Mbak Citra memang semangat sekali meminang Mas Bara. Memangnya ada apa sebenarnya?
Perkataan Citra seperti jarum yang begitu cepat menusuk ke dalam hatinya. Topik ini adalah batas garis bawah yang tidak boleh dilewati oleh siapa pun.Bara yang tidak ingin masalah itu diungkit kembali akhirnya meledak dengan kobaran amarah terlihat jelas dari sorot matanya.“Tutup mulutmu! Aku sudah bilang tidak akan pernah berhubungan denganmu! Apa telingamu tuli, hah?!” teriak Bara dengan lantang tanpa ragu.Citra tersentak dan ekspresi wajah semakin rumit untuk dijelaskan. “M–mengapa?”Pertanyaan yang singkat itu sangat terasa begitu berat dan sangat sulit untuk diucapkan olehnya.“Ha-ha-ha! Mengapa? Apa itu pertanyaanmu? Jawaban jelas kalau kamu berasal dari keluarga Harko! Keluarga yang sama dari berandal biadab itu yang sudah menghancurkan rumah tanggaku! Apa jelas sampai sini, hah?!”Jawaban Bara diutarakan dengan lantang membuat tubuh Citra bergetar dengan hebat. Tidak sulit membayangkan betapa terguncangnya dia yang mana terlihat jelas dari raut wajahnya yang semakin pucat.“
Meski hatinya penuh dendam dan amarah, Bara masih sadar akan kenangan indah masa lalu bersama keluarga besar Panti Asuhan Daniar.Pimpinan Panti Asuhan Daniar sudah dianggapnya sebagai ayahnya sendiri. Beberapa tahun ini, Bara seringkali berkunjung setidaknya sekali setiap bulannya.Sebenarnya, beberapa hari yang lalu adalah hari di mana dia kembali berkunjung ke tempat itu. Tak disangka, bencana yang begitu hebat itu terjadi setelah dirinya pergi berkunjung.“T–tidak mungkin!” seru Bara merasa sulit untuk percaya dengan postingan tersebut.“Terdapat beberapa korban jiwa akibat insiden kebakaran hebat ini. Setidaknya, sudah ada 15 orang yang dilaporkan meninggal dengan beberapa puluh orang luka-luka.”Deng!Bara semakin tak tahan membaca setiap isi postingan tersebut. Jarinya bergetar tak menentu, kakinya juga secara bertahap mulai kesemutan.Raut wajah secara bertahap menjadi semakin pucat tak sedap dipandang. Keningnya mengerut seperti orang tua.“T–tidak! Seharusnya tidak ada masala
24 Agustus, Tahun 2030Malam hari di sebuah rumah yang berada tepat di persimpangan jalan.“Alya! Mengapa kamu selingkuh dariku? Mengapa?!” bentak seorang pria dengan raut wajah yang sangat marah.Hari itu sangat gelap dan hening. Namun, suara teriakkan pria itu menjadi sorotan hanya dalam beberapa detik saja.“Selingkuh? Aku hanya mencintai lelaki yang jauh lebih pantas untukku daripada kamu!” bantah Alya dengan tegas tanpa malu sambil terus mengemas barang-barangnya.Bang!“Tidak tahu diuntung! Inikah balasanmu kepadaku yang sudah berkorban untukmu selama ini, hah?!” Pria itu semakin menyentak dengan ganasnya hingga memukul lemari yang ada di dekatnya.“Bara! Tutup mulutmu! Kamu sendiri yang memang melakukan semua itu untukku dengan senang hati. Jangan kau ungkit tindakanmu sendiri yang tidak pernah aku minta sama sekali!”Alya dengan gigih membantah semakin ganas. Dia mempercepat mengemas beberapa barang-barangnya dan langsung memasukkan semuanya ke dalam kopernya.Bara yang meliha
