusaka kecil, seukuran jari kelingking.

“Keris ini bisa melindungi kalian dari mara bahaya yang mengintai dan tusuk konde ini bisa melindungi kalian dari hasutan-ha
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • DERSIK   Chapter 142

    Fia dan Yuan berjalan ke arah tempat itu dengan berjalan kaki, karena tempat yang cukup dekat. Yuan menggenggam tangan Fia dengan lembut, sedangkan Fia menatap ke sekelilingnya dengan raut wajah santai.Di sekelilingnya terdapat rumah-rumah warga dan beberapa pohon menjulang tinggi. Hawa di sini cukup sejuk, apalagi adanya pepohonan yang ikut serta mendukung udara yang mengalir.Mereka terus berjalan hingga bertemu dengan seorang nenek tua bersama keranjang buahnya. Nenek itu menatap ke arah mereka dengan raut wajah yang cukup aneh. Fia hanya bisa menatap nenek tadi dengan kerutan di dahinya. Samar dia lihat mulut nenek itu berucap sesuatu.‘Hati-hati, ada musuh di dekatmu’ kurang lebih seperti itu perkataan yang Fia tangkap dari bibir sang nenek.Fia sedikit heran, ada musuh di dekatnya? Siapa musuh itu? Dan apa tujuannya? Begitulah pemikiran Fia saat ini.“Hey!” ucap Yuan sambil mengguncang pelan pundak Fia.“Eh? Kenapa?” kejut Fia sambil menatap ke arah Yuan dengan raut wajah bing

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-19
  • DERSIK   Chapter 143

    Saat ini keadaan Fiko sedikit membaik, setelah drop kemarin. Karena kepikiran dengan sosok kakaknya, dia khawatir akan keselamatan kakaknya. Dia juga menyesal mengatakan itu kepada kakaknya yang selalu ada untuknya.Ridwan yang saat ini sedang menjaga Fiko sedikit merasa iba. Tapi dia masih sedikit marah dengan adik sepupunya yang satu ini. Dia terlalu bodoh hingga mengatakan hal semacam itu.“Om, gimana keadaan kak Fia?” tanya Fiko dengan mata menatap ke depan. Wajar saja, karena dia tak tahu pasti letak Ridwan saat ini.“Mana saya tahu” balas Ridwan dengan acuh tak acuh, jujur saja dia merasa sedikit kesal dengan panggilan Fiko dan Fia.Dia selalu bertanya, apakah dirinya setua itu hingga mereka memanggilnya dengan sebutan Om? Padahal dia anak dari kakak Ayah Fia. Seharusnya mereka memanggilnya Kak bukan Om.Sedang Fiko hanya bisa tertunduk lesu saat mendapatkan jawaban seperti tadi. Ingin rasanya dia keluar dari rumah sakit dan menyusul kakaknya ke sana tapi apalah daya, dia saja t

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20
  • DERSIK   Chapter 144

    Fia mulai duduk di samping Yuan dan menatap sosok lemah di depannya dengan raut wajah bersalah.“Sorry” ucap Fia sambil menatap ke wajah Yuan dengan raut wajah sedih.Yuan yang mendengar ucapan Fia tadi mulai membuka matanya dan menatap lembut ke arah Fia.“Gue gak apa-apa, ini juga bukan salah lu” balas Yuan sambil tersenyum tulus.“Tapi..” ucap Fia terhenti saat Yuan kembali menyuarakan suaranya.“Ini juga kemauan gue Fia, jangan nyalahin diri lu sendiri” ucap Yuan sambil menatap wajah Fia dengan raut wajah tak suka.“Iya” balas Fia dengan senyum sekilas.Setelah itu kesunyian mulai hadir di tengah-tengah mereka. Yuan yang menutup matanya sambil menormalkan rasa sakitnya, sedangkan Fia menatap kosong ke arah pohon beringin tadi berada.Cukup lama mereka mengistirahatkan tubuh hingga sesuatu yang tak di duga datang. Langit yang tiba-tiba menghitam dan angin yang mulai bertiup kencang menerpa tubuh mereka.Fia yang merasakan perubahan itu sedikit mengerutkan dahinya dan bangkit dari d

