Siapa sosok Dekan ini begitu berani mempermainkan Alya?
“Hmm? Bukankah itu Alya? Mengapa dia ada di sini?” tanya seseorang yang baru saja lewat melihat sosok Alya.“Hush! Dia baru saja dipecat. Tidak perlu membicarakannya!” sahut yang lainnya berusaha menghindar.Beberapa orang lainnya juga menunjukkan sikap yang tidak terlalu berbeda dengan dua orang itu.Ada yang heran, penasaran, jijik, atau menghindari Alya. Sekitarnya yang seperti itu membuat Alya merasa tidak nyaman meski sudah berusaha untuk tetap tenang.Alhasil, Alya yang sudah tak tahan lagi langsung bangkit tanpa peduli lagi dengan lingkungan sekitarnya.Dia melirik ke arah penjaga yang memang sedari tadi sudah keluar dari posnya mencoba untuk menyapa semua orang.“Apakah sudah bisa saya masuk sekarang?” tanya Alya tiba-tiba mendekat ke arah penjaga.Penjaga itu hanya terdiam sejenak sebelum berkata, “Mohon maaf, Nyonya Alya. Dekan menghubungi saya kalau dia butuh istirahat saat ini. Tampaknya beliau tidak bisa menerima tamu lagi.”Alya langsung melotot mendengar itu. “Hmph! Suda
Alya tertegun sejenak dan langsung terbakar dengan amarah yang dengan cepat menyebar di seluruh urat nadinya.“Dekan! Anda tidak bisa memecat saya baik sekarang atau kapan pun juga! Apakah Anda tidak tahu kalau saya ini calon istri dari anak keluarga Harko? Jangan macam-macam dengan saya!” tegas Alya semakin tak terima dipermalukan seperti ini.Dekan sejenak berhenti dari menikmati secangkir teh dan diam-diam tersenyum tipis sebelum dengan santai melanjutkan meneguk tehnya.“Alya oh Alya! Apa kamu pikir saya takut dengan ancaman Anda ini? Tidak semua orang tunduk dengan omong kosong Anda!” Dekan tak terlalu peduli seakan ancaman Alya tidak ada artinya di hadapannya. Entah karena keyakinan mutlak atau sekadar keberanian, Dekan tampak tidak takut ketika Alya menyebutkan nama besar keluarga Harko.Alya yang mendengar jawaban Dekan merasa sangat terkejut dan bingung harus bersikap apalagi. Dia menatap Dekan seakan tak percaya kalau masih ada orang yang meremehkan keluarga Harko.“Pria tua
“Tuan, Anda nakal sekali. Sudah waktunya Nyonya Alya pulang. Kita harus berpisah sekarang sebelum terlambat,” sahut sosok wanita cantik yang terbaring dalam pelukan mesra Diano dengan malu-malu.“Alya? Hmph, gadis aneh seperti itu tidak perlu kamu khawatirkan! Kita lanjutkan saja, he-he-he!” Diano melanjutkan aksinya dengan mesra bersama wanita cantik tak dikenal itu.Jika Alya mengetahui ini, entah apa yang akan terjadi dalam benaknya. Sosok yang begitu dicintainya hingga membuat dirinya rela bercerai malah diam-diam merajut kasih dengan wanita lain.Tentu saja, hal itu tidak akan terungkap dalam waktu dekat ini. Alya dan Diano, hubungan keduanya semakin terlihat kerumitannya tinggal menunggu waktu saja.***Bara yang menikmati kost barunya mulai sedikit tenang dengan perubahan besar dalam hidupnya itu.Pria tidak terlalu tampan itu perlahan mulai membiasakan dirinya dengan keadaannya saat ini.Meski sebenarnya dia sudah sangat siap menghadapi kesendirian dalam hidupnya, Bara tetap me
