Apakah Alya akan bertemu Bara sekali lagi?
Menyadari kesalahannya sendiri adalah hal yang paling sulit dilakukan oleh manusia tidak peduli siapa pun itu. Banyak di antara manusia yang masih merasa benar meskipun sudah terbukti salah.Ini adalah fakta dan sekaligus sebuah realita kehidupan yang tak akan pernah memudar tak peduli zaman apa yang akan berlalu.Kondisi serupa inilah yang sedang terjadi kepada Alya. Dia masih tidak merasa bersalah meski jelas sekali dia telah menipu dan mengkhianati cinta seorang suami yang begitu tulus.Belum lagi berbagai cacian penuh kebencian dan hinaan yang merendahkan kehormatan seseorang sudah tak terhitung jumlahnya ia lontarkan kepada Bara tanpa rasa bersalah sedikit pun.Sikap arogansi yang tidak berujung inilah yang membuat Alya tak mengerti alasan perubahan sikap Bara yang saat ini begitu membencinya hingga sulit untuk dihilangkan lagi.Bara juga tak akan pernah membutuhkan rasa simpati atau rasa bersalah sedikit pun dari Alya. Dia sudah memutuskan untuk membalas dendam tidak peduli seber
Glek!Bara tanpa sadar menelan air ludahnya sendiri beberapa kali karena terlalu gugup menghadapi situasi yang tidak terprediksi ini. Dia duduk dengan canggung di kursi yang terlihat lumayan mewah dengan tubuh yang perlahan menggigil seperti orang kedinginan.Sorot matanya tidak fokus melihat sekelilingnya seakan-akan berusaha meminta lingkungan sekitarnya itu membantu dirinya untuk tetap tenang.“A–aku seharusnya tidak ke tempat ini! Andaikan saja aku tidak terlalu terburu-buru, situasi aneh ini tidak akan menimpaku!”Bara mengutuk keras dirinya sendiri dalam hatinya karena masuk ke dalam jurang tanpa dasar yang disiapkan oleh orang lain yang mana dalam hal ini berasal dari pria tua itu selaku kepala rumah sakit elit.“Aku tidak bisa terus gugup seperti ini! Semua sudah terlanjur begini, aku hanya perlu tetap tenang dan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi terkait keluarga Harko!” batin Bara sudah memutuskan sesuatu.Dia yang merasa tidak ada jalan kembali hanya bisa berusaha untu
“Berhenti dan silahkan duduk kembali apabila kamu masih ingin tahu rahasia keluarga Harko!” ucap pria tua itu dengan tenang bahkan tak menatap ke arah Bara sama sekali.Bara akhirnya terhenti sejenak sebelum berbalik dan menatap dengan serius ke arah pria tua yang saat ini masih saja mengabaikan sosok Bara dengan cara membaca buku medis miliknya.“Pria tua aneh ini benar-benar ingin memberitahu rahasia keluarga Harko atau tidak sebenarnya, hah?!” batin Bara masih tak begitu yakin.Dia memperhatikan dengan seksama sosok pria tua yang tidak ada perubahan fokus bahkan setelah mengatakan perkataan sebelumnya yang menghentikan Bara untuk pergi.Pria tua aneh itu masih saja fokus dengan kesibukan membaca bukunya. Bara masih tak habis pikir dengan sikap pria tua yang tenang dan sekaligus abai terhadap dirinya itu.“Hmph! Anda kalau berjanji harus mampu menepatinya! Jangan coba-coba mempermainkan saya lagi!” tegas Bara menatap tajam ke arah pria tua itu.Pria tua itu lagi-lagi tak merespon dan