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20
  • DERSIK   Chapter 145

    Fia masih menatap ke dalam sumur, bahkan cengkeraman tangannya di bibir sumur semakin menguat hingga terlihat tonjolan-tonjolan nadi di tangannya. Raut wajahnya juga sudah berubah, dengan raut wajah dingin dan sorot mata tajam Fia menatap ke air yang masih beradu dengan diding sumur.Dengan gerakan penuh intimidasi Fia bangkit dari jongkoknya, dan membalikkan tubuhnya dengan gerakan pelan. Dengan sorot mata tajam Fia menatap sosok itu, ada rasa terkejut yang di berikan sosok tadi saat melihat tatapan tajam dari Fia.“Makhluk rendahan sepertimu berani-beraninya membunuh sahabatku?!” ucap Fia dengan penuh tekanan di setiap kata.‘Dia pantas mati’ ucap sosok itu dengan tenang dan senyum kemenangan.“Kau yang pantas mati bodoh!” desis Fia dan tanpa mengatakan apa pun aura suram mulai keluar dari tubuh Fia, tak lama khodam yang selama ini bersemayang tenang di dalam tubuhnya mulai terpancing keluar karena amarah yang Fia keluarkan. Khodam milik Fia adalah sosok macan kumbang dengan mata

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20
  • DERSIK   Chapter 146

    ‘Apa itu?’ batin Fia sambil melihat benda bercahaya di depannya.Cahaya itu menembus gelapnya sumur hingga terhenti di sosok Yuan, bagaikan sebuah tali pengaman. Cahaya tadi melilit sosok Yuan dengan erat dan mulai mengangkat tubuh Yuan menuju ke permukaan sumur.Sedangkan Fia masih berdiam diri di tempat dengan khodam di sampingnya, memerhatikan semua kejadian demi kejadian dan sang buto ireng yang sudah lenyap menjadi abu karena luapan kekuatan dari khodam milik Fia.Mata Fia sedikit membola saat melihat siapa yang dililit oleh tali cahaya itu.Tubuh lemas Yuan mulai terlihat di permukaan sumur, dengan perlahan cahaya tadi membaringkan sosok lemah Yuan dia atas tanah. Setelahnya cahaya tadi mulai menghilang dan menyisakan sebuah keria kecil yang masih melayang-layang di atas.Fia masih berdiam diri di tempat dengan raut wajah tak percaya. Beberapa menit kemudian kesadarannya mulai kembali, dengan gerakan tiba-tiba Fia berlari ke arah sosok Yuan terbaring.Fia terduduk di samping Yu

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-22
  • DERSIK   Chapter 147

    Fia menatap sosok di depannya dengan sorot mata tak bersahabat.Sosok yang duduk di kursi yang terlihat mewah tapi sederhana. Dengan pakaian adat berwarna coklat dan hitam. Tak lupa postur tubuhnya yang terlihat elegan dengan sekali lirikan. Apalagi wajah ayunya yang menambah kesan bagus untuknya.Tapi Fia menangkap sesuatu yang janggal dari sosok di depannya. Sosok itu terlihat seperti penggoda lelaki berhidung belang. Apalagi dengan beberapa orang di belakang tubuhnya, bagaikan dayang yang siap melayaninya kapan saja.Fia menatap sosok wanita di depannya dengan sorot mata penuh peringatan. Sedangkan Yuan menatapnya dengan sorot mata kewaspadaan.“Wah, pasangan yang sangat serasi” ucap sosok wanita di depannya dengan senyum mengejek. Dan di balas dengan raut wajah datar oleh Fia dan Yuan.“Bagaimana menurut kalian? Bukankah mereka sangat serasi?” tanyanya kepada beberapa dayang di belakangnya.“Iya Nyai, mereka sangat cocok” balas salah satu dari mereka dengan kepala menunduk hormat.

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-23
  • DERSIK   Chapter 148

    “Sepertinya” balas Yuan dengan raut wajah tenang.“Kalian akan mendapatkan balasannya karena merendahkanku!” murka wanita itu dan angin yang bertambah menggila.Tapi entah kenapa, mereka tak merasakan kegilaan angin itu, yang mereka rasakan hanya ketenangan dan embusan angin yang lembut menerpa kulit mereka.“Dia seperti orang gila yang putus cinta” ucap Fia saat melihat kegilaan wanita di depannya.“Benarkah?” tanya Yuan dengan raut wajah datar.“Hm” balas Fia sambil menganggukkan kepalanya mantap. Setelah melihat jawaban dari Fia, Yuan dengan gemas mengacak rambut Fia hingga berantakan.Sosok wanita tadi yang melihat lawannya bercanda tawa tak menghiraukannya sedikit di buat kesal.“Beraninya kalian!” ucapnya dengan murka dan menyerang mereka dengan emosi menggebu. Karena belum siap dengan serangan yang mendadak itu membuat mereka berdua sedikit terkejut dan sedikit pasrah akan rasa sakit yang akan mereka terima. Tapi rasa sakit itu tak mereka dapat karena sosok wanita tadi sudah te

