Pria tua juga larut dalam pikirannya seperti ada sesuatu yang ingin ditanyakannya kepada Alya sebelum akhirnya dia memutuskan untuk mengabaikannya.“Tidak mungkin aku bertanya terkait alasan mengapa Alya menikah dengan Bara, kan? Keduanya juga sekarang sudah bercerai dan tidak perlu diungkit lagi. Itu terasa tidak sopan bagiku untuk ikut campur urusan pribadinya seperti itu,” batin pria tua sambil menggelengkan kepalanya.Sayangnya, kedua orang itu tidak sadar kalau masalah yang ada di dalam pikiran keduanya adalah hal paling krusial yang menjadi alasan sekaligus bukti utama keterlibatan keluarga utama.Alhasil, keduanya masih termenung dalam pikirannya sendiri tanpa ada yang berusaha mengatakannya saat itu juga.Waktu perlahan berlalu sejenak sebelum akhirnya pria tua itu kembali menjelaskan dengan perlahan-lahan.“Pernikahanmu dengan Bara benar-benar mengejutkan bukan hanya bagi keluarga utama, tapi juga bagi keluarga Riana. Kami terlambat menyadarinya saat itu sehingga menyebabkan
Alya akhirnya menghela napas panjang sembari melihat ke arah pria tua dengan tatapan serius. Wanita cantik itu tak lagi ingin terus diarahkan dan dikendalikan lagi oleh siapa pun.“Apakah Anda sudah mengerti maksud saya, Alya?” tanya pria tua tiba-tiba terlontar begitu saja.Alya terdiam dan hanya sedikit menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju. Namun, hatinya sudah membulatkan tekadnya yang tidak ingin begitu saja mempercayai orang lain lagi.“Apakah aku harus pergi juga sekarang seperti Bara sebelumnya? Tampaknya tidak ada lagi yang bisa dibahas lagi dengan pria tua ini!” batin Alya mulai menimbang-nimbang.Wanita cantik itu sudah tak ingin berlama-lama lagi di tempat itu. Tujuan awalnya bertemu Bara untuk menemukan sebuah rahasia sudah cukup terpenuhi.Bahkan, kata terpenuhi terlalu rendah untuk menyimpulkan semua kejutan yang ditemukannya pada hari ini bersama dengan Bara.“Pria tua ini sudah memberikan informasi mengejutkan yang terlalu banyak hingga ke titik sulit untuk dip
Semua itu dilakukannya murni karena alasan pribadi pria tua tersebut yang tak ingin menunjukkan sisi kepribadiannya yang sangat emosional seperti itu.Meski begitu, Alya tentu saja masih bisa melihat sekilas senyum tipis yang kemudian lenyap disembunyikan jejaknya itu.“Hmm? Apa-apaan tadi itu? Mengapa pria tua ini tiba-tiba tersenyum aneh ketika menatapku? Apakah memang ada sesuatu yang lucu dari wajahku?” batin Alya merasa heran.Alya tanpa sadar menundukkan kepalanya dan perlahan mengusap wajahnya seolah sedang mencoba mengecek kondisi wajahnya yang begitu rupawan itu.Namun, Alya masih saja tidak menemukan sesuatu yang aneh di wajahnya setelah mengusapnya perlahan-lahan. Alhasil, wanita itu menyerah untuk mencari sesuatu yang aneh di wajahnya yang sebenarnya memang tidak ada sama sekali.“Mungkin memang hanya perasaanku saja sebelumnya. Tidak ada yang aneh dengan wajahku. Namun, mengapa pria tua itu tersenyum sebelumnya? Aneh sekali!” batin Alya sedikit menatap pria tua dengan ra
Dunia memang tidak pernah adil bagi mereka yang bodoh dan lemah. Meski Alya merasa dirinya tidak bodoh, situasi antara yang dialaminya sekarang jelas sekali menandakan kelemahannya.Jujur saja, Alta sebenarnya tidak pernah berpikir untuk menjadi orang yang kuat ataupun berpengaruh. Hal-hal semacam itu tidak membuatnya tertarik sedikit pun.Sejak waktu dia di Panti Asuhan Daniar, Alya hanya ingat kalau dirinya selalu berjuang menjadi yang paling cerdas dan jenius di setiap kesempatan.Terutama ketika membahas hal-hal yang berbau bisnis, ekonomi, manajemen, dan semacamnya itu selalu menjadi kesenangan tersendiri bagi wanita rupawan seperti Alya.Dunianya seakan-akan hanya berisikan istilah-istilah atau rumus-rumus dunia bisnis yang sewajarnya pada waktu itu dia masih miskin dan tak punya uang sedikit pun.Hidupnya hanya cukup untuk bertahan hingga dewasa sebagaimana mestinya anak-anak lainnya yang memang tinggal dan tumbuh besar di dalam Panti Asuhan Daniar.Meski demikian dengan segala
Bersamaan dengan semua aturan tersebut, keluarga Harko berhasil menjadi keluarga elit yang begitu mendominasi di negeri ini.Waktu yang ada di masa lalu telah membangun ceritanya sendiri. Keluarga Harko berawal dari keluarga biasa yang bahkan pernah jatuh dalam kemiskinan hebat.Di tengah situasi perpolitikan di Indonesia yang memang waktu itu lagi memanas hebat, keluarga Harko sering kali jatuh bangun hampir setiap kalinya.Ketika harus meratapi bergejolaknya situasi kala itu, keluarga Harko dengan susah payah terus menerus mengembangkan bisnisnya.Secara bertahap mulai dari bisnis komoditas hingga mampu berkembang menjadi waralaba. Keluarga Harko berekspansi di bidang properti yang perlahan tumbuh menjadi aset yang begitu berharga.Sudah tak terhitung berapa jumlah uang yang didapatkan oleh keluarga Harko dari kerajaan bisnis mereka yang dengan semua aset dan kekayaan tersebut membuat semua orang menghormati keluarga Harko.Alya perlahan mulai memahami segala sesuatu yang sebelumnya
Raut wajahnya yang rupawan mulai terlihat gugup dan ragu-ragu. Sedikit terasa berat bagi Alya untuk mencerna semua informasi yang masuk ke dalam pikirannya.Baginya, Diano adalah cahaya yang ditemukannya ketika harus hidup sederhana bersama Bara yang menurutnya tidak ada masa depan yang cerah menantinya.Jika bukan karena itu, Alya merasa kalau dirinya tidak akan mendekati Diano meski pria itu sangat kaya dan tampan.Bara yang merupakan mantan suaminya itu memang tidak sedap dipandang sama sekali dan Alya sadar betul akan hal itu sehingga selalu menjadi keluh kesahnya selama menjalani hidup sebagai istrinya.Meski begitu, Alya juga tahu kalau Bara tidak pernah menyembunyikan sesuatu yang aneh dan terlihat tulus mencintainya.Namun, ketulusan cinta Bara harus kalah manakala ketampanan dan kekayaannya tidak memadai yang membuat Alya tergoda dengan pria lain.“Diano! Kau dan keluarga utama memang punya niat buruk kepadaku sejak awal. Aku pasti akan memastikan kembali dan menemukan kebena
Alya diam-diam menarik napas dan perlahan-lahan menghembuskannya seolah-olah berusaha mengusir semua rasa gelisah yang terpendam di dalam hatinya sejak tadi.Wanita rupawan itu berusaha menguatkan mentalnya dan kembali menatap pria tua di hadapannya dengan tatapan serius sekali tanpa ada lagi tanda rasa ragu-ragu dari raut wajahnya.Pria tua yang melihat hal itu hanya bisa tertegun sejenak dan tak tahu harus mengatakan apa. Dia hanya bisa melihat sosok Alya yang di dalam hatinya pasti sedang murka.“Hah…. Mau bagaimana lagi, kan? Keluarga utama dan Riana pasti tertarik dengan semua warisan yang dimiliki orang tuaku. Jadi, keduanya pasti mengawasiku dengan cara-cara yang kurang lebih sama!” tegas Alya yang terdengar seperti sedang menyindir terang-terangan.Pria tua hanya bisa tersenyum pahit mendengar perkataan Alya. Dia tahu kalau apa yang dilakukan oleh keluarga Harko kepada Alya sudah jelas melanggar hukum di negara ini.Meski begitu, pria tua tetap tenang menanggapi sindiran pedas