Tak berselang lama, Alya akhirnya berada tepat di depan pintu masuk ruangan pengawas CCTV. Wajahnya tenang, tapi sekilas mengandung keseriusan.“Bara pasti aku temukan di sini!” batin Alya tak ragu lagi hendak membuka pintu masuk tersebut.Petugas medis yang menemaninya hanya bisa terdiam dan akhirnya mengangguk dengan sopan.“Nyonya Alya, saya undur diri dahulu. Pengawas di dalam yang akan memberikan arahan nantinya,” ujar petugas medis tersebut dengan sopan menunggu balasan Alya.Alya terdiam sejenak sebelum menjawab, “Baiklah, terima kasih atas bantuannya!”Petugas medis tak ragu lagi akhirnya memutuskan pergi setelah memastikan Alya membuka pintu dan siap untuk masuk kapan saja.“Hmm…, mengapa juga Nyonya Alya ada di tempat ini? Apakah ada orang yang dikenalnya sedang dirawat di sini?” batin petugas medis sebelumnya masih merasa heran sebelum memutuskan segera mengabaikan pikirannya sendiri.Sosok Alya mulai masuk ke dalam ruangan dengan tenang menunjukkan rupanya yang begitu mena
Hanya saja, Alya tidak tahu alasan Bara mengikuti pria tua itu. Tidak butuh beberapa waktu, keduanya akhirnya berhenti tepat di depan pintu sebuah ruangan.Alya terdiam dan membuka matanya lebar-lebar menatap ruangan yang dituju keduanya. Pria tua itu langsung masuk ke dalam diikuti Bara yang sempat ragu-ragu sebelumnya.“Hmm? Saya mau tanya, itu ruangan siapa?” tanya Alya dengan suara yang jelas kepada pengawas disampingnya.Pengawas tersebut masih terdiam dan tertegun dalam kesunyian yang begitu dalam. Dia masih tak menyangka kalau dua sosok yang diperhatikan oleh Alya akan memasuki ruangan itu.Alya yang tidak mendapatkan jawaban akhirnya menoleh ke arah pengawas itu. Dia menatap pengawas dengan seksama.“Apakah Anda tahu ruangan apa dan milik siapa itu?” tanya Alya sekali lagi.Gelagat pengawas membuat Alya mempunyai beberapa dugaan acak terkait apa yang baru saja dilihatnya.Meski begitu, Alya tetap bersabar dan memastikan kembali kebenarannya. Pengawas tersebut akhirnya segera te
Perkataan Alya membuat Bara tertegun dan diam-diam merenung dalam keheningan. Dia melirik ke arah pria tua yang saat ini menatap ke arah Alya.“Apakah ini benar-benar pertemuan pertama keduanya? Jika benar demikian, apa yang sebenarnya coba direncanakan oleh pria tua aneh ini?” batin Bara begitu heran dan sedikit gelisah.Dia memutuskan untuk tetap diam mengamati arah pembicaraan antara Alya dan pria tua itu. Bara terus menekan amarahnya dan berusaha tenang semaksimal mungkin.“Tenang dan duduklah terlebih dahulu. Saya akan memberikan informasi rahasia terkait keluarga Harko yang mungkin saja akan menarik perhatian kalian berdua,” jawab pria tua dengan santainya.Kali ini, pria tua itu tidak lagi fokus membaca bukunya seperti sebelumnya. Dia menatap ke arah Alya dan Bara secara bergantian secara acak dan perlahan-lahan.Alya dan Bara yang mendengar perkataan pria tua itu langsung menatapnya dengan serius. Terutama Alya yang tidak tahu menahu terkait informasi rahasia keluarga Harko y
“Anda tidak perlu mengingatkan dan berbicara omong kosong lagi untuk membantah! Semua orang dari keluarga Harko adalah manusia rendahan yang lebih hina daripada binatang!”Perkataan Bara kembali terdengar begitu pedas di telinga. Baik pria tua dan Alya cukup tersinggung mendengar perkataan Bara.“Hah?! Apa maksud perkataanmu, Bara?! Kamu kalau berbicara jangan asal mencaci maki seperti itu!” tegas Alya yang langsung meninggikan nada suaranya sambil menatap ke arah Bara.Bara tampak diam dan masa bodoh mendengar perkataan Alya. Baginya, keberadaan Alya tidak ada artinya sehingga tidak penting baginya untuk repot-repot memperhatikannya.Merasa diabaikan begitu saja, Alya langsung tersulut emosi dan berdiri dari kursinya, lalu menatap tajam ke arah Bara.“Dengar baik-baik! Aku sekarang bagian dari keluarga Harko dan kamu hanyalah pria rendahan yang tidak layak menghina kehormatan status anggota keluarga Harko! Belum lagi, perkataan pria tua itu tidak ada buktinya dan kamu asal saja mengh