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-23
  • DERSIK   Chapter 149

    “Ternyata gadis sombong ini tuanmu Candramaya? Pantas saja sombong” ucap Nyai Gendis dengan raut wajah mengejek.“Kau mengenalnya?” tanya Fia kepada Candramaya.‘Hm, dulu dia menginginkanku menjadi salah satu dayangnya dan tentu saja aku tak mau. Pekerjaan rendahan ini tak cocok dengan ku yang masih memiliki darah bangsawan’ ucap Candramaya dengan raut wajah sombong.“Sialan kau Candramaya!” ucap Nyai Gendis dengan sorot mata tajam dan ke tidak sukaan. Tanpa bisa di cegah lagi pertempuran antara dua kubu pun terjadi. Ternyata fungsi dari barier ini adalah, untuk melindungi kawasan luar. Agar efek samping dari pertempuran tak sampai ke wilayah warga dan warga tak merasa terganggu.Fia dan Yuan masih di tempat, dengan mata dinginnya Fia menatap jalannya pertempuran. Hingga pada saatnya, sepertinya kubu di sisinya membutuhkan bantuan dari dia.“Kau tunggu di sini” ucap Fia dengan datar dan tanpa menoleh ke arah Yuan. Belum juga Yuan membuka suara, Fia sudah berlari meninggalkannya.“Ck”

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-23

Bab terbaru

  • DERSIK   Chapter 198 (Tamat)

    Sudah satu minggu setelah kejadian itu, dan Fia sudah tak sesedih kemarin dan menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Yara.Dia juga sesekali mampir ke rumah Yara untuk menjenguk mama Yara atau di ajak adik Yara untuk mampir ke rumah. Dengan senang hati Fia menerima ajakan adik Yara.Satu yang membuatnya heran, kenapa orang tua Sasa tak pernah sekali pun mencari keberadaan sang anak yang hilang bagaikan tertelan bumi? Dan ternyata Fia mendapat satu fakta yang tak terduga, Sasa adalah anak dari papanya dengan selingkuhannya, sebab itu mereka tak peduli dengan sosok Sasa, bahkan saat ini orang tua Sasa sedang menyiapkan sidang penceraian mereka.Fia yang mendengar cerita itu hanya memasang raut wajah sedih dan prihatin.Tapi, walau orang tua tak mencarinya, masih ada Alvin yang menanyai keadaan Sasa dan menanyakan kondisi Sasa kepada Fia. Seperti menanyakan ‘Sasa di mana ya? Bagaimana kondisinya? Kenapa dia menghilang tanpa memberi kabar?’ dan di jawab Fia dan Yuan dengan mengangkat b

  • DERSIK   Chapter 197

    Yuan yang melihat tingkah lucu Fia hanya memasang raut wajah gemas dan senyum geli.“Ayo” ucap Yuan sambil menatap Fia dengan senyum yang masih terpatri di bibirnya.“Iya” balas Fia dengan lesu dan dengan malas Fia membuka pintu mobil. Fia keluar dan di sambut oleh Yuan dengan senyum kecil.Yuan memegang tangan Fia dengan lembut dan membawanya ke arah pintu rumah. Mereka memasuki rumah Fia dengan kerutan di dahinya.Bagaimana tidak, di depan mereka sudah berkumpul keluarga Fia. Fia yang melihat keluarganya yang sedang canda tawa hanya memasang raut wajah datar dan sorot mata ke tidak sukaan.Yuan yang tahu akan pikiran Fia hanya bisa menguatkan pegangannya di tangan Fia dan memberi usapan kecil di punggung tangannya.“Fia, sini sayang” ucap salah satu bibinya dengan senyum mengembang indah.Fia yang mendengar panggilan dari sang bibi hanya diam membisu dan masih di tempatnya dengan raut wajah datar.“Fia?” kata sang bibinya lagi dengan kerutan di dahinya.“Ada apa ini?” tanya Fia den

