Ketika sampai di tempat yang dijanjikan, kepala Dea celingak-celinguk mencari keberadaan lelaki itu. Tak butuh lama, ia langsung menemukan Nino dengan tangan yang melambai-lambai kepadanya.Dea berjalan ke arah sahabat suaminya itu, senyum manis menetap di wajahnya membuat Nino senang."Hai Mas Nino, sudah lama di sini?" Dea langsung menjabat tangan Nino."Tidak De. Baru sampai kok. Mau pesan makanan sekarang?""Boleh."Salah satu pelayan menghampiri mereka, keduanya mulai memilih makanan yang akan dipesan. Setelah itu keduanya diam, karena Dea sibuk membalas pesan dari suaminya. Sedangkan Nino tak berkedip mata melihat wanita itu.[Apa kalian sudah bertemu?] pesan yang dikirim Kevin.[Sudah Mas. Ini mau makan.][Oke. Nanti pulangnya mau di jemput?][Tidak usah. Kan adik bawa sepeda sendiri, nanti jadi repot.][Kalau begitu, ya sudah. Hati-hati ya.][Iya Mas.]Dea menghela napasnya pelan karena merasa perilaku Kevin menjadi berubah, entah kenapa seakan dia sedang jatuh cinta kembali.
Namun, lagi-lagi Kevin menahan diri karena Dea terdengar tertawa mendengar ucapan Nino."Mau coba punyaku?" tawar Dea yang lanngsung memberikan helaian spaggeti di piring Nino."Thanks."Kevin langsung membuang muka dan memilih untuk undur diri karena tidak tahan melihat istrinya bersama lelaki lain. Hatinya terasa sakit mendengar tawa Dea pecah karena tingkah Nino. Sudah lama Kevin tak mendengar gelak tawa Dea. Bahkan sekarang ia merindukan suara bahagia wanita itu saat bersamanya."Apa semenyakitkan itu saat kamu bersamaku Dik? Sampai-sampai tingkah kecil Nino begitu saja kamu sudah terawa renyah," gumam Kevin sebelum melangkahkan kakinya pergi. Netranya menangkan interaksi menyenangkan kedua orang itu dengan senyum getir. "Ahh... sudahlah. Untuk sekarang aku membebaskanmu selagi bahagia. Aku akan memperbaiki semua saat terlepas dari Icha." Kevin langsung meninggalkan tempat makan itu dengan perasaan kesal. Nahkan Icha yang memantau gerak-gerik Nino dari mobil pun tersenyum puas sa
Setelah selesai menyantap hidangan utama, kini Nino mulai mengeluarkan suara untuk membahas topik yang menjadi alasan kenapa ia meminta bertemu dengan Dea. Karena lelaki itu ingin lebih berlama-lama dengan wanita yang disukainya, tanpa menunggu persetujuan Dea, dia langsung memesan beberapa hidangan penutup yang berupa pudding dan jajanan tradisional lainnya. "Terimakasih," ucapnya pada seorang pelayan. "Ya ampun Mas Nino, perutku udah kenyang," keluh Dea dengan mata membulat ketika melihat jajanan di depannya. "Haha, ya tunggu makanannya turun dulu De. Nanti pasti kemakan kok." Wanita itu hanya mencebikkan bibirnya. Nampaknya ia merasa gusar karena memikirkan berat badan yang akan bertambah saat memakan itu semua. "Kalau kayak gini berat badanku jadi nambah Mas." Ia mengucapkan kalimat itu dengan muka cemberut. "Hih! Kenapa kamu imut banget si De, jadi pengen cubit." tangan Nino sudah bersiap menyentuh pipi wan
"A-aku tidak tau.""Jangan menyangkal De. Aku tau kamu tak sebodoh itu. Dan pasti kamu menyadari kalau aku menyukaimu. Bukan sekedar suka, tapi cinta... Aku cinta kamu De, tolong bukalah hatimu untukku. Aku sudah menunggumu dari lama," cerca lelaki itu membuat Dea mati kutu. Pernyataan Nino sangat mengejutkan untuknya. Namun, wanita itu langsung tersadar dan menarik tangannya."Aku tidak mau mendengar pernyataan itu Mas. Aku anggap tidak pernah mendengarnya," pungkas Dea yang mulai tak nyaman. Nino yang sebelumnya menatapnya dengan tulus, langsung berubah menjadi kekecewaan."Tolong jangan egois," pintanya pelan berusaha meluluhkan hati perempuan di depannya."Bukankah Mas juga egois, memaksaku menerima perasaan Mas," sangkal Dea. 'Bagaimana bisa dia mengatakan aku egois, padahal posisinya sendiri seperti perampok yang ingin merebut harta korbannya,' benak wanita itu penuh kekesalan.Nino terdiam sangat lama, wanita itu pun tak ingin mengusik pikiran orang di depannya."Maafkan aku."
Dea memilih untuk langsung masuk ke dalam rumah, di sana Kevin terlihat gelagapan karena ada Icha di rumah mereka."Lebih baik aku langsung mandi terus tidur, badanku hari ini lelah sekali. Untungnya perutku sudah kenyang," senangnya bahkan tak sengaja bersendung kecil."Sayang sekali..." gumamnya dengan tangan yang membeku saat ingin mengambil baju, ia kembali teringat pada Andre. Tawaran untuk makan malam bersama yang ia tolak mendatangkan perasaan menyesal di dalam hatinya. "Dik..." tiba-tiba lamunan wanita itu terpecah karena panggilan Kevin."Ya?""Maaf, tadi Icha tiba-tiba mampir. Aku sendiri tidak tau kenapa dia bisa ada di sini," sesal lelaki itu dengan mata penuh dengan ketakutan."Tidak masalah Mas. Tapi jangan sampai wanita itu ke sini lagi ya, rasanya jijik banget liat dia." Dea berusaha menenangkan suaminya, tapi itu terdengar sarkas untuk Kevin."Iya Sayang."Dea menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Ya sudah, Adik mau mandi dulu Mas.""Iya Sayang."Entah kenapa hati
"Jangan bicara yang aneh-aneh! Dea tidak seperti itu," sergah Kevin. Lelaki itu sadar, bukan Dea yang berkhianat bahkan berselingkuh. Justru dia yang berada di posisi itu.Icha menaikkan salah satu sudut bibirnya, "Tidak seperti itu? Bukankah hari ini kamu sendiri tau dia pergi ke mana?"Alis Kevin langsung tertaut rapat, "tentu saja tau. Karena aku sendiri yang mengizinkannya.""Oh begitu?" Kedua alis Icha naik ke atas dengan bola mata melebar. "Jadi kamu membiarkan Nino mendekati Dea?"Kevin nampak terkejut. "Bukan seperti itu, aku hanya mengizinkan mereka berdua dinner.""Sama saja, kalau Nino berniat merebut Dea bagaimana? Bukankah keduanya sama-sama pengkhianat? Dea berselingkuh, dan Nino menusukmu dari belakang karena ingin merebut istrimu." Icha berusaha mempengaruhi suaminya agar membenci musuh bebuyutnya itu. Kesabarannya mulai habis menghadapi ini semua."Jangan bicara yang aneh-aneh. Mungkin Nino bisa melakukannya, tapi aku percaya Dea akan menolak.""Sepercaya itu kamu den
Selepas mandi, Dea langsung menghampiri Kevin yang tengah berada di ruang tengah. Televisi menampilkan berbagai adegan action yang sangat epik, tