“Letakkan ponselmu,” tegur Ziang Wu dan meletakkan semangkuk stroberi yang sudah dipotong ke pangkuan Su Li.Masalah pelaporan yang dilakukan Su Li berbuntut panjang. Semua media saat ini sedang menggila. Bahkan sampai membuat Su Li tidak bisa keluar dari rumah bahkan sekedar untuk masuk kantor. Para wartawan mengerubunginya seperti semut yang mengerubungi gula.“Aku hanya ingin tahu perkembangan terkini.”Ziang Wu tetap mengambil ponsel yang berada di dalam genggaman sang Istri. Dokter Bao sama sekali tidak main-main dengan tuntutannya. Bahkan ia ramai membagikan masalah tersebut di akun media sosial miliknya. Membuat Liang Tech bersama dirinya menjadi trending di pencarian.“Apakah kita bisa mengalahkan mereka?” tanya Su Li. Ziang Wu sadar jika beberapa hari setelah kunjungan mendadak Bai Wan, Su Li menjadi lebih murung dan pendiam. Wanitanya selalu menghabiskan waktu untuk berpikir. “Kebenaran pasti akan terungkap. Walau tidak mudah, tetapi kau harus selalu mengingat bahwa aku t
“Menurutmu, bukti baru apa yang ditemukan oleh Bai Wan?” tanya Su Li kemudian mencomot satu sendok es krim vanilla yang berada di mangkuk Ziang Wu mengabaikan es krim choco mint yang berada di mangkuknya.Pilihan Ziang Wu itu selalu terasa lebih enak, jadi wanita itu menukar mangkuk es krim mereka. Mengabaikan tatapan bingung sang Suami.“Entahlah, aku juga tidak bisa menebak.”Setelah mendapat telepon dari Bai Wan, pasangan suami istri itu langsung menuju lokasi yang dikirimkan oleh pengacara muda tersebut. Mereka mengira bahwa Bai Wan sudah berada di lokasi, ternyata pemuda itu belum datang.Su Li mengedarkan pandangannya. Kedai es krim itu terlihat penuh, sebagian besar pengunjungnya adalah rombongan keluarga dengan anak-anak yang masih menggunakan seragam sekolah.Tatapannya terhenti pada sepasang balita kembar yang berada di seberang meja mereka. Melihat pipi bulat dengan tawa khas bayi saat sang Ayah mengajaknya berbicara, membuat rasa hangat memenuhi rongga dada Su Li. Tatapann
“Selamat siang, Nyonya Su.”Su Li tersenyum sambil sesekali mengangguk membalas sapaan beberapa pegawai yang berpapasan dengannya. Langkahnya ia pacu menuju Divisi Pengembangan di mana Ziang Wu bertugas. Kaki berbalut sepatu jenis oxfords itu melenggang dengan langkah mantap. Langkahnya berhenti tepat di depan pintu sejenak sebelum akhirnya masuk ke dalam ruangan.Seperti terakhir kali ia mengunjungi Divisi Pengembangan, tidak banyak yang berubah. Ruangan yang didesain dengan gaya industrial itu dipenuhi oleh beberapa layar monitor dan beberapa perangkat komputer di setiap meja.Dua buah papan tulis terlihat penuh dengan tulisan-tulisan yang tidak Su Li pahami. Hanya ada Huo Yan dan juga Ziang Wu di ruangan ini, senyum lega Su Li terpatri kala maniknya tidak mendapati keberadaan Shen Yue.Sebuah pantry dengan konsep mini bar terdapat di pojok ruangan, berhadapan langsung dengan jendela kaca yang menampilkan kemegahan kota Beijing.Huo Yan yang pertama kali menyadari kehadiran Su Li, m
Ziang Wu melirik ponselnya berkali-kali. Setelah mengirim pesan bahwa dirinya tidak bisa pulang, ponsel Su Li tidak bisa dihubungi. Tidak bisa dipungkiri ia khawatir, hanya saja tidak mungkin ia meninggalkan timnya saat ini. Pemuda itu kemudian mengingat-ingat, rasanya tidak ada yang salah dari sikap sang Istri. Ia masih menerima pesan saat makan siang. “Sebentar,” ucap Ziang Wu kemudian beranjak dari kursinya. Ia tidak bisa fokus bekerja jika seperti ini. Pemuda itu melipir ke pantri dan mencoba menelepon sang Istri. Namun nihil. Panggilannya berakhir dijawab oleh kotak pesan suara. ia kemudian mendial nomor Nona Lin. Besar harapannya bahwa Su Li masih bersama sekretarisnya itu. “Nyonya Lin, ini saya. Apakah kau bersama Su Li?” [Maaf Tuan, Nyonya sudah pulang dari sejam yang lalu.] Ziang Wu memijat kepalanya yang terasa pening. Jika itu sejam yang lalu, berarti Su Li mengirimkan pesan setelah ia berpisah dengan Nona Lin. “Baiklah, terima kasih, Nona Lin,” ucap Ziang Wu kemu
Kesiap memenuhi wajah letih Ziang Wu kala menghidupkan lampu ruang tamu, istrinya meringkuk di atas sofa. Ia merasa lega karena ternyata sang Istri benar-benar pulang ke rumah. Walaupun kelegaan itu sirna kala mendapati Su Li yang menangis. Wanita itu memejamkan matanya bukan karena tertidur. Semakin ia mendekat dapat terdengar isakan halus, bahkan air mata itu masih mengalir dengan deras. Melihat keadaan sang Istri, Ziang Wu bergegas melepaskan tasnya dan jongkok di depan Su Li. “Su Li, ada apa?” tanya lembut sambil mengusap pelan pipi sang Istri. Su Li mengerjap pelan, melihat kehadiran Ziang Wu membuat tangisnya semakin kencang. Pemuda itu kemudian merengkuh sang Istri dalam pelukan. Hatinya ikut sesak melihat manik kecokelatan itu mengeluarkan sekresi air mata. Su Li pernah menangis beberapa kali dalam pelukannya. Namun, baru kali ini mendengar tangisan Su Li yang sangat menyayat hati. Tidak ada sosok Su Li yang kuat, yang mampu menaklukan dunia dengan segala tindakan dan pe
Su Li duduk di salah satu kursi yang menghadap sebuah cermin besar. Membiarkan seorang wanita memotong rambutnya sedikit demi sedikit. Jika bukan karena paksaan sang Suami, ia tidak akan terdampar di sebuah ruangan yang dipenuhi oleh para wanita yang sibuk memoles diri.Sejak dulu ia sama sekali tidak pernah menghabiskan waktu berjam-jam hingga seharian penuh berdiam diri di tempat yang menjadi favorit kaum hawa tersebut.Ia kecolongan saat Ziang Wu diam-diam mengajukan cuti untuknya selama dua hari kepada Nona Lin. Jadwal Su Li selama dua hari ini telah Nona Lin kosongkan sehingga ia tidak perlu ke kantor. Walau tidak banyak yang mereka bicarakan, tetapi obrolan singkatnya dengan Ziang Wu semalam berhasil membuat sang Suami memikirkan ide macam-macam untuk menghiburnya.“Aku sangat iri dengan Nona.”Su Li menatap penata rambut itu dari kaca, sebagai tanda ia tidak paham dengan apa yang dimaksudkan oleh penata rambut tersebut.“Jarang-jarang seorang suami mengantar istrinya untuk k
“Selamat pagi, Nyonya Su,” sapa Nona Lin ketika Su Li sampai di kantor. Melihat senyum lebar sang Atasan mambuat Nona Lin yakin, bahwa Su Li tidak mempermasalahkan libur dadakan yang Ziang Wu atur untuknya.“Selamat pagi, Nona Lin. Bagaimana dengan jadwalku hari ini?”Nona Lin kemudian mengekori Su Li sambil memberitahukan beberapa agenda yang harus diselesaikan hari ini. “Selain itu Nyonya tidak ada agenda lain di luar, hanya saja banyak hal yang harus segera Nyonya selesaikan,” ucap Nona Lin sambil melirik tumpukan berkas di atas meja kerja Su Li.Su Li hanya tersenyum tipis, mimpi buruk dari liburan adalah tumpukan pekerjaan. Melihat tumpukan map hitam itu, menyadarkan Su Li bahwa hari-hari menyenangkannya telah usai.“Tidak masalah, sesuatu yang menyenangkan memang tidak pernah memiliki harga yang murah,” ucapnya sambil menyemangati dirinya sendiri di dalam hati.Ponselnya berdering saat Su Li sedang memeriksa berkas dari peninjauan perkembangan proyek smart city bersama SOHO Gru
“Ada rumor yang mengatakan bahwa Nyonya Wu Xia membunuh Nyonya Su terdahulu untuk menjadi pemilik perusahaan.” Xiao Lu menepuk pundak kekasihnya. “Jangan katakan yang tidak-tidak,” ucapnya kemudian menyuapi Shu Liam dengan irisan chicken katsu miliknya. “Aku hanya menyampaikan apa yang aku dengar,” ucap gadis itu lagi setelah menelan makanannya. Su Li hanya tersenyum tipis, berusaha tetap tenang walau isi kepalanya sudah mulai berisik saling berebut menyimpulkan. Wu Xia memang pernah menjadi tersangka utama di kepalanya, tetapi ia tidak pernah punya bukti yang cukup untuk membuktikan hipotesisnya tersebut. “Rumor hanyalah rumor. Kita tidak bisa menarik kesimpulan dari sesuatu yang tidak pasti kebenarannya,” ucap Su Li kemudian memulai sesi makan siangnya. “Tetapi, Shu. Siapa yang pertama kali menyebarkan rumor ini?” “Siapa yang memulainya saya tidak tahu. Tetapi saya mendengar dari teman saya dari Divisi Pemasaran.” Su Li mengangguk mengerti. Wu Xia memang memanipulasi keuangan