  • DERSIK   Chapter 196

    Pemakaman Yara berjalan dengan sangat hikmat, banyak orang yang meneteskan air mata saat melihat peti Yara memasuki lian lahat.Fia mengikuti acara pemakaman dengan raut wajah datar dan sorot mata kesedihan. Dia berada di samping mama Yara. Mama Yara yang memintanya untuk di sampingnya dan Fia hanya menurut tak bisa membantah. Dengan langkah pelan keluarga Yara mulai menjauh dari mekan Yara. Mama Yara sudah mengajak Fia untuk pulang tapi Fia menolaknya, dia ingin menetap di sini untuk beberapa saat.Fia menatap ke arah gundukan tanah di depannya dengan sorot mata kepedihan. Dia masih merasa bersalah dengan Yara, tak jauh dari tempatnya berdiri ada sosok Disa yang menatap ke arah gundukan di depannya dengan air mata yang masih mengalir.Fia menatap ke arah Disa dengan senyum kecil dan berjalan ke arah Disa dengan perlahan.“Ayo” ajak Fia sambil memegang pundak Disa dengan senyum kecil di bibirnya.Disa menatap ke arah Fia sebentar dan kembali menatap ke gundukan tanah tadi setelahnya

  • DERSIK   Chapter 195

    Hari pemakaman Yara, Fia datang dengan Yuan di sampingnya. Dia sudah membulatkan tekatnya, entah di terima atau tidak kehadirannya di sana. Niatnya untuk mengantarkan Yara ke peristirahatan terakhirnya, sebagai bentuk terima kasih dan penyesalan.Fia berjalan memasuki ambang pintu rumah Yara, saat dia masuk matanya sudah melihat banyak orang di sana dan tak lupa peti jenazah Yara yang di kelilingi oleh keluarganya. Sanak saudara berhilir mudik dan bergantian melihat wajah Yara untuk terakhir kalinya. Sosok Yara terlihat sangan memukau di hari terakhirnya sebelum di kebumikan.Fia mulai berjalan memasuki rumah Yara dengan Yuan di belakangnya. Mereka berdua memakai baju berwarna hitam polos tanpa ada corak seperti yang lainnya.Saat Fia memasuki rumah Yara, ada beberapa pasang mata yang menatap ke arahnya tapi tak dia anggap.Dengan langkah pelan, Fia mendekat ke arah peti Yara, saat langkah kakinya semakin dekat dengan peti Yara berada tiba-tiba langkahnya terhenti saat sosok mama Yara

  • DERSIK   Chapter 194

    “Semua ini di sebabkan oleh saya” ucap Fia setelah menguatkan dirinya untuk jujur.Saat mendengar perkataan Fia barusan, membuat pandangan mama Yara langsung tertuju ke arah Fia.“Apa maksudmu?” tanya Mama Yara dengan sorot mata tak bersahabat.“Yara meninggal karena saya, dia mengorbankan nyawanya untuk saya,” ucap Fia terhenti sejenak untuk mengambil nafasnya karena dadanya terasa sesak.“Dia melindungi saya dari tusukan yang seharusnya saya terima, seharusnya saya yang berada di posisi Yara” ucap Fia dengan tertunduk dalam.Mama Yara yang mendengar perkataan Fia hatinya merasa marah, bahkan tangannya terkepal sangat erat. Dengan langkah cepat dia berjalan ke arah Fia dan menamparkan begitu keras untuk melampiaskan kemarahannya.Plak!Sang suami yang melihat tingkah sang istri merasa sedikit terkejut dan mencerna semua kejadian tadi, ucapan Fia tadi kembali mengulang di otaknya.“Pembawa sial!” ucap Mama Yara di depan wajah Fia.“Mah!” ucap sang suami saat sadar akan keterkejutannya

  • DERSIK   Chapter 193

    Lama Fia dan Yuan berpelukan hingga Fia melepaskan pelukan itu, dengan raut wajah sembab Fia menatap Yuan.“Makasih” gumam Fia dengan senyum tulus.“Hm” balas Yuan sambil mengelus rambut Fia dengan senyum simpul.“Ayo” ajak Yuan sambil menggenggam tangan Fia dan menuntunnya masuk ke dalam ruangan tadi.Di dalam ruangan ada sosok Disa yang menangis sesegukan sambil menatap sosok Yara yang terbaring kaku di depannya.Fia berjalan mendekat ke arah Yara dan menggenggam tangannya pelan.“Maaf” ucap Yara dengan lirih dan sorot mata sedih.‘Maaf, semua ini gara-gara gue Yar. Andai dulu lu gak deket sama gue, andai lu gak ngelindungi gue pasti lu masih ada di sini’ batin Fia dengan senyum getir.“Gue bener-bener minta maaf” ucap Fia penuh sesal.Suara hening mulai mengisi ruangan tadi, Disa yang menangis dalam diam sedangkan Yuan dan Fia menatap ke sosok Yara dengan raut wajah sedih.Tak lama, suara langkah kaki terdengar di dalam ruangan tadi. Dengan refleks mereka melihat ke sumber suara, d