Meski sudah berada dalam situasi rumit dan membingungkan, Bara tak mau terburu-buru karena fokus utamanya adalah mengumpulkan informasi sebanyak mungkin.“Ini bukan urusanku entah Alya keturunan dari keluarga Harko atau tidak. Poin penting adalah mengumpulkan informasi dan bukti sebanyak mungkin!” batin Bara memegang kantong sakunya yang berisi ponselnya.Tanpa diketahui oleh siapa pun, Bara sebenarnya sudah merekam seluruh perkataan pria tua lewat ponselnya sehingga tak ada satu pun yang terlewatkan.Tentu saja Bara juga sudah menonaktifkan suara notifikasi sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan olehnya sama sekali.Di sisi lain, pria tua masih tenang menyikapi sikap Alya yang tampak sudah kehilangan kendali karena keterkejutannya.“Anda mengatakan kalau saya kemungkinan besar adalah keturunan pewaris keluarga Harko, begitu?! Bagaimana bisa hal seperti itu baru saya ketahui? Mengapa saya harus hidup di Panti Asuhan Daniar kalau memang saya keturunan keluarga Harko?”Alya terus b
Semua orang langsung terdiam dan tak ada lagi yang bersuara. Mereka sadar kalau Bara tidak hanya akan melampiaskan amarahnya kepada wanita cantik saja, melainkan kepada mereka semua.Perasaan menyesal terlihat jelas dari raut wajah masing-masing orang yang saat ini tengah menundukkan kepalanya sebab tak lagi berdaya menghadapi situasi yang semakin rumit.Hanya berdiam diri saja yang mampu mereka lakukan agar setidaknya Bara akan memaafkan mereka sehingga tidak perlu memperpanjang kasus ini ke jalur hukum berupa pengadilan yang tentu saja sangat merepotkan.Bara yang melihat reaksi bisu tanpa jawaban dari semua orang semakin geram. Dia juga tahu betul kalau awal mula dan akar permasalahannya berasal dari wanita cantik itu.Meski begitu, Bara tidak akan bisa mengabaikan semua orang yang juga turut terlibat dalam upaya keji mereka untuk menghakimi Bara tanpa ada bukti yang jelas dan valid sama sekali.“Kalian semua juga pelaku yang kejam di sini! Jangan coba-coba menipu saya dengan dalih
Bara terdiam dan merenung dalam pikirannya. Dia melihat sosok wanita gemuk yang sudah lama bekerja untuknya itu tengah memohon ampun kepadanya seolah-olah Bara sendiri yang telah menyiksanya.Ada perasaan gelisah dan tak tega melihat sikap wanita gemuk tersebut. Meski begitu, Bara juga mengerti kalau kesalahannya mungkin saja memang besar dan tidak bisa dimaafkan begitu saja.Apalagi ketika dirinya sudah benar-benar terlalu menderita akibat kesalahan kecil yang pada akhirnya sangat berakibat fatal kepada dirinya tepat beberapa waktu yang lalu. Wanita gemuk benar-benar dalangnya.Setidaknya itulah yang terlintas di pikirannya Bara untuk sesaat yang lalu. Namun, Bara segera sadar kalau asal mula dari semua ini bukanlah wanita gemuk di hadapannya, melainkan wanita cantik yang saat ini tengah berdiri di belakang wanita gemuk.“Bibi memang salah karena telah memberikan kunci kamar yang tidak seharusnya. Namun, kalau bukan karena ulah wanita keji langsung memfitnahku itu, aku pasti baik-bai
