Share

Bab. 19

Author: Yohana dst
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Dua orang itu duduk saling berhadapan.

Sama-sama diam menunggu siapa yang akan mulai bicara lebih dulu.

"Bagaimana kabarmu, Nak?" Pria paruh baya itu membenarkan letak kacamata di hidungnya.

"Saya baik, Pak. Bahkan jauh lebih baik dibanding dulu," jawab Er santai.

"Ya, saya bisa lihat, kamu sudah banyak berubah sekarang. Sudah tidak seperti anak gendut dengan pipi chuby seperti waktu itu." Purnawirawan polisi itu menengadah, bola matanya berputar.

Dia tersenyum saat mengingat kenangan lama tentang Erlangga kecil yang sangat ketakutan saat itu.

Bahkan untuk mengangkat kepalanya saja Erlangga sangat takut.

Erlangga yang masih polos selalu waspada pada setiap orang yang datang untuk bertemu dengannya.

Bibir Er melengkung.

"Semua ini berkat Ayahku. Andai saat itu mereka tidak membawa saya pergi dari panti itu, mungkin tidak akan ada saya yang sekarang."

Pria tua itu mengangguk setuju kemudian berkata, "Kamu beruntung, Nak. Bagaimana kabar Ayahmu?"

"Dia baik," sahutnya pendek.

"Syukurlah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 20

    "Untuk apa kamu ke sini? Aku sedang tidak ingin melihatmu." Er duduk di kursinya sambil meraih gelas anggurnya.Rangga menyeringai kemudian mulai berbicara, "Seharusnya aku yang katakan itu padamu. Untuk apa kau datang ke sini? Ini bukanlah rumahmu. Sejak awal tidak ada yang menginginkanmu di rumah ini. Lintah sepertimu tidak pantas menyandang nama baik Prabujaya Pamungkas." Rangga menatapnya dengan dingin.Er tidak membalas ucapannya. Dia menahan kemarahannya hingga membuat wajahnya memerah.Masih merasa tidak puas, Rangga kembali melanjutkan ucapannya untuk memprovokasi Erlangga.Saat ini dia hanya ingin membuat Er terlihat buruk di mata semua orang."Aku dengar Papa memungutmu dari panti asuhan. Apa itu benar? Aku tidak yakin darah seorang Prabujaya mengalir di tubuh kurusmu itu, karena Mamaku tidak pernah melahirkan anak lain selain aku. Dan jika itu benar, berarti kau adalah anak haram Papaku dengan wanita simpanannya yang selama ini berusaha mencuri semua harta milik Papaku yang

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 21

    Erlangga mengenakan pakaiannya lalu turun ke ruang makan.Raungan suara perutnya yang lapar cukup mengganggu pendengarannya. Sangat memalukan jika ada orang lain yang ikut mendengarnya."Selamat pagi, Pa. Aku minta maaf telah membuat kalian menungguku untuk sarapan. Hari ini aku terlambat bangun karena kepalaku sedikit sakit." Erlangga menyapa ayahnya dengan sopan saat berjalan pelan menuju kursinya."Apa yang terjadi? Apa kamu habis minum semalam?" Prabujaya bertanya."Mm ... " Erlangga mengangguk.Prabujaya menghela napasnya pelan. Matanya teduh memandang Erlangga. Merasa iba dengan dengan keadaan putranya."Apa kamu sudah bertemu dengan Bu Helen?"Erlangga kembali mengangguk. Dia kini tahu alasan dibalik wajah familiar wanita tua itu."Mulai hari ini, Ibu Helen akan tinggal di sini untuk menemanimu. Papa harap kamu bisa bersikap baik padanya.""Aku tahu."Erlangga langsung menyuapkan makanan ke dalam mulutnya karena perutnya mulai kram.Dia tidak perduli hidangan apa yang mereka si

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 22

    Raut wajah Daniel seketika berubah setelah sebuah panggilan telepon yang diterimanya berakhir.Dia berjalan pelan mendekati meja Prabujaya dan mulai berbicara dengan hati-hati. "Maaf, Tuan ... ada berita buruk ..." kata Daniel lalu diam sejenak untuk mengambil napas dalam, "Tuan Muda saat ini ada di rumah sakit. Seseorang mencoba untuk mencelakainya."Seketika wajah Prabujaya menggelap. Dia memukul meja kerjanya dengan keras hingga membuat seluruh sendi di tubuh Daniel ikut gemetar."Aku sudah perintahkan kau untuk menjaganya. Kenapa bisa terjadi hal seperti ini?" Prabujaya membentak asistennya itu.Rahang Prabujaya mengerat. Dia berjalan keluar dengan tinju yang terkepal kuat.Dengan langkah terburu-buru, Prabujaya mengejar putranya di ruangannya. Kedua matanya merah padam.Suara hantaman tinju Prabujaya terdengar saat beradu dengan wajah Rangga yang masih terlihat agak memar. Pukulan itu kini menambah rasa sakit di wajahnya."Dasar anak sialan! Kenapa kau begitu memalukan? Apa kau h