Kehadiran Citra selalu mengganggu kenyamanannya menjalani hidup barunya itu. Bara sudah tidak bisa mentolerirnya lagi.Brak!“Kalau wanita itu masih saja mencoba untuk datang lagi, aku pasti melaporkannya ke pihak kepolisian!” tegas Bara sambil memukul meja tak jauh darinya.Hari yang malam dan tenang mulai perlahan meredakan amarahnya. Bara butuh belasan menit untuk kembali tenang dan datar melupakan semua kejadian sebelumnya.“Saatnya menulis!” Bara bergumam dan mulai membuka laptop tercintanya itu.Pria itu melampiaskan amarahnya dengan terus menulis beberapa bait yang begitu emosional.Beberapa tema dan konsep novelnya akhir-akhir ini terkait dengan perselingkuhan dan balas dendam.Hal ini jelas ada kaitannya dengan kondisi hidupnya yang menyedihkan itu. Bara tetap menulis tidak peduli hal lainnya hingga beberapa jam berlalu dengan cepat.“Huuh…, akhirnya selesai juga!” gumam Bara merasa lelah menulis terlalu lama.Dia mencoba untuk membuka beberapa artikel terbaru dan dikejutkan d
“Dataku semuanya ada di sini! Aku harus segera memperbaikinya!” tegas Bara langsung berdiri tak ingin membuang waktu lagi.Laptop ditutupnya dan dimasukkan ke dalam tas ransel. Jaket segera Bara kenakan dan bersiap pergi menuju tempat servis laptop.“Servis laptop terdekat kayaknya di sekitar taman bunga. Aku harus naik motor!” gumam Bara sekalian mengambil kunci motor juga.Dengan itu, Bara bergegas pergi menuju lokasi yang ditujunya. Dia mengendarai motornya dengan gesit melewati berbagai rintangan.Banyak sekali kendaraan yang berlalu lalang di sekitarnya. Hal itu membuat Bara sedikit merasa tak nyaman dalam perjalanan.“Ramai sekali hari ini. Apa ada acara perayaan?” gumam Bara yang tak sadar kalau hari itu sudah akhir tahun.“Entahlah! Aku harus cepat menservis laptopku.”Bara menancap gas motornya dengan sungguh-sungguh. Tak ingin berpikir panjang, Bara hanya fokus untuk segera sampai di tujuan.Pemandangan sekitar perlahan berubah seiring Bara yang semakin dekat dengan tujuan. B
Bara tidak peduli dengan perkataan Alya itu dan terus mempercepat langkah kakinya meninggalkan tempat servis dengan hatinya yang membara penuh amarah.“Hih! Kenapa sih harus ketemu dia lagi?” gumam Bara begitu kesalnya.Dia menghampiri tempat motor parkir dan lekas ingin pergi dari tempat servis saat itu juga. Tiba-tiba, Alya keluar juga dari tempat servis dan menatap ke arah Bara.Bara yang sudah menaiki motornya sempat melirik Alya sebelum segera mengalihkan pandanganya.“Bara!” teriak Alya melihat kepergian Bara tanpa ada niatan untuk berbicara dengannya lagi.Tak ada jawaban yang perlu diutarakan lagi. Bara bergegas pergi dengan motornya tanpa menoleh lagi.Perjalanan yang begitu tenang kian diwarnai dengan gejolak amarah. Bara tidak habis pikir kalau akan bertemu Alya lagi setelah beberapa bulan berpisah.“Takdir macam apa ini? Jelas kalau semua ini pasti kebetulan saja! Wanita berhati kasar seperti Alya tidak mungkin menguntitku seperti si Citra itu!” gumam Bara berusaha membandi
“Saya akan bayar satunya nanti ketika Anda menyerahkan laptop tersebut kepada pria yang servis laptop ini sebelumnya. Katakan saja kalau dia dapat hadiah laptop baru sebagai promosi tempat servis ini. Nanti ambil fotonya saja sebagai bukti pemberian laptop barunya ke nomor saya ini dan pasti akan segera saya bayar.”Alya sedikit melirik laptop lamanya milik Bara sebelum menatap wajah pekerja di hadapannya.Pekerja yang paham dengan maksud Alya akhirnya menganggukkan kepala. Dia tahu kalau Nyonya Alya tidak mungkin menipu tempat servis mereka.Lagi pula, dia juga sudah bayar salah satu laptopnya. Menenangkan hatinya yang gembira karena mendapatkan penjualan dua laptop, pekerja itu segera memproses transaksi dan menyerahkan kwitansi.“Terima kasih, Nyonya! Semoga dapat belanja di tempat kami lagi!” seru pekerja dengan takjub.“Baik!” Alya mengangguk dan perlahan pergi begitu saja di tengah tatapan beberapa orang yang masih memperhatikan sosoknya dari tadi.“Orang kaya memang beda, ya? Se