Keduanya saling menatap dari jarak yang cukup dekat. Tatapan mata yang ditunjukkan oleh Bara benar-benar berisikan amarahnya yang sudah tidak tertahankan lagi.Adapun wanita cantik itu malah menatap Bara seolah-olah dia sedang mencoba untuk tegas walaupun sebenarnya sangat ragu-ragu seperti seekor kucing yang berusaha tampil gahar di hadapan seekor anjing.Jelas sekali kalau dalam pikirannya terdapat sesuatu yang begitu mengganjal di hatinya sehingga mempengaruhi mental dan cara pandangnya kepada Bara yang wajahnya sudah hancur babak belur itu.Masalah seperti ini memang tidak terlalu menghebohkan sebab hanya wanita cantik itu saja yang tahu isi hatinya. Di sisi lainnya, Bara semakin kesal karena lagi-lagi perkataannya dibantah dengan tegas begitu saja.“Urgh…! Siapa yang suruh anak kamu berkata-kata kasar kepada saya terlebih dahulu, hah?! Jika bukan karena kamu biang keroknya yang hanya asal tuduh saja, saya kemungkinan besar sudah olahraga pagi dari tadi!” tegas Bara menatap wanita
Beberapa waktu yang lalu. Seorang petugas apartemen yang sedang membersihkan rak kunci tiba-tiba terkejut dan langsung tersadar kalau dirinya ternyata telah melakukan kesalahan yang cukup fatal.“Gawat! Saya salah memberikan kunci kamar yang sebenarnya! Bagaimana bisa aku malah memberikan kunci cadangan kamar milik bos?!” ungkap seorang wanita berusia sekitar tiga puluh tahunan dengan perasaan khawatir.Tubuhnya yang lumayan gemuk membuat wanita dengan kerudung hitam tersebut tampak menonjol ketika berdiri di ruang resepsionisnya apartemen miliknya Bara. Wanita tersebut otomatis langsung mengambil kunci yang seharusnya diberikan kepada wanita cantik sebelumnya.“Saya seharusnya memberikan kunci yang ini! Saya harus bergegas pergi menuju kamar bos sekarang juga. Semoga tidak ada kesalahpahaman yang terlalu berlebihan nantinya!” gumam petugas apartemen tersebut.Wanita gemuk tersebut langsung keluar dari markasnya dan bergegas menuju kamar Bara. Tentu saja bergegasnya wanita tersebut be
Tatapan mata semua orang di sekitarnya Bara juga secara bertahap terbuka lebar-lebar. Mereka ragu-ragu dalam hatinya dan tetap bimbang mengamati Bara dari jarak yang cukup dekat.“Hmm…. Apakah benar perkataannya barusan tadi tentang dirinya yang merupakan pemilik apartemen ini? Kalau benar demikian, bukankah kita baru saja menghajarnya tanpa ampun sebelumnya itu akan berakhir dengan buruk?”“Buruk? Bagaimana bisa hanya dengan berakhir dengan buruk saja?! Jika pria jelek ini benar-benar pemilik apartemen ini, kita semua pasti diusir dari apartemen kita ini tanpa ampun!”“J–jelas sekali hal seperti itu jauh lebih baik…! Bagaimana jadinya kalau pria jelek ini pada akhirnya nanti juga akan melaporkan kasus ini kepada pihak kepolisian dan memaksa kita semua membayar denda dengan nominal yang mengerikan? Saya tidak sanggup membayangkannya!”“Hmph! Buat apa dibayangkan juga, kan? Lagi pula, pria jelek di depan kita semua ini hanya preman bejat yang terbukti memasuki kamar seorang wanita. Kit
Seketika, Hafa terdiam melongo melihat wanita cantik dengan tatapan mata yang memang terlihat sangat terkejut dan perlahan-lahan mulai berubah menjadi suram dengan ekspresi wajah imutnya yang seakan tak begitu yakin.Dalam hatinya, pria kecil yang mungil dan imut itu mulai ragu-ragu dalam pikirannya sendiri. Dia yang masih ingin bergegas melihat Bara akhirnya segera mengurungkan niatnya. Meski begitu, pria kecil itu tetap saja mengeluh dengan cara protes kepada ibunya secara langsung.“Ma–mama! Jangan begitu solusinya! Hafa hanya ingin melihat Monster yang sedang ditaklukan oleh banyak orang. Mengapa sampai harus dilarang, sih?! Hafa tetap mau melihat Monsternya! Jangan halangi Hafa, Mama!” tegas pria kecil dengan kata-kata memohon yang teramat tegas masuk ke dalam telinga.Wanita cantik yang mendengar perkataan anak kecilnya tersebut semakin tak senang mendengarnya. Dia terus saja menatap pria kecil dengan tatapan serius persis seperti seekor harimau betina.“Anak ini…! Selalu saja g