Pikiran acak tersebut membuatnya semakin mengerutkan alisnya sebagai tanda kebingungannya yang semakin dalam.Tentu saja Alya berhak merasakan hal aneh tersebut ketika kembali mengingat nama lelaki yang telah dikhianatinya itu kembali disebutkan begitu saja.Dalam keheningannya, pria tua juga merasa tak enak di hatinya untuk melanjutkan ceritanya sebab ada beberapa perkara yang menurutnya cukup memalukan.“Apakah aku harus menceritakan detail kebenarannya juga? Mungkinkah sudah cukup sampai di sini saja agar tidak menimbulkan kesalahpahaman yang lebih lanjut, kan?!” batin pria tua tampak telah membuat sebuah keputusan yang penuh tekad.Alya tetap terdiam sejenak selama beberapa detik sebelum akhirnya kembali fokus dan menatap dengan tegasnya ke arah pria tua yang tampak termenung dalam pikirannya sendiri.“Saya mau tahu, apakah wanita mata-mata yang Anda maksud ini mengawasi saya dan Bara dengan maksud tersendiri lainnya selain menjalankan tugas dari keluarga Riana?” tanya Alya yang s
Dengan begitulah, Bara dipukuli habis-habisan hingga sulit bagi siapa pun untuk menghentikannya lagi. Bara hanya bisa menerima kenyataan kejam dalam kehidupannya saat ini.Semua orang tampak menikmati diri mereka sendiri-sendiri ketika melakukan aksi tidak bermoral bersama-sama dengan menyiksa Bara yang sudah tak mampu berkutik lagi.“Hmph! Rasakan ini wahai pria hidung belang yang menjijikkan! Beraninya kamu mempermainkan seorang wanita cantik dan kami semua di sini, hah?! Ini adalah akibatnya yang sudah sepatutnya kamu terima!”“Ha-ha-ha! Benar sekali! Ini adalah akibatnya ketika seseorang tidak bisa menjaga sikapnya terutama indera penglihatannya serta kemampuan lisannya dalam berbicara yang lebih baik.”“Saya dari tadi sudah tak nyaman setiap kali mendengarnya berbicara kasar kepada Nyonya cantik itu. Sekarang, sudah waktunya untuk melampiaskan kekesalanku atas sikap menyimpangnya.”“Terimalah saja takdirmu wahai pria aneh yang bejat. Pria terkutuk sepertimu memang tak layak untuk
Pikirannya Bara sudah tak jelas arahnya dan mulai termenung dalam pikirannya sendiri dengan ekspresi wajah yang semakin aneh ketika melihat sosok wanita cantik di depannya.Bara benar-benar seperti tupai melompat yang sudah kehilangan arahnya dengan cepat membuat pikirannya menjadi kabur dari pandangan matanya dan semakin redup ketika dia mulai merasakan rasa nyeri.“Hmm? M–mengapa Anuku mulai terasa sakit sekali? E–eh? Beneran sakit sekali!” batin Bara sudah kehilangan kesabarannya yang mana mulai merasakan rasa sakit yang begitu mendalam.Bara mulai membuka kedua matanya lebar-lebar hingga melotot dan hampir seperti ikan yang benar-benar sedang sekarat sebab rasa sakit di Anunya sudah benar memuncak hingga tak lagi mampu dikendalikannya.Dengan berat hati, dia melihat senyuman indah wanita cantik di depannya semakin lebar seolah-olah sedang menikmati penderitaan yang saat ini kian dirasakan oleh Bara secara membabi buta.Bara benar-benar tak habis-habisnya berpikir kalau semua ini p