Alya memelankan mobilnya seakan tak ingin sampai tujuan lebih cepat. Namun, jarak yang memang sudah cukup dekat tidak membutuhkan waktu terlalu lama baginya untuk tiba di sana.Tin, tin!Alya membunyikan klakson dan perlahan gerbang rumah mewah itu terbuka lebar. Ada penjaga yang memang selalu siap di sana.“Selamat siang, Nyonya! Silahkan masuk!” Penjaga itu menyapa kedatangan Alya.Alya tak begitu menghiraukannya, dia langsung menancap gas untuk masuk ke dalam rumah mewah.Ada halaman yang cukup luas untuk parkir tiga hingga lima mobil. Alya yang sudah terbiasa dengan cepat memarkirkan mobilnya.“Haah! Semoga tidak ada masalah lagi!” gumam Alya menguatkan dirinya keluar dari mobilnya dengan wajah senyum.Dia melirik ke arah penjaga sebelum tersenyum tipis dan langsung pergi masuk ke dalam rumah.“Nyonya Alya memang terbaik!” batin penjaga melihat Alya menyapanya dengan senyuman manis.Alya masuk ke dalam rumah beberapa langkah sebelum melihat sosok Diano menatapnya dengan mengerutkan
Dia khawatir kalau nantinya akan menimbulkan kesalahpahaman lagi dengan Bara yang dapat berakibat fatal hingga akan mampu menghancurkan keluarga barunya itu.“Tidak bisa terus seperti ini! T–tapi apa yang harus lakukan sekarang?” batin Hana dengan bimbang dan penuh kehati-hatian di dalam hatinya yang semakin waspada.Tidak bisa lagi bagi Hana hanya berdiam diri dengan perasaan bingung saja sebab perkara ini semakin dibiarkan akan semakin menambah masalah yang nantinya akan jauh lebih besar hingga sulit diselesaikan oleh Hana seorang diri.“Tidak ada jalan lain selain melibatkannya dan mempercayainya sebagai seorang pria yang telah memutuskan untuk berjanji menemani hidupku dalam suka dan duka!” batin Hana telah membuat keputusan bulat untuk melibatkan Bara dalam penyelesaian masalahnya ini.“Ha-ha-ha! Hana, cepatlah mandi dan berpakaian yang menggoda agar nanti ketika aku tiba bisa langsung menikmati ragamu yang begitu eloknya itu!” ucap Jaka begitu bangganya menikmati suasana yang ti
“Apa?! Hanya itu kau bilang?! Sesuatu yang engkau remehkan adalah segala-galanya bagiku! Beraninya kamu mengolok-olokku! Kau pasti sengaja mempermainkanku, kan?! Kurang ajar sekali kau!” teriak Jaka begitu histerisnya.Jaka Fape adalah seorang pria yang benar-benar tidak ingin dianggap remeh oleh siapa pun. Selama hidupnya ini, bahkan orang tuanya hanya bisa menahan ketidakpuasan mereka di dalam hatinya dan tidak akan seenaknya menentangnya.Namun, hal yang sangat berbeda telah dilakukan oleh Hana selaku istrinya kala itu yang dengan percaya dirinya berusaha menasehatinya bahkan memarahinya secara terang-terangan ketika melakukan beberapa kesalahan yang seharusnya tidak masalah baginya.Hal ini membuat Jaka semakin tak senang dengan Hana sejak saat itu. Satu-satunya alasan Jaka tidak memukuli wajahnya Hana sebab wanita itu memang sangat cantik dan begitu memuaskan ketika diajak untuk memuaskan kebutuhan hasrat terpendamnya.Mengetahui hal itu, orang tuanya Jaka membuat Hana untuk mena