“Oh ya? Tampaknya kita akan mendapatkan keluarga baru lagi!” sahut Bara kecil yang masih berusia 12 tahun.“Hmm…, kira-kira dia cantik atau gak ya? He-he-he!” ungkap pemuda sebelumnya dengan jahil.“Hadeh! Kamu ini selalu aja ngomong aneh seperti itu,” ungkap Bara berjalan dengan santai di taman bermain itu.“Anak-anak! Ayo pulang, sudah waktunya mandi sore!” tegas seorang pengurus panti asuhan itu.Semua anak-anak termasuk Bara dengan cepat pergi dari taman bermain itu meski tampak tak rela.Mereka sudah biasa bermain di tempat itu sesuai dengan jam yang sudah ditentukan. Jelas semua anak-anak itu tidak bisa menolak sistem yang berlaku di panti asuhan itu.Bara dan teman-temannya lekas pulang dan pergi mandi sore. Beberapa canda dan tawa masih saja terjadi di kala mereka mandi bersama.Tak butuh waktu lama, mereka semua sudah segar semua dengan aroma wangi terpancar dari atas rambut hingga ujung kaki.“Hmm? Itu siapa?” tanya seseorang yang tampak melihat sosok yang baru dikenalnya.“
Sikap Alya yang begitu dewasa dan pengertian itu membuat Bara semakin begitu mencintai istrinya itu karena sangat menghargai dirinya.***27 Juni, Tahun 2030Dua bulan yang lalu!Tepat di sebuah gedung bangunan di dalam wilayah Universitas Danoa. Terdapat banyak orang berkumpul dengan pakaian wisuda.Hari itu adalah acara wisuda para sarjana jenjang S2. Bara sudah berpakaian rapi dengan ponsel yang siap digunakan untuk mengabadikan momen indah itu.“Istriku memang luar biasa. Sudah cantik, pintar lagi!” batin Bara dengan begitu emosional menghadapi situasi yang mendebarkan itu.Sang istri tercinta pun akhirnya dipanggil namanya hingga naik ke atas podium. Bara sontak maju dan berada di garda paling depan siap untuk memotret wajah bahagia sang istri.“Alya! Lihat kamera!” tegas Bara sedikit lantang.Alya dengan senyuman manisnya menghadap ke arah kamera itu. Bara langsung memotret wajah cantik itu entah berapa kali dia lakukan.Setelah sesi itu selesai, acara wisuda berlanjut sebagai m
Kriek!Pintu kamar perlahan dibuka dengan lembut dan hati-hati. Keringat dingin mulai muncul keluar dari pori-pori di dahinya. Bara melihat lampu kamar yang sudah gelap itu.Sang istri sudah tertidur hingga suara ngorok mengguncang langit dan bumi. Bara tetap waspada meski tidak ada tanda-tanda kesadaran dari Alya yang tergeletak di atas kasur itu.“Di mana tasnya?” batin Bara melirik ke seluruh seluk beluk kamar itu.Aha!Bara langsung melihat tas yang sangat tidak asing itu. Dia mendekat dengan perlahan seperti tupai yang sedang ingin mencuri kacang milik tetangganya.Dia kembali tenang melihat sang istri tidak kunjung sadar. Bara membuka resleting tas itu dengan begitu hati-hati tak ingin ada kesalahan sedikit pun.Glek!Seteguk air ludah dia telan perlahan. Tas yang begitu biasa itu menjadi sumber ketegangan bagi Bara.“Huh…, sudah waktunya!” Bara tampak lega dan langsung mengambil CCTV mini yang canggih dari dalam kantong sakunya.Dia mengambil dan meletakkan CCTV itu ke dalam ta
“Alya! Kapan kita bertemu lagi?” tanya seorang pria dengan lembut.Bara yang sudah bosan dan mengantuk seakan terkena petir dan langsung tersadar seratus persen mendengarkan percakapan itu.“Nanti sore, bagaimana?” tanya balik gadis itu.“Baiklah! Nanti saya tunggu di ruang perpustakaan!” tegas pria itu pergi menjauh.Percakapan yang begitu singkat mengandung segerobak pesan dan arti yang begitu mendalam bagi Bara.“Me-mereka ingin berselingkuh di perpustakaan? Apakah ini berarti selingkuhan Alya adalah sesama rekan kerjanya?” gumam Bara semakin tak tenang.“A-apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanya pria itu bingung menyikapi situasi yang tidak menentu itu.“Se-sebentar! Aku belum tahu sama sekali kalau mereka berselingkuh. Ini hanya sebatas dugaanku sejauh ini!” tegas Bara yang sudah berdiri bolak-balik seperti orang yang memikirkan hutang yang begitu banyak.“Tidak perlu terburu-buru. Aku harus mengumpulkan lebih banyak bukti untuk menguatkan tuduhanku.” Bara langsung menarik na
“Bertahanlah! Tinggal sedikit lagi!” tegas Bara mengelus-elus laptop kesayangannya itu.“Baiklah! Rapat pada hari ini selesai sampai sini saja. Saya berharap hasil rapat kali ini segera dilaksanakan secepatnya. Terima kasih!” tegas seorang pria tua.“Baik, Pak!” sahut semua orang termasuk Alya.Pria tua itu kembali terdengar berbicara dengan begitu jelas. Semua orang langsung membalas dengan begitu cepat dan sopan. Tampaknya pria tua itu adalah atasan semua orang.“Hmm? Tampaknya sudah berakhir!” gumam Bara yang tampak tak tenang.Dia menunggu momen ini hingga hampir dua belas jam lebih lamanya. Meski begitu, perasaan yang tidak bisa dijelaskan kian mencuat dari lubuk hati terdalam.Alya yang sudah menyelesaikan rapatnya sempat mengobrol dengan rekan-rekannya. Canda dan tawa terdengar semakin jelas.“Hmm, Alya! Boleh gak aku tanya sesuatu yang agak sensitif?” tanya rekan Alya seorang wanita.“Hmm? Tanya apa?” Alya tampak terkejut dan penasaran.“Ini soal suamimu itu, dengar-dengar dia
Meski hatinya penuh dendam dan amarah, Bara masih sadar akan kenangan indah masa lalu bersama keluarga besar Panti Asuhan Daniar.Pimpinan Panti Asuhan Daniar sudah dianggapnya sebagai ayahnya sendiri. Beberapa tahun ini, Bara seringkali berkunjung setidaknya sekali setiap bulannya.Sebenarnya, beberapa hari yang lalu adalah hari di mana dia kembali berkunjung ke tempat itu. Tak disangka, bencana yang begitu hebat itu terjadi setelah dirinya pergi berkunjung.“T–tidak mungkin!” seru Bara merasa sulit untuk percaya dengan postingan tersebut.“Terdapat beberapa korban jiwa akibat insiden kebakaran hebat ini. Setidaknya, sudah ada 15 orang yang dilaporkan meninggal dengan beberapa puluh orang luka-luka.”Deng!Bara semakin tak tahan membaca setiap isi postingan tersebut. Jarinya bergetar tak menentu, kakinya juga secara bertahap mulai kesemutan.Raut wajah secara bertahap menjadi semakin pucat tak sedap dipandang. Keningnya mengerut seperti orang tua.“T–tidak! Seharusnya tidak ada masala
Perkataan Citra seperti jarum yang begitu cepat menusuk ke dalam hatinya. Topik ini adalah batas garis bawah yang tidak boleh dilewati oleh siapa pun.Bara yang tidak ingin masalah itu diungkit kembali akhirnya meledak dengan kobaran amarah terlihat jelas dari sorot matanya.“Tutup mulutmu! Aku sudah bilang tidak akan pernah berhubungan denganmu! Apa telingamu tuli, hah?!” teriak Bara dengan lantang tanpa ragu.Citra tersentak dan ekspresi wajah semakin rumit untuk dijelaskan. “M–mengapa?”Pertanyaan yang singkat itu sangat terasa begitu berat dan sangat sulit untuk diucapkan olehnya.“Ha-ha-ha! Mengapa? Apa itu pertanyaanmu? Jawaban jelas kalau kamu berasal dari keluarga Harko! Keluarga yang sama dari berandal biadab itu yang sudah menghancurkan rumah tanggaku! Apa jelas sampai sini, hah?!”Jawaban Bara diutarakan dengan lantang membuat tubuh Citra bergetar dengan hebat. Tidak sulit membayangkan betapa terguncangnya dia yang mana terlihat jelas dari raut wajahnya yang semakin pucat.“
