Meski sudah berada dalam situasi rumit dan membingungkan, Bara tak mau terburu-buru karena fokus utamanya adalah mengumpulkan informasi sebanyak mungkin.“Ini bukan urusanku entah Alya keturunan dari keluarga Harko atau tidak. Poin penting adalah mengumpulkan informasi dan bukti sebanyak mungkin!” batin Bara memegang kantong sakunya yang berisi ponselnya.Tanpa diketahui oleh siapa pun, Bara sebenarnya sudah merekam seluruh perkataan pria tua lewat ponselnya sehingga tak ada satu pun yang terlewatkan.Tentu saja Bara juga sudah menonaktifkan suara notifikasi sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan olehnya sama sekali.Di sisi lain, pria tua masih tenang menyikapi sikap Alya yang tampak sudah kehilangan kendali karena keterkejutannya.“Anda mengatakan kalau saya kemungkinan besar adalah keturunan pewaris keluarga Harko, begitu?! Bagaimana bisa hal seperti itu baru saya ketahui? Mengapa saya harus hidup di Panti Asuhan Daniar kalau memang saya keturunan keluarga Harko?”Alya terus b
Kesunyian yang berlangsung selama beberapa detik mulai bertambah beberapa menit. Bara, Alya, dan pria tua tetap diam dalam pikirannya masing-masing.Alya yang masih terus menatap foto di tangannya dengan seksama. Bara tetap diam dalam kehati-hatian.Pria tua juga tetap tenang memejamkan kedua matanya seolah mengingat masa lalu yang perlahan-lahan dengan cepat memudar.Situasi hening akhirnya sedikit terhenti ketika Alya akhirnya duduk di kursi walaupun masih fokus melihat foto di tangannya dengan hati-hati.“Hmm? Mengapa situasi menjadi hening seperti ini?!” batin Bara mulai merasa tak nyaman.Dia sedikit melirik Alya sekilas sebelum berbalik melihat pria tua yang juga tampak sunyi seolah dunia sedang membeku saat itu juga.“Tidak bisa terus terdiam seperti ini. Hanya akan terlalu lama membuang waktu berhargaku saja!” batin Bara membuat keputusan.Dia melihat sekilas situasi dan memastikan tetap tidak ada yang berbicara sehingga membuat Bara harus memulai diskusi.“Saya mau tanya, apa
Pria tua itu kembali berkata-kata yang membuat perubahan ekspresi serius di wajah Alya dan Bara hampir bersamaan.“A–apa maksud Anda mengatakan warisan tanah tersebut ada hubungannya dengan orang tua saya?” tanya Alya begitu terkejut.Bara di sampingnya juga sangat heran dan mulai sedikit mengerti. Dia melihat ekspresi pria tua tersebut yang tetap tenang sekaligus serius tanpa ada perubahan.“Pantas saja dia memberikan informasi terkait masa lalu Alya. Kemungkinan besar memang ada perebutan warisan di antara keluarga Harko yang terkait erat dengan orang tua Alya,” batin Bara dengan bimbang.Bara berpikir dalam keheningan singkat sebelum akhirnya dia sadar akan sesuatu hal yang membuatnya terkejut.“M–mungkinkah alasan Alya hilang ingatan dan dirinya yang pindah di Panti Asuhan Daniar berkaitan dengan kondisi tertentu? Misalnya, kecelakaan atau meninggalnya orang tua Alya?!”Bara berpikir keras hingga menyimpulkan kemungkinan paling liar tersebut. Dia melihat pria tua dengan ekspresi p