Sebuah karakter pria yang tidak pantas dimuliakan sedikit pun. Hanya kehinaan saja yang pantas dilontarkan kepada sosok pria sepertinya. Meski begitu, Hana tetap sabar kala itu dalam menyikapi karakter mantan suaminya yang jauh dari kata terpuji itu.Namun, seiring berjalannya waktu, wanita cantik yang penuh kesabaran dalam menjalankan kehidupan pada akhirnya harus kandas juga karena batas kesabarannya sudah berulang kali diabaikan oleh sang mantan suaminya.Hafa yang masih kecil bahkan ikut dipukuli hingga menjerit kesakitan yang membuat Hana semakin sakit hati dan marah besar kepada mantan suaminya hingga beberapa kali terlibat adu mulut hingga bahkan Hana dipaksa untuk membela dirinya ketika suaminya mencoba memukulinya.Beberapa memar yang jelas terlihat terkadang harus diterimanya dengan rasa sabar. Namun, demi keselamatan dirinya dan sang putra, wanita cantik itu terpaksa berpindah-pindah tempat ke beberapa penginapan terdekat agar setidaknya terhindar dari amukan Jaka Fape.Aka
Hana yang mendengar suaminya mengeluh itu hanya bisa tersenyum tipis dan perlahan-lahan tak lagi mampu menahan tawanya. Hal ini membuat Bara sedikit cemberut mendengar tawanya sang istri.“Ha-ha-ha, maafkan saya kalau tertawa seperti ini! Kamu baru dua bulan saja sudah mengeluh seperti ini, Mas Bara. Coba bayangkan nantinya harus seperti apa di masa depan, kan? Sabar ajalah dahulu sayangku! Seorang ayah memang sudah seperti ini seharusnya membesarkan anak kesayangannya!” tegas Hana memberikan nasihat kepada Bara yang masih cemberut di sampingnya.Tak ingin membuat suaminya patah semangat, wanita cantik itu menjalankan tugasnya sebagai seorang istri sambil memberikan kecupan di pipinya Bara dengan sukacita. Hal ini membuat Bara yang cemberut perlahan tersenyum-senyum sendiri.“Ehem! Baiklah, karena istri tercintaku yang memintanya, maka sebagai seorang suami dan sekaligus ayahnya Hafa, aku akan menjalankan tugas sebagaimana mestinya!” tegas Bara tanpa ragu sedikit pun.Hal ini membuat
Hafa yang melihat ibunya menyingkir juga terkejut sesaat sebelum akhirnya kembali serius menatap ke arah Bara dengan tatapan yang penuh kesungguhan bahkan ada rasa amarah terlihat di sana walaupun juga hatinya sedikit takut dengan sosok tinggi dan kekar Bara beserta wajahnya yang jelek itu.“Mama biasanya selalu melindungiku selama ini! Namun, tiba-tiba berubah menjadi diam dan menepi bahkan menjauh seperti ini sehingga membuat diriku langsung berhadapan muka dengan Monster menyeramkan ini!”“Sudah jelas sekali kalau semua ini pertanda serius bahwa Mamaku telah dikendalikan oleh Monster tak tahu malu ini! A–apa yang harus aku lakukan sekarang?! Mungkinkah ini saatnya menunjukkan kehebatanku dengan cara melawan Monster ini dan sekaligus menyelamatkan Mama?!”Hafa termenung dalam pikirannya hingga keringat dingin mulai bercucuran di sekitar wajahnya yang mungil itu. Hafa perlahan mengambil ancang-ancang sebagai bentuk kewaspadaannya bahkan dirinya juga sudah bersiap untuk melarikan diri
Sebenarnya ketika Hana dan Bara telah memutuskan untuk menikah dan bergegas menuju KUA, Hafa ditinggalkan oleh Hana kepada petugas apartemen yaitu wanita gemuk sebelumnya untuk dijaga sebentar.Meski itu bukanlah tugasnya, wanita gemuk itu merasa harus mengiyakan permintaan Hana yang karena ulahnya terjadi kesalahpahaman sebelumnya hingga berakibat kepada atasannya yang harus rela dihajar oleh banyak orang hingga babak belur seperti dadar gulung.Alhasil, Hafa ditinggalkan pergi oleh ibunya itu. Uniknya, Hafa tidak merengek sedikit pun dan bahkan dengan santai membiarkan ibunya pergi. Menurutnya hal ini sudah biasa dilakukan oleh ibunya ketika dahulu seringkali ditinggal kerja atau waktu ditakuti oleh preman-preman rendahan kiriman ayah kandungnya sendiri.“Hmm…, apakah Mama benar-benar berhasil menaklukkan Monster ini? Rasanya daripada menaklukkan, kok lebih terkesan seperti berbaikan ya? Aneh sekali!” batin Hafa yang terus memandangi sosok Bara dari sela-sela belakang ibunya itu.Ba