Berlebihan? Tentu saja tidak! Bara sudah berulang kali merasa kedatangan mobil itu benar-benar menjadi sumber membawa malapetaka dalam kehidupannya.Sebagai contoh terjadi kemarin malam. Mobil mewah yang sama juga datang dan keesokan harinya laptopnya bermasalah hingga harus bertemu dengan mantan istrinya.Sampai sini sudah jelas dampaknya. Entah sekadar kebetulan atau memang sudah takdirnya. Satu hal yang pasti, semua masalah akan bergiliran menyapanya ketika mobil mewah itu ada didekatnya.Bara juga tahu betul kalau sosok Citra adalah orang yang berada di dalam mobil mewah terkutuk itu di mana dia dengan tenang menunggu kedatangan Bara.Meski kesal sekali melihat kedatangan Citra, sebenarnya dalam hatinya ada secuil kebahagiaan karena ada orang yang mau mendatanginya.Bagi Bara yang memang sudah kesepian sejak diceraikan oleh istrinya itu, kehadiran Citra seakan seperti cahaya lilin yang menyala dan menyinari hatinya yang gelap gulita.Namun, hatinya yang memang sudah tertutup rapat
“Hmm? Kayaknya alur ceritaku kurang konfliknya. Harus diperbaiki segera!” Bara mengoreksi hasil tulisannya sendiri.Sudah menjadi kebiasaannya untuk tetap menjaga intensitas setiap babnya dalam novel hasil karyanya.Meski tidak yakin dengan kualitas tulisannya, Bara merasa tetap harus fokus menyajikan cerita yang dramatis dengan intensitas tinggi.Dampaknya tentu saja membuat beberapa novelnya sering kali terasa sangat ekstrim karena fokusnya akan penekanan konflik yang terlalu berlebihan rasanya.Bara tetap puas dengan tulisannya sendiri. Beberapa pembaca setianya juga memuji penyajian babnya yang begitu lugas.Tik, tik, tik!Suara memburu hasil ketikannya secara bertahap semakin intens. Beberapa orang di sekitarnya tidak terlalu peduli dengan itu.Mereka merasa kalau Bara pasti sedang bermain game yang memang sudah menjadi ciri khas tempat warnet pada umumnya.Jika saja mereka tahu kalau Bara tidak bermain game, bola mata mereka semua pasti menggelinding seperti telur yang baru kelua
Alya memelankan mobilnya seakan tak ingin sampai tujuan lebih cepat. Namun, jarak yang memang sudah cukup dekat tidak membutuhkan waktu terlalu lama baginya untuk tiba di sana.Tin, tin!Alya membunyikan klakson dan perlahan gerbang rumah mewah itu terbuka lebar. Ada penjaga yang memang selalu siap di sana.“Selamat siang, Nyonya! Silahkan masuk!” Penjaga itu menyapa kedatangan Alya.Alya tak begitu menghiraukannya, dia langsung menancap gas untuk masuk ke dalam rumah mewah.Ada halaman yang cukup luas untuk parkir tiga hingga lima mobil. Alya yang sudah terbiasa dengan cepat memarkirkan mobilnya.“Haah! Semoga tidak ada masalah lagi!” gumam Alya menguatkan dirinya keluar dari mobilnya dengan wajah senyum.Dia melirik ke arah penjaga sebelum tersenyum tipis dan langsung pergi masuk ke dalam rumah.“Nyonya Alya memang terbaik!” batin penjaga melihat Alya menyapanya dengan senyuman manis.Alya masuk ke dalam rumah beberapa langkah sebelum melihat sosok Diano menatapnya dengan mengerutkan
“Saya akan bayar satunya nanti ketika Anda menyerahkan laptop tersebut kepada pria yang servis laptop ini sebelumnya. Katakan saja kalau dia dapat hadiah laptop baru sebagai promosi tempat servis ini. Nanti ambil fotonya saja sebagai bukti pemberian laptop barunya ke nomor saya ini dan pasti akan segera saya bayar.”Alya sedikit melirik laptop lamanya milik Bara sebelum menatap wajah pekerja di hadapannya.Pekerja yang paham dengan maksud Alya akhirnya menganggukkan kepala. Dia tahu kalau Nyonya Alya tidak mungkin menipu tempat servis mereka.Lagi pula, dia juga sudah bayar salah satu laptopnya. Menenangkan hatinya yang gembira karena mendapatkan penjualan dua laptop, pekerja itu segera memproses transaksi dan menyerahkan kwitansi.“Terima kasih, Nyonya! Semoga dapat belanja di tempat kami lagi!” seru pekerja dengan takjub.“Baik!” Alya mengangguk dan perlahan pergi begitu saja di tengah tatapan beberapa orang yang masih memperhatikan sosoknya dari tadi.“Orang kaya memang beda, ya? Se