Pria tua berusaha kembali tenang setelah mengatakan hal yang sebenarnya tidak disukainya. Adapun Bara juga berusaha menahan amarahnya.Alya yang mendengar perkataan pria tua juga terkejut dan tak tahu harus berkata apa. Entah mengapa, ingatan masa lalu hidup berdampingan dengan Bara kembali mencuat.“Berarti sejak saat aku kuliah, keluarga utama memang sudah perlahan-lahan ingin mendapatkan warisan orang tuaku. Metode menggunakan Bara sebagai perantara memang sangat licik dan cerdas di saat bersamaan,” batin Alya tampak bimbang.Wanita rupawan itu tidak percaya kalau masalah ini akan sampai sedalam itu. Sesuatu yang awalnya dianggapnya sederhana ternyata memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi.Pria tua melirik ke arah Bara dan Alya. Dia berusaha melihat reaksi keduanya terutama kepada Bara yang menurutnya pasti sangat marah saat ini.“Bara ini pasti tidak menyangka kalau dirinya hanyalah bidak catur dalam permainan keluarga utama. Kebenciannya kepada keluarga Harko hanya akan semak
Pria tua juga larut dalam pikirannya seperti ada sesuatu yang ingin ditanyakannya kepada Alya sebelum akhirnya dia memutuskan untuk mengabaikannya.“Tidak mungkin aku bertanya terkait alasan mengapa Alya menikah dengan Bara, kan? Keduanya juga sekarang sudah bercerai dan tidak perlu diungkit lagi. Itu terasa tidak sopan bagiku untuk ikut campur urusan pribadinya seperti itu,” batin pria tua sambil menggelengkan kepalanya.Sayangnya, kedua orang itu tidak sadar kalau masalah yang ada di dalam pikiran keduanya adalah hal paling krusial yang menjadi alasan sekaligus bukti utama keterlibatan keluarga utama.Alhasil, keduanya masih termenung dalam pikirannya sendiri tanpa ada yang berusaha mengatakannya saat itu juga.Waktu perlahan berlalu sejenak sebelum akhirnya pria tua itu kembali menjelaskan dengan perlahan-lahan.“Pernikahanmu dengan Bara benar-benar mengejutkan bukan hanya bagi keluarga utama, tapi juga bagi keluarga Riana. Kami terlambat menyadarinya saat itu sehingga menyebabkan
Alya akhirnya menghela napas panjang sembari melihat ke arah pria tua dengan tatapan serius. Wanita cantik itu tak lagi ingin terus diarahkan dan dikendalikan lagi oleh siapa pun.“Apakah Anda sudah mengerti maksud saya, Alya?” tanya pria tua tiba-tiba terlontar begitu saja.Alya terdiam dan hanya sedikit menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju. Namun, hatinya sudah membulatkan tekadnya yang tidak ingin begitu saja mempercayai orang lain lagi.“Apakah aku harus pergi juga sekarang seperti Bara sebelumnya? Tampaknya tidak ada lagi yang bisa dibahas lagi dengan pria tua ini!” batin Alya mulai menimbang-nimbang.Wanita cantik itu sudah tak ingin berlama-lama lagi di tempat itu. Tujuan awalnya bertemu Bara untuk menemukan sebuah rahasia sudah cukup terpenuhi.Bahkan, kata terpenuhi terlalu rendah untuk menyimpulkan semua kejutan yang ditemukannya pada hari ini bersama dengan Bara.“Pria tua ini sudah memberikan informasi mengejutkan yang terlalu banyak hingga ke titik sulit untuk dip
Semua itu dilakukannya murni karena alasan pribadi pria tua tersebut yang tak ingin menunjukkan sisi kepribadiannya yang sangat emosional seperti itu.Meski begitu, Alya tentu saja masih bisa melihat sekilas senyum tipis yang kemudian lenyap disembunyikan jejaknya itu.“Hmm? Apa-apaan tadi itu? Mengapa pria tua ini tiba-tiba tersenyum aneh ketika menatapku? Apakah memang ada sesuatu yang lucu dari wajahku?” batin Alya merasa heran.Alya tanpa sadar menundukkan kepalanya dan perlahan mengusap wajahnya seolah sedang mencoba mengecek kondisi wajahnya yang begitu rupawan itu.Namun, Alya masih saja tidak menemukan sesuatu yang aneh di wajahnya setelah mengusapnya perlahan-lahan. Alhasil, wanita itu menyerah untuk mencari sesuatu yang aneh di wajahnya yang sebenarnya memang tidak ada sama sekali.“Mungkin memang hanya perasaanku saja sebelumnya. Tidak ada yang aneh dengan wajahku. Namun, mengapa pria tua itu tersenyum sebelumnya? Aneh sekali!” batin Alya sedikit menatap pria tua dengan ra
Dunia memang tidak pernah adil bagi mereka yang bodoh dan lemah. Meski Alya merasa dirinya tidak bodoh, situasi antara yang dialaminya sekarang jelas sekali menandakan kelemahannya.Jujur saja, Alta sebenarnya tidak pernah berpikir untuk menjadi orang yang kuat ataupun berpengaruh. Hal-hal semacam itu tidak membuatnya tertarik sedikit pun.Sejak waktu dia di Panti Asuhan Daniar, Alya hanya ingat kalau dirinya selalu berjuang menjadi yang paling cerdas dan jenius di setiap kesempatan.Terutama ketika membahas hal-hal yang berbau bisnis, ekonomi, manajemen, dan semacamnya itu selalu menjadi kesenangan tersendiri bagi wanita rupawan seperti Alya.Dunianya seakan-akan hanya berisikan istilah-istilah atau rumus-rumus dunia bisnis yang sewajarnya pada waktu itu dia masih miskin dan tak punya uang sedikit pun.Hidupnya hanya cukup untuk bertahan hingga dewasa sebagaimana mestinya anak-anak lainnya yang memang tinggal dan tumbuh besar di dalam Panti Asuhan Daniar.Meski demikian dengan segala
Bara terdiam dan merenung dalam pikirannya. Dia melihat sosok wanita gemuk yang sudah lama bekerja untuknya itu tengah memohon ampun kepadanya seolah-olah Bara sendiri yang telah menyiksanya.Ada perasaan gelisah dan tak tega melihat sikap wanita gemuk tersebut. Meski begitu, Bara juga mengerti kalau kesalahannya mungkin saja memang besar dan tidak bisa dimaafkan begitu saja.Apalagi ketika dirinya sudah benar-benar terlalu menderita akibat kesalahan kecil yang pada akhirnya sangat berakibat fatal kepada dirinya tepat beberapa waktu yang lalu. Wanita gemuk benar-benar dalangnya.Setidaknya itulah yang terlintas di pikirannya Bara untuk sesaat yang lalu. Namun, Bara segera sadar kalau asal mula dari semua ini bukanlah wanita gemuk di hadapannya, melainkan wanita cantik yang saat ini tengah berdiri di belakang wanita gemuk.“Bibi memang salah karena telah memberikan kunci kamar yang tidak seharusnya. Namun, kalau bukan karena ulah wanita keji langsung memfitnahku itu, aku pasti baik-bai
Keduanya saling menatap dari jarak yang cukup dekat. Tatapan mata yang ditunjukkan oleh Bara benar-benar berisikan amarahnya yang sudah tidak tertahankan lagi.Adapun wanita cantik itu malah menatap Bara seolah-olah dia sedang mencoba untuk tegas walaupun sebenarnya sangat ragu-ragu seperti seekor kucing yang berusaha tampil gahar di hadapan seekor anjing.Jelas sekali kalau dalam pikirannya terdapat sesuatu yang begitu mengganjal di hatinya sehingga mempengaruhi mental dan cara pandangnya kepada Bara yang wajahnya sudah hancur babak belur itu.Masalah seperti ini memang tidak terlalu menghebohkan sebab hanya wanita cantik itu saja yang tahu isi hatinya. Di sisi lainnya, Bara semakin kesal karena lagi-lagi perkataannya dibantah dengan tegas begitu saja.“Urgh…! Siapa yang suruh anak kamu berkata-kata kasar kepada saya terlebih dahulu, hah?! Jika bukan karena kamu biang keroknya yang hanya asal tuduh saja, saya kemungkinan besar sudah olahraga pagi dari tadi!” tegas Bara menatap wanita