Semua orang termasuk wanita cantik menatap Bara dengan tatapan yang aneh sekali. Tidak ada lagi rasa simpati yang sebelumnya sempat ada di hati beberapa orang.“Hmph! Dasar laki-laki hidung belang rupanya! Pantas saja wanita cantik itu merasa tidak nyaman dengan pria aneh itu!”“Tuh, kan?! Sudah aku duga kalau instingnya wanita cantik itu memang tidak pernah salah ketika mendeteksi keberadaan pria hidung belang seperti itu!”“Benar juga! Wanita cantik memang peka sekali ketika dihadapkan dengan situasi seperti ini. Pria hidung belang itu benar-benar tidak punya rasa malu sedikit pun. Seharusnya dia langsung pergi karena malu. Jika itu aku, sudah pasti lari saat ini juga!”“Betul sekali!”“Haruskah kita ikut membantu wanita cantik itu mengusir pria hidung belang yang wajahnya jelek sekali itu?”“Ada benarnya saran kamu ini! Ayo semuanya, mari bersama mengusirnya!”Berbagai macam obrolan yang menyindir Bara dan memuji aksinya wanita cantik kian menguat yang membuat Bara merasa semakin t
Bara menunggu dengan sabar dan merasa percaya diri bahwa dirinya tidak mungkin salah karena memang itu adalah kamarnya sendiri yang sudah ditinggalinya sejak apartemen ini pertama kali didirikan olehnya.“Hmph! Dasar wanita ceroboh! Lihatlah baik-baik, ini adalah kamarku! Kamu pasti tidak bisa membuka pintunya, kan? Ha-ha-ha! Cepat minta maaf sekarang!” tegas Bara tanpa ragu-ragu seolah-olah sudah bisa menebak hasil akhirnya.Semua orang yang mendengarnya merasa kalau wanita cantik tersebut pasti sedang salah kamar apalagi ketika Bara dengan percaya diri mengatakan tentang kepemilikan kamar tersebut sebagai miliknya.“Tampaknya, wanita itu memang salah kamar. Seharusnya dia segera minta maaf setelah ini!”“Benar juga! Harusnya ketika baru pertama kali datang itu harusnya perlahan-lahan mengamati sekeliling sejenak sebelum langsung asal-asalan menuduh orang lain!”“Wanita cantik memang terkadang sulit sekali kalau dinasehati apalagi diatur-atur oleh orang lain. Sungguh malang sekali pa
“Hmm? Ada apa ini?”“Tampaknya ada yang sedang berselisih di antara mereka!”“Oh…, apakah mereka satu keluarga?”“Kayaknya sih tidak! Saya yang pertama kali datang mendengar percakapan singkat di antara keduanya. Singkatnya, wanita tersebut menuduh si pria kekar itu sebagai preman. Alhasil, keduanya saling beradu mulut karena pria tersebut marah dituduh sebagai preman!”“Preman? Memang pantas kalau pria itu dituduh sebagai preman. Maksud saya, dia mempunyai tubuh kekar dan wajah jelek seperti itu. Bukankah semua orang akan berpikiran yang sama kalau berada di posisi wanita cantik itu?”“Bagaimana mungkin dengan alasan seperti itu bisa dibenarkan? Kalau salah tuduh, siapa yang akan tanggung jawab, kan?”Berbagai reaksi dari orang-orang sekitar membuat situasi yang sengit menjadi semakin ricuh dengan adanya berbagai macam obrolan di antara mereka yang membuat Bara merasa tak nyaman.“Hadeh! Tampaknya aku terlalu berlebihan. Sudahlah, aku pergi dari tempat ini dahulu saja. Kalau diterusk
“Jangan bohong kamu! Jelas sekali kalau kamu pastinya preman yang dikirim oleh mantan suamiku, kan?! Kalau Anda tidak pergi sekarang juga, saya akan berteriak sekeras mungkin!” tegas wanita cantik tersebut yang membuat Bara semakin bingung.“Preman? Utusan mantan suaminya? Omong kosong macam apa ini?!” batin Bara yang benar-benar tidak habis pikir kalau dirinya yang baru saja keluar dari kamarnya sendiri langsung dituduh dengan hal-hal yang tidak dimengerti olehnya sama sekali.Meski begitu, Bara tetap saja tenang sekali menyikapinya seolah-olah ini bukan perkara besar baginya. Lagi pula, tempat ini adalah apartemen miliknya sendiri.Bara paham betul dengan prosedur dan penanganan masalah seperti ini dan solusinya adalah berdiskusi dengan baik agar tidak ada lagi kesalahpahaman yang tidak diinginkan.Sayangnya, ketenangan Bara seakan meremehkan tekad dan ancaman dari wanita cantik di hadapannya itu yang sudah benar-benar merasa terancam dan tidak bisa berpikiran jernih.“Cepat pergi s