Dengan begitulah, Bara dipukuli habis-habisan hingga sulit bagi siapa pun untuk menghentikannya lagi. Bara hanya bisa menerima kenyataan kejam dalam kehidupannya saat ini.Semua orang tampak menikmati diri mereka sendiri-sendiri ketika melakukan aksi tidak bermoral bersama-sama dengan menyiksa Bara yang sudah tak mampu berkutik lagi.“Hmph! Rasakan ini wahai pria hidung belang yang menjijikkan! Beraninya kamu mempermainkan seorang wanita cantik dan kami semua di sini, hah?! Ini adalah akibatnya yang sudah sepatutnya kamu terima!”“Ha-ha-ha! Benar sekali! Ini adalah akibatnya ketika seseorang tidak bisa menjaga sikapnya terutama indera penglihatannya serta kemampuan lisannya dalam berbicara yang lebih baik.”“Saya dari tadi sudah tak nyaman setiap kali mendengarnya berbicara kasar kepada Nyonya cantik itu. Sekarang, sudah waktunya untuk melampiaskan kekesalanku atas sikap menyimpangnya.”“Terimalah saja takdirmu wahai pria aneh yang bejat. Pria terkutuk sepertimu memang tak layak untuk
Pikirannya Bara sudah tak jelas arahnya dan mulai termenung dalam pikirannya sendiri dengan ekspresi wajah yang semakin aneh ketika melihat sosok wanita cantik di depannya.Bara benar-benar seperti tupai melompat yang sudah kehilangan arahnya dengan cepat membuat pikirannya menjadi kabur dari pandangan matanya dan semakin redup ketika dia mulai merasakan rasa nyeri.“Hmm? M–mengapa Anuku mulai terasa sakit sekali? E–eh? Beneran sakit sekali!” batin Bara sudah kehilangan kesabarannya yang mana mulai merasakan rasa sakit yang begitu mendalam.Bara mulai membuka kedua matanya lebar-lebar hingga melotot dan hampir seperti ikan yang benar-benar sedang sekarat sebab rasa sakit di Anunya sudah benar memuncak hingga tak lagi mampu dikendalikannya.Dengan berat hati, dia melihat senyuman indah wanita cantik di depannya semakin lebar seolah-olah sedang menikmati penderitaan yang saat ini kian dirasakan oleh Bara secara membabi buta.Bara benar-benar tak habis-habisnya berpikir kalau semua ini p
Semua orang termasuk wanita cantik menatap Bara dengan tatapan yang aneh sekali. Tidak ada lagi rasa simpati yang sebelumnya sempat ada di hati beberapa orang.“Hmph! Dasar laki-laki hidung belang rupanya! Pantas saja wanita cantik itu merasa tidak nyaman dengan pria aneh itu!”“Tuh, kan?! Sudah aku duga kalau instingnya wanita cantik itu memang tidak pernah salah ketika mendeteksi keberadaan pria hidung belang seperti itu!”“Benar juga! Wanita cantik memang peka sekali ketika dihadapkan dengan situasi seperti ini. Pria hidung belang itu benar-benar tidak punya rasa malu sedikit pun. Seharusnya dia langsung pergi karena malu. Jika itu aku, sudah pasti lari saat ini juga!”“Betul sekali!”“Haruskah kita ikut membantu wanita cantik itu mengusir pria hidung belang yang wajahnya jelek sekali itu?”“Ada benarnya saran kamu ini! Ayo semuanya, mari bersama mengusirnya!”Berbagai macam obrolan yang menyindir Bara dan memuji aksinya wanita cantik kian menguat yang membuat Bara merasa semakin t