Beberapa waktu yang lalu. Seorang petugas apartemen yang sedang membersihkan rak kunci tiba-tiba terkejut dan langsung tersadar kalau dirinya ternyata telah melakukan kesalahan yang cukup fatal.“Gawat! Saya salah memberikan kunci kamar yang sebenarnya! Bagaimana bisa aku malah memberikan kunci cadangan kamar milik bos?!” ungkap seorang wanita berusia sekitar tiga puluh tahunan dengan perasaan khawatir.Tubuhnya yang lumayan gemuk membuat wanita dengan kerudung hitam tersebut tampak menonjol ketika berdiri di ruang resepsionisnya apartemen miliknya Bara. Wanita tersebut otomatis langsung mengambil kunci yang seharusnya diberikan kepada wanita cantik sebelumnya.“Saya seharusnya memberikan kunci yang ini! Saya harus bergegas pergi menuju kamar bos sekarang juga. Semoga tidak ada kesalahpahaman yang terlalu berlebihan nantinya!” gumam petugas apartemen tersebut.Wanita gemuk tersebut langsung keluar dari markasnya dan bergegas menuju kamar Bara. Tentu saja bergegasnya wanita tersebut be
Tatapan mata semua orang di sekitarnya Bara juga secara bertahap terbuka lebar-lebar. Mereka ragu-ragu dalam hatinya dan tetap bimbang mengamati Bara dari jarak yang cukup dekat.“Hmm…. Apakah benar perkataannya barusan tadi tentang dirinya yang merupakan pemilik apartemen ini? Kalau benar demikian, bukankah kita baru saja menghajarnya tanpa ampun sebelumnya itu akan berakhir dengan buruk?”“Buruk? Bagaimana bisa hanya dengan berakhir dengan buruk saja?! Jika pria jelek ini benar-benar pemilik apartemen ini, kita semua pasti diusir dari apartemen kita ini tanpa ampun!”“J–jelas sekali hal seperti itu jauh lebih baik…! Bagaimana jadinya kalau pria jelek ini pada akhirnya nanti juga akan melaporkan kasus ini kepada pihak kepolisian dan memaksa kita semua membayar denda dengan nominal yang mengerikan? Saya tidak sanggup membayangkannya!”“Hmph! Buat apa dibayangkan juga, kan? Lagi pula, pria jelek di depan kita semua ini hanya preman bejat yang terbukti memasuki kamar seorang wanita. Kit
Seketika, Hafa terdiam melongo melihat wanita cantik dengan tatapan mata yang memang terlihat sangat terkejut dan perlahan-lahan mulai berubah menjadi suram dengan ekspresi wajah imutnya yang seakan tak begitu yakin.Dalam hatinya, pria kecil yang mungil dan imut itu mulai ragu-ragu dalam pikirannya sendiri. Dia yang masih ingin bergegas melihat Bara akhirnya segera mengurungkan niatnya. Meski begitu, pria kecil itu tetap saja mengeluh dengan cara protes kepada ibunya secara langsung.“Ma–mama! Jangan begitu solusinya! Hafa hanya ingin melihat Monster yang sedang ditaklukan oleh banyak orang. Mengapa sampai harus dilarang, sih?! Hafa tetap mau melihat Monsternya! Jangan halangi Hafa, Mama!” tegas pria kecil dengan kata-kata memohon yang teramat tegas masuk ke dalam telinga.Wanita cantik yang mendengar perkataan anak kecilnya tersebut semakin tak senang mendengarnya. Dia terus saja menatap pria kecil dengan tatapan serius persis seperti seekor harimau betina.“Anak ini…! Selalu saja g
Dengan begitulah, Bara dipukuli habis-habisan hingga sulit bagi siapa pun untuk menghentikannya lagi. Bara hanya bisa menerima kenyataan kejam dalam kehidupannya saat ini.Semua orang tampak menikmati diri mereka sendiri-sendiri ketika melakukan aksi tidak bermoral bersama-sama dengan menyiksa Bara yang sudah tak mampu berkutik lagi.“Hmph! Rasakan ini wahai pria hidung belang yang menjijikkan! Beraninya kamu mempermainkan seorang wanita cantik dan kami semua di sini, hah?! Ini adalah akibatnya yang sudah sepatutnya kamu terima!”“Ha-ha-ha! Benar sekali! Ini adalah akibatnya ketika seseorang tidak bisa menjaga sikapnya terutama indera penglihatannya serta kemampuan lisannya dalam berbicara yang lebih baik.”“Saya dari tadi sudah tak nyaman setiap kali mendengarnya berbicara kasar kepada Nyonya cantik itu. Sekarang, sudah waktunya untuk melampiaskan kekesalanku atas sikap menyimpangnya.”“Terimalah saja takdirmu wahai pria aneh yang bejat. Pria terkutuk sepertimu memang tak layak untuk