Bara tidak peduli dengan perkataan Alya itu dan terus mempercepat langkah kakinya meninggalkan tempat servis dengan hatinya yang membara penuh amarah.“Hih! Kenapa sih harus ketemu dia lagi?” gumam Bara begitu kesalnya.Dia menghampiri tempat motor parkir dan lekas ingin pergi dari tempat servis saat itu juga. Tiba-tiba, Alya keluar juga dari tempat servis dan menatap ke arah Bara.Bara yang sudah menaiki motornya sempat melirik Alya sebelum segera mengalihkan pandanganya.“Bara!” teriak Alya melihat kepergian Bara tanpa ada niatan untuk berbicara dengannya lagi.Tak ada jawaban yang perlu diutarakan lagi. Bara bergegas pergi dengan motornya tanpa menoleh lagi.Perjalanan yang begitu tenang kian diwarnai dengan gejolak amarah. Bara tidak habis pikir kalau akan bertemu Alya lagi setelah beberapa bulan berpisah.“Takdir macam apa ini? Jelas kalau semua ini pasti kebetulan saja! Wanita berhati kasar seperti Alya tidak mungkin menguntitku seperti si Citra itu!” gumam Bara berusaha membandi
“Dataku semuanya ada di sini! Aku harus segera memperbaikinya!” tegas Bara langsung berdiri tak ingin membuang waktu lagi.Laptop ditutupnya dan dimasukkan ke dalam tas ransel. Jaket segera Bara kenakan dan bersiap pergi menuju tempat servis laptop.“Servis laptop terdekat kayaknya di sekitar taman bunga. Aku harus naik motor!” gumam Bara sekalian mengambil kunci motor juga.Dengan itu, Bara bergegas pergi menuju lokasi yang ditujunya. Dia mengendarai motornya dengan gesit melewati berbagai rintangan.Banyak sekali kendaraan yang berlalu lalang di sekitarnya. Hal itu membuat Bara sedikit merasa tak nyaman dalam perjalanan.“Ramai sekali hari ini. Apa ada acara perayaan?” gumam Bara yang tak sadar kalau hari itu sudah akhir tahun.“Entahlah! Aku harus cepat menservis laptopku.”Bara menancap gas motornya dengan sungguh-sungguh. Tak ingin berpikir panjang, Bara hanya fokus untuk segera sampai di tujuan.Pemandangan sekitar perlahan berubah seiring Bara yang semakin dekat dengan tujuan. B
Kehadiran Citra selalu mengganggu kenyamanannya menjalani hidup barunya itu. Bara sudah tidak bisa mentolerirnya lagi.Brak!“Kalau wanita itu masih saja mencoba untuk datang lagi, aku pasti melaporkannya ke pihak kepolisian!” tegas Bara sambil memukul meja tak jauh darinya.Hari yang malam dan tenang mulai perlahan meredakan amarahnya. Bara butuh belasan menit untuk kembali tenang dan datar melupakan semua kejadian sebelumnya.“Saatnya menulis!” Bara bergumam dan mulai membuka laptop tercintanya itu.Pria itu melampiaskan amarahnya dengan terus menulis beberapa bait yang begitu emosional.Beberapa tema dan konsep novelnya akhir-akhir ini terkait dengan perselingkuhan dan balas dendam.Hal ini jelas ada kaitannya dengan kondisi hidupnya yang menyedihkan itu. Bara tetap menulis tidak peduli hal lainnya hingga beberapa jam berlalu dengan cepat.“Huuh…, akhirnya selesai juga!” gumam Bara merasa lelah menulis terlalu lama.Dia mencoba untuk membuka beberapa artikel terbaru dan dikejutkan d