  • DERSIK   Chapter 192

    Mereka masih di posisinya, dengan pemikiran masing-masing. Sedangkan Ridwan sedikit menjauh untuk memberi kabar orang tua Yara akan kondisi anaknya. Setelah memberi kabar orang tua Yara , Ridwan mulai memberi kabar keluarganya tentang keberhasilan Fia. Kabar yang di beri tahukan Ridwan membawa kebahagiaan di keluarganya.Beberapa menit kemudian pintu UGD mulai terbuka, terlihat sosok berjas putih keluar dari ruangan dengan raut wajah penuh penyesalan.“Bagaimana keadaan teman saya dok?” tanya Disa sambil berjalan mendekat ke arah sang dokter. Dalam diam Fia berjalan mengikuti langkah Disa.“Kami sudah melakukan yang terbaik tapi Tuhan mempunyai jalan yang lebih baik. Maaf, Tuhan berkehendak lain, teman adik dinyatakan meninggal karena telat akan penanganan yang seharusnya dia terima. Teman adik terlalu banyak kehilangan darah” ucap sang dokter dengan raut wajah lesu, karena pasiennya gagal untuk dia selamatkan.“Gak, dokter pasti salah” ucap Disa dengan raut wajah tak percaya dan memu

  • DERSIK   Chapter 191

    Fia mulai membuka matanya dan menatap ke arah Disa dengan raut wajah serius.“Dis” panggil Fia tanpa emosi.“Iya?” balas Disa dengan raut wajah heran.“Pegang batu ini dan baca mantra yang tertulis di sini” ucap Fia sambil menatap ke arah Disa dengan raut wajah masih sama.“Kenapa?” tanya Disa dengan raut wajah heran.“Ini kunci keluar dari sini” balas Fia apa adanya.“Oke” balas Disa dan mulai berjalan mendekat ke arah Fia. Tanpa membutuhkan waktu lama Disa mulai membaca mantra yang ada di batu tadi. Mantra tadi tertulis dengan aksara Jawa, dan entah kenapa Disa dengan lancar mengucapkannya, setiap kata terdengar sangat jelas.Tak lama cahaya di batu tadi semakin terang, cahaya yang tadinya putih berubah menjadi abu-abu. Tak lupa ada juga beberapa kunang-kunang yang hadir mengelilingi mereka.Fia yang melihat pemandangan di depannya sedikit menatap dengan sorot mata memuja. Tak lama, cahaya tadi mulai redup dan mereka sudah berada di luar gerbang sekolah.“Kondisinya semakin memburuk

  • DERSIK   Chapter 190

    Fia yang mendengar jeritan Sasa hanya menatapnya dengan raut wajah tanpa emosi.“Fia tolongin gue” ucap Sasa dengan raut wajah memohon ke arah Fia.“Gue gak bisa” balas Fia dengan acuh tak acuh.“Gue minta maaf, gue ngaku gue salah. Gue mohon bantu gue, lepasin gue dari rantai ini” ucap Sasa dengan air mata yang menetes melewati pipinya.“Gue gak bisa, itu bukan kemampuan gue” balas Fia apa adanya.Tak lama dari itu Fia mulai mendengar jeritan tak jauh darinya.“Yara!” ucap Disa saat baru saja bangun dari pingsannya, dan saat dia membuka mata pandangan pertamanya adalah sosok Yara dengan darah di tubuhnya. Dengan raut wajah panik Disa menatap ke arah Yara.“Yar, aku minta maaf jangan kayak gini” ucap Disa sambil menepuk pipi Yara beberapa kali.“Dia akan mati kalau gak ambil tindakan dengan cepat” ucap Fia dengan raut wajah tanpa emosi.“Yuan, boleh minta tolong? Tolong gendong Yara, karena gak mungkin kalau gue atau Disa yang gendong” ucap Fia sambil menatap ke arah Yuan dan di anggu

DMCA.com Protection Status