Pikirannya Bara sudah tak jelas arahnya dan mulai termenung dalam pikirannya sendiri dengan ekspresi wajah yang semakin aneh ketika melihat sosok wanita cantik di depannya.Bara benar-benar seperti tupai melompat yang sudah kehilangan arahnya dengan cepat membuat pikirannya menjadi kabur dari pandangan matanya dan semakin redup ketika dia mulai merasakan rasa nyeri.“Hmm? M–mengapa Anuku mulai terasa sakit sekali? E–eh? Beneran sakit sekali!” batin Bara sudah kehilangan kesabarannya yang mana mulai merasakan rasa sakit yang begitu mendalam.Bara mulai membuka kedua matanya lebar-lebar hingga melotot dan hampir seperti ikan yang benar-benar sedang sekarat sebab rasa sakit di Anunya sudah benar memuncak hingga tak lagi mampu dikendalikannya.Dengan berat hati, dia melihat senyuman indah wanita cantik di depannya semakin lebar seolah-olah sedang menikmati penderitaan yang saat ini kian dirasakan oleh Bara secara membabi buta.Bara benar-benar tak habis-habisnya berpikir kalau semua ini p
Semua orang termasuk wanita cantik menatap Bara dengan tatapan yang aneh sekali. Tidak ada lagi rasa simpati yang sebelumnya sempat ada di hati beberapa orang.“Hmph! Dasar laki-laki hidung belang rupanya! Pantas saja wanita cantik itu merasa tidak nyaman dengan pria aneh itu!”“Tuh, kan?! Sudah aku duga kalau instingnya wanita cantik itu memang tidak pernah salah ketika mendeteksi keberadaan pria hidung belang seperti itu!”“Benar juga! Wanita cantik memang peka sekali ketika dihadapkan dengan situasi seperti ini. Pria hidung belang itu benar-benar tidak punya rasa malu sedikit pun. Seharusnya dia langsung pergi karena malu. Jika itu aku, sudah pasti lari saat ini juga!”“Betul sekali!”“Haruskah kita ikut membantu wanita cantik itu mengusir pria hidung belang yang wajahnya jelek sekali itu?”“Ada benarnya saran kamu ini! Ayo semuanya, mari bersama mengusirnya!”Berbagai macam obrolan yang menyindir Bara dan memuji aksinya wanita cantik kian menguat yang membuat Bara merasa semakin t
Bara menunggu dengan sabar dan merasa percaya diri bahwa dirinya tidak mungkin salah karena memang itu adalah kamarnya sendiri yang sudah ditinggalinya sejak apartemen ini pertama kali didirikan olehnya.“Hmph! Dasar wanita ceroboh! Lihatlah baik-baik, ini adalah kamarku! Kamu pasti tidak bisa membuka pintunya, kan? Ha-ha-ha! Cepat minta maaf sekarang!” tegas Bara tanpa ragu-ragu seolah-olah sudah bisa menebak hasil akhirnya.Semua orang yang mendengarnya merasa kalau wanita cantik tersebut pasti sedang salah kamar apalagi ketika Bara dengan percaya diri mengatakan tentang kepemilikan kamar tersebut sebagai miliknya.“Tampaknya, wanita itu memang salah kamar. Seharusnya dia segera minta maaf setelah ini!”“Benar juga! Harusnya ketika baru pertama kali datang itu harusnya perlahan-lahan mengamati sekeliling sejenak sebelum langsung asal-asalan menuduh orang lain!”“Wanita cantik memang terkadang sulit sekali kalau dinasehati apalagi diatur-atur oleh orang lain. Sungguh malang sekali pa