“Huuh! Tampaknya aku hanya bisa terus melangkah maju dan mulai membiasakan diri dengan semua kesuksesan yang telah kuraih hingga saat ini. Semuanya terasa begitu hebat dan di saat bersamaan terasa sangat menekanku. Entah apakah ini baik atau buruk untuk masa depanku nantinya?!”Bara kembali bergumam sambil terus melihat pemandangan di luar jendela kamarnya dari ketinggian yang cukup membuat manusia di bawahnya mendongak tak berdaya.“Kesombongan dalam diriku tak kunjung muncul bahkan setelah mencapai semua ini. Mungkinkah aku memang ditakdirkan menjadi pemeran protagonis yang baik hatinya? He-he-he!” gumam Bara dengan aneh memuji dirinya sendiri beberapa kali.Kebiasaan ini tidak datang sekali atau dua kali saja. Bara hampir rutin melakukan semuanya sendiri di setiap harinya selama lebih dari lima tahun ini.Entah apa alasan utamanya Bara melakukan itu. Namun, kemungkinan besar karena Bara benar-benar ingin mengalihkan kebenciannya terhadap keluarga Harko menjadi lebih positif.Setida
Semua itu terjadi begitu cepat bahkan tidak sempat bagi semua korban Panti Asuhan Daniar yang bisa melihatnya secara langsung sebab luka-luka mereka yang masih parah.Untungnya, kasus tersebut segera viral di media sosial yang mengundang berbagai rasa simpati. Tentu saja semua itu karena Bara mempostingnya di media sosialnya yang memang aktif di sana sebagai konten kreator.Terlepas apakah orang-orang di media sosial benar-benar bersimpati atau tidaknya, bantuan keuangan yang diberikan benar-benar menjadi solusi instan bagi semua orang Panti Asuhan Daniar.Belum lagi viralnya kasus ini juga membebani keluarga Harko yang menjadi dalang utamanya. Mereka dipaksa untuk membayar sejumlah uang ganti rugi yang tentu saja tidak kecil nominalnya.Sebuah karma yang memang sudah ditakdirkan pantas mengenai kepada mereka yang berbuat jahat kepada yang lainnya tanpa ada rasa malu atau penyesalan sedikit pun.Bara cukup lega dengan segala bantuan finansial tersebut yang menurutnya benar-benar sanga
“Benar sekali! Walau kendaraan motorku terlihat baik-baik saja dari luarnya, tapi kerusakan yang nyata terjadi di dalamnya! Mungkinkah hal yang sama juga terjadi di dalam keluarga Harko saat ini?!” gumam Bara tiba-tiba mengoceh tidak jelas.Pikirannya yang liar mulai menebak-nebak kemungkinan lainnya. Kemungkinan yang tidak mungkin muncul begitu saja tanpa adanya persiapan sama sekali.“Jika semuanya sesuai rencana, keluarga utama pasti sudah mendapatkan apa yang mereka mau dan langsung membuang Alya ketika waktunya tiba. Ada hal lainnya yang tidak aku ketahui saat ini, tapi hanya memikirkan kemungkinan ini saja sudah beberapa kali masuk akal dibandingkan tidak sama sekali!” gumam Bara begitu bersemangat.Tidak pernah Bara merasakan sensasi bersemangat seperti ini. Sensasi yang menurut Bara beberapa kali lebih terasa kuat dibandingkan dengan ketika dia menikah untuk pertama kalinya.Perasaan yang dirasakan benar-benar seperti aliran air segar yang begitu deras mengalir di dalam otakny