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 23

    Liana kembali ke kamarnya. Ponselnya tertinggal di atas meja riasnya.Perasaannya tidak menentu saat ini. Kejadian tadi telah membuatnya sangat khawatir.Liana menekan nomor Rangga dan menghubunginya. Hanya itu yang bisa dia andalkan saat ini."Halo, Nak. Apa Mama mengganggumu?" Liana berkata begitu telponnya terhubung."Tidak. Aku tidak sedang di kantor sekarang?" sahut Rangga di ujung sana.Kening Liana berkerut. "Hei, ini sudah lewat jam makan siang. Apa kamu sedang bertemu dwngan klien? Kalau begitu, Mama akan menutup telponnya.""Bukan begitu. Aku hanya sedang tidak bersemangat hari ini.""Kenapa? Apa kamu ribut dengan Papamu lagi?" tanya Liana khawatir."Tidak ada. Hanya sedikit salah paham saja. Jangan khawatir, aku pasti bisa menyelesaikannya," kata Rangga. Suaranya terdengar sangat meyakinkan."Oh, baiklah. Jangan terlambat pulang karena Mama ingin makan malam bersamamu.""Baiklah. Aku akan mengajak Viona juga.""Hm..." Liana tersenyum hambar, kemudian menutup telponnya.Rang

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bsb. 24

    Dua hari berlalu sejak Erlangga terbaring di ranjang rumah sakit.Pagi ini asisten Prabujaya, Daniel, sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit bersama beberapa orang pengawal.Hari ini Erlangga sudah diizinkan untuk keluar dari rumah sakit setelah dokter menyatakan luka-luka ditubuhnya sudah jauh lebih baik.Prabujaya melihat keluar dari ruang tamu. Dua buah mobil keluar meninggalkan rumah besar di River Villa.Laki-laki tua itu memutiskan untuk tidak ke kantornya hanya untuk memastikan Erlangga kembali dengan selamat.Kali ini, dia lebih waspada setelah serangan mematikan pada Er saat itu. Dia mencurigai semua orang yang berada dekat dengan putranya.Prabujaya bahkan tidak dapat mempercayai para pengawal yang selalu berada di sisi Erlangga selama ini.Laki-laki paruh baya itu berencana mengganti seluruh pengawal Erlangga dengan pengawal baru yang lebih gesit untuk melindunginya.Prabujaya tidak mengerti mengapa penjahat itu masih belum ditemukan hingga kini. Tak seorangpun melih

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 25

    Erlangga memandangi tubuh telanjangnya sambil berputar di depan cermin setinggi tujuh kaki yang berdiri tegak di depannya.Luka di lengannya meninggalkan bekas yang cukup mengganggu dan itu membuatnya geram.Karir yang dibangunnya dengan susah payah kini harus berada di ujung tanduk karena penjahat itu.Er khawatir luka itu akan mempengaruhi pekerjaannya di masa depan. Belum lagi rasa sakit yang masih dia rasakan setelah benda tajam itu menembus kulit punggungnya.Erlangga meringis menahan sakit setiap kali bekas lukanya berdenyut.Semua orang bersyukur karena perdarahan pada paru-parunya tidak berakibat fatal dan dia dapat diselamatkan.Erlangga berbalik untuk mengambil ponselnya dari atas nakas dan mencoba menelpon seseorang."Halo? Dimana kau?" Er berkata dengan dingin saat panggilannya terhubung."Saya baru tiba di Komplek River Villa, Tuan." Terdengar suara seorang pria menyahutinya dari ujung telpon."Temui aku di kamarku jika kau sudah sampai di rumah. Jika mereka bertanya, ka