Setelah berpikir dengan matang dan perlahan-lahan menyimpulkan berbagai macam kemungkinan, Bara akhirnya memutuskan untuk tetap menyembunyikan wajah jeleknya itu.“Tidak perlu melepaskan ini, saya akan tetap memakainya. Silahkan Anda langsung foto saja kami berdua!” ucap Bara menghadap ke arah petugas wanita yang sebelumnya memberikan saran untuk melepaskan penutup wajahnya yang begitu misterius itu.Petugas wanita tersebut menatap Bara dengan ekspresi terkejut dan tak percaya sama sekali karena ini baru pertama kalinya dia melihat foto pasangan mempelai suami istri yang memakai masker dan kacamata hitam sebagai penutup wajahnya.“Hmm…. Aneh sekali suaminya Hana kali ini. S–sebentar! M–mungkinkah sosok pria ini lebih hebat daripada mantan suaminya sebelumnya sehingga perilakunya benar-benar begitu aneh dan tidak wajar sama sekali seperti ini?” batin petugas wanita itu menebak secara acak tanpa kejelasan yang pasti.Jawaban yang masih menjadi misteri hingga entah berapa lama nantinya.
Bara benar-benar sudah tidak tahan lagi ketika jarak antara petugas foto dengan dirinya sudah bisa dihitung kurang lebih hanya selangkah saja. Dia menatap ke arah petugas wanita itu dengan serius.Meski begitu, sorot matanya yang tertutup rapat oleh kacamata hitamnya tentu saja tidak mengintimidasi sedikit pun bagi petugas wanita yang memang dari tadi tidak memperhatikan Bara sama sekali seolah-olah pria itu tidak ada di sana sama sekali.“Orang aneh ini…! Apa yang sedang dia pikirkan sebenarnya, sih?! Mengapa terus saja memandangi istriku ini seperti tidak wajar sama sekali?!” batin Bara dengan tegas mencoba menghadang petugas wanita itu dengan menjulurkan tangan kanannya.Petugas wanita tersebut akhirnya menyadari sosok Bara yang ternyata sejak tadi berdiri tinggi menjulang tepat di samping Hana yang ditatapnya sejak awal kedatangan mereka berdua di sana.“Tolong kalau ada maksud yang ingin dikatakan, silahkan utarakan saja kepada saya!” ucap Bara dengan tegas tanpa basa-basi sediki
“Emm…. M–maafkan kami sebelumnya! Kami akan segera mengikuti prosedur selanjutnya!” ucap Hana dengan lirih sekali suaranya.“B–betul! K–kami akan segera pergi ke tempat selanjutnya! Mari istriku, kita pergi bersama!” ucap Bara berusaha melengkapi perkataan Hana.Keduanya pun lekas berdiri dari tempat duduknya sambil bergandengan tangan bersama-sama tanpa ada keraguan sedikit pun. Pasangan yang membuat semua orang iri itu pun akhirnya lekas beranjak pergi untuk melakukan sesi foto bersama.Semua petugas hanya bisa menghela napas panjang sambil ada yang menggelengkan kepalanya sebagai tanda pasrah membiarkan Hana dibawa pergi oleh suami barunya yaitu Bara dengan sukarela.“Tampaknya, takdir memang selalu berpihak kepada beberapa orang terpilih. Sayangnya, kita semua bukanlah orang yang terpilih itu!” ucap seorang petugas yang membuat semua petugas lainnya turut menghela napas sebagai bentuk persetujuan secara langsung.Bara dan Hana tentu saja tidak memperdulikan hal-hal semacam itu lag