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 26

    "Boleh saya masuk?"Erlangga menoleh ke arah pintu saat Daniel membuka pintu kamarnya."Ya, masuk saja. Ada apa?""Ah, aku hanya ingin melihat keadaanmu. Bagaimana perasaanmu? Sepertinya anda harus menunda pengambilan foto itu untuk sementara." Daniel duduk di ujung ranjang agar Erlangga merasa lebih nyaman berbincang dengannya.Er bisa menebak kemana arah percakapan mereka.Namun, Er akan tetap bertahan pada karirnya sebelum semua penjahat itu memdapat karmanya.Sampai kapanpun, dia tidak akan merasa tenang. Mimpi buruk itu akan selalu datang menghantuinya selama pembunuh itu belum tertangkap dan dihukum."Ya, Paman tidak perlu khawatir. Mereka mengerti keadaanku, jadi ... aku akan kembali ke sana saat aku siap."Kepala Daniel mengangguk pelan. Dia memikirkan kalimat lain untuk ditanyakan."Apa aku boleh tanya sesuatu?""Mau tanya apa?" kata Er datar.Daniel menjawabnya, "Apa anda melihat siapa orang yang telah menyerang anda waktu itu? Mereka mengatakan telah menangkapnya dan membaw

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 27

    "Tenanglah, Nyonya. Mereka tidak akan melukaimu. Prabujaya tidak akan tega padamu." Jhon berkata dengan datar. Setelah itu dia kembali melanjutkan, "Tidak ada bukti yang memberatkanmu sampai hari ini. Tenang saja! Jika mereka menangkapnya, pasti mereka akan datang ke rumah mencari kita."Dada Liana terasa sesak. Dia setuju dengan ucapan Jhon, tetapi hatinya masih merasa tidak tenang."Cepatlah kembali setelah menyelesaikan urusanmu. Aku benci menunggu!""Aku tahu. Jaga dirimu!"Pembicaraan di antara mereka berakhir. Liana melempar ponselnya di atas sofa karena kesal."Ya, Tuhan ... pikiranku jadi tidak tenang. Pasti banyak kerutan halus yang muncul karena aku terlalu stres." Liana mengeluh, tangannya meraba kulit tebal di wajahnya yang terawat dengan baik."Aku benci terlihat tua! Aku akan membuat janji temu dengan Dokter Anna. Aku harap besok dia tidak terlalu sibuk," gumam Liana.***Di tempat lain, seorang laki-laki dengan stelan hitam serta memakai topeng keluar dari mobil bersama

Latest chapter

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 127

    "Apa kau sudah dapatkan apa yang aku perintahkan padamu?" Prabujaya bertanya tanpa menoleh. Pria paruh baya itu terus berjalan menuju meja kerjanya.Asistennya, Daniel, mengikutinya dan berhenti tepat di depan meja kerja Prabujaya."Putri Ilham Samudera datang untuk mendengar hasil putusan pengadilan. Saya tidak tahu bagaimana dia bisa mengetahui kabar itu, tapi seseorang pasti telah memberi gadis itu informasi. Dan saya yakin ini adalah ulah Tuan Muda Erlangga," jawab Daniel tegas."Apa kau telah memeriksanya dengan jelas?" Ada tekanan di dalam suara Prabujaya."Tentu saja, Tuan. Saya bisa memastikan semua itu benar," jawab Daniel tegas. "Tapi ada hal yang lebih penting yang harus saya sampaikan. Ini mungkin sedikit mengejutkan, tapi anda harus mengetahuinya." Daniel berusaha memperjelas situasinya."Hal penting apa?" Raut wajah Prabujaya langsung berubah. Matanya menyipit tajam."Ternyata Tuan Muda telah beberapa kali bertemu dengan putri Ilham Samudera dan berusaha untuk mendekat

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 126

    Pukul tujuh tiga puluh pagi, Komplek River Villa.Erlangga terlihat turun dari kamarnya dengan pakaian rapi. Senyum di wajahnya mengembang, membuatnya terlihat menawan pagi ini.Hari ini sudah diputuskan bahwa Erlangga akan kembali ke perusahaan, melakukan pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Tetapi haris ditinggalkan dengan setumpuk alasan yang cukup masuk akal.Er sudah bertekad untuk melupakan semua yang telah terjadi selama beberapa hari terakhir. Namun, bukan berarti dia telah melupakan obsesinya untuk mendapatkan Viona. Gadis itu tetaplah menjadi maskot kemenangannya."Selamat pagi semuanya." Er menyapa semua orang di ruang makan. Wajahnya sangat cerah pagi ini, membuat Prabujaya berdehem pelan karenanya.Nyonya Helen yang berdiri tak jauh dari Prabujaya juga menatapnya heran penuh curiga. Rasanya sangat aneh dan sulit untuk dipercaya bahwa anak asuhnya akan berubah hanya dalam satu malam. Seakan-akan tidak pernah ada yang terjadi kepadanya."Ehem ... sepertin

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 125

    "Bukankah Erlangga pergi ke persidangan hari ini? Untuk apa gadis itu mencarinya? Sejak kapan mereka dekat? Apa kau mengetahui sesuatu?"Nyonya Helen tidak berharap Prabujaya akan bertanya tentang hal itu padanyaMeski pria tua itu memaksanya untuk bicara, Nyonya Helen juga tidak tahu harus menjawab apa padanya."Saya juga tidak tahu, Tuan. Nona Viona hanya mengatakan ingin bicara dengan Tuan Muda. Tapi dia tidak menjelaskan alasannya. Bahkan saat saya memintanya pulang, dia menolaknya.""Apa mereka sudah bertemu tadi? Apa yang mereka bicarakan?""Maaf, Tuan ... saya tidak mendengarnya karena saat itu Tuan Muda minta untuk dibuatkan minuman hangat. Dan saat saya kembali, Nona Viona sudah pergi."Suara helaan napas panjang terdengar dari mulut pria tua itu.Prabujaya tidak percaya sepenuhnya pada wanita itu, tetapi dia juga tidak dapat memaksanya untuk bicara sekarang."Apa Elangga ada di kamarnya?"Wanita itu mengangguk. "Ya, Tuan. Tuan Muda ada di kamarnya."Prabuajaya berdiri. Dia me

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 124

    "Tuan Muda, boleh saya masuk?"Suara panggilan Nyonya Helen bergema diikuti oleh suara ketukan di pintu kamar Erlangga. Namun, tidak ada jawaban.Wanita paruh baya itu mendorong pintu kamarnya dengan lembut lalu masuk ke dalam kamar dengan hati-hati.Saat ini, Erlangga baru saja keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada. Cuaca dingin ditambah suhu kamarnya yang dingin sama sekali tidak berpengaruh padanya.Dia mengeringkan rambutnya kemudian melempar handuk berwarna putih itu dengan asal di atas ranjang. Dan ketika Erlangga berbalik, dia terkesiap ketika melihat Nyonya Helen sedang berdiri menatapnya. Kehadiran Nyonya Helen di kamarnya membuat jantungnya berdegup kencang."Kapan ibu masuk? Kenapa tidak mengetuk pintu dulu?" "Saya sudah mengetuk tapi tidak ada jawaban. Karena khawatir, saya masuk untuk memeriksa," jawab Nyonya Helen.Er mengusap dadanya seraya menyentak napasnya kuat."Ada apa?" tanya Erlangga kesal."Saya hanya ingin bertanya untuk memastikan sesuatu. Apa and

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 123

    "Apa kau melihat gadis tadi? Bukankah itu Viona, tunangan Rangga?" tanya Prabujaya. "Kenapa dia lari terburu-buru?"Daniel langsung menoleh ke belakang dan melihat gadis yang dimaksud oleh Prabujaya sedang berlari keluar rumah sambil menangis.Dia langsung mengenali gadis itu sebagai putri dari Ilham Samudera dan Delia."Itu memang Nona Viona, putri dari Tuan Ilham. Tapi untuk apa dia datang ke sini?" ucap Daniel. Dia mencoba menebak-nebak apa yang baru saja terjadi ketika mereka sedang tidak berada di rumah.Prabujaya menoleh pada asistennya sambil berkata, "Itu adalah tugas untukmu. Cari tahu apa yang terjadi pada gadis itu!""Baik, Tuan," jawab Daniel.Tanpa membuang waktu, Daniel segera meninggalkan rumah itu. Dia segera masuk ke dalam mobil dan mulai mengejar Viona yang telah berada cukup jauh di depan.Hujan lebat tak membatasi gadis itu untuk mengemudikan mobilnya. Suasana hatinya yang buruk telah menyulapnya menjadi raja jalanan secara mendadak.Viona dengan sengaja menyeret d

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 122

    Ada apa? Untuk apa Ibu Helen menelponmu?""Ada wanita yang datang ke rumah mencari anda?""Wanita? Siapa?" Sepasang alis hitam milik Erlangga tertarik ketika keningnya berkerut."Entahlah, saya juga tidak tahu. Nyonya Helen tidak mengatakan apapun tadi."Erlangga memutar matanya, menebak-nebak sosok wanita yang sedang menunggu kedatangannya.Sejauh ini, Er hanya mengenal dua orang wanita saja sejak dirinya kembali ke negaranya."Sylvia? Tidak mungkin! Dia sama sekali belum mengetahui siapa aku sebenarnya. Bagaimana mungkin dia tahu aku tinggal di sana?" Erlangga berbicara pada dirinya sendiri."Apa mungkin wanita itu adalah Nona Viona?" celetuk Alex dari kursi depan.Pikiran Erlangga langsung teralihkan.Ketika mendengar Alex menyebut nama gadis itu, Erlangga teringat kembali pada percakapan antara dirinya dan Viona sehari sebelumnya.Er tidak menyangka, hati gadis itu akan tergerak karena perkataannya."Ayo, buruan! Kita harus tiba lebih dulu dari mereka. Aku tidak ingin Papa bertemu

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 121

    "Siapa?""Pak Hamdan. Apa anda mengenalnya, Pak?" Pak Hasan balik bertanya. Matanya menelusuri setiap perubahan raut di wajah Alex ketika keningnya mulai berkerut."Pak Hamdan? Tentu saja saya kenal dengannya. Dia adalah orang yang telah membantu Tuan Muda kami, tanpa dia mungkin kasus ini akan tetap tersimpan rapat-rapat. Tidak perduli meskipun kami memiliki banyak bukti untuk membuat mereka mendekam di penjara, tanpa bantuannya semua akan sia-sia." Alex berbicara dengan suara rendah untuk menghindari orang yang ingin mencuri dengar.Dia lantas menghembuskan napasnya kuat ke udara, sementara pikirannya melayang membayangkan saat-saat dimana dirinya melakukan banyak hal bersama tuannya untuk mendapatkan semua bukti yang mereka miliki sekarang."Akhirnya ... Tuan Muda Erlangga bisa lebih tenang menjalani hidupnya sekarang," ucap Alex dengan perasaan lega."Syukurlah. Tidak disangka Erlangga mampu melewati semuanya dengan sabar ya, Pak. Jika saja Olivia masih hidup, dia pasti akan sanga

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 120

    Kemunculan keluarga Pak Hasan bersama beberapa warga desa berhasil mencuri perhatian beberapa pencari berita yang telah menunggu di depan pintu ruang sidang.Rombongan warga desa itu terlihat turun dari sebuah mobil keluaran lama dan berdiri menunggu di depan pintu untuk dipersilahkan masuk.Akan tetapi, tak seorang pun dari wartawan itu bergerak untuk mengejar mereka karena berpikir bahwa keluarga Pak Hasan hanyalah warga biasa seperti yang lainnya.Hal itu dimanfaatkan dengan baik oleh Pak Hasan. Laki-laki itu dan istrinya pelan-pelan berpisah dari rombongan untuk mencari Erlangga."Permisi, Pak. Kapan sidangnya akan dimulai, ya?"Pak Hasan mendekati seorang petugas berseragam coklat yang baru saja keluar dari sebuah ruangan di samping ruang sidang untuk bertanya padanya."Mungkim sekitar satu jam lagi," jawab petugas itu.Saat dia akan pergi, Pak Hasan menahannya dan kembali bertanya padanya."Tunggu, Pak. Apa Erlangga sudah tiba di sini?""Erlangga? Maaf, Pak ... saya tidak kenal.

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 119

    Daniel mencoba mengabaikan wajah sendu Vionaà sebelum suasana di ruangan itu terkena imbasnya.Dengan suara tegas, Daniel kembali bertanya pada gadis itu. "Bisa beri tahu saya lebih detail apa yang dia katakan pada anda, Nona?"Mata VIona melebar.Entah mengapa Viona merasa bahwa asisten Tuan Prabujaya tidak mempercayai ucapannya.Karena itu, Viona melempar ponselnya dengan kesal di atas meja."Kau bisa baca sepuasnya!"ucap gadis itu lantang, kemudian berlalu dari ruangan itu untuk bersembunyi di kamarnya yang tenang.Semua orang di ruangan itu tercengang dengan aksi Viona yang tiba-tiba.Mereka menatap kepergiannya hingga tubuh Viona perlahan menjauh dan menghilang dari pandangan."Saya minta maaf, Tuan Ilham. Saya harus lakukan ini demi kebaikan Nona Viona." Daniel segera mencari alasan sebelum kedua orang tua gadis itu mulai menyalahkannya."Jangan diambil hati. Putriku sangat sensitif akhir-akhir ini. Lakukan saja apa yang harus kau lakukan."Daniel mengangguk.Dengan perasaan be

DMCA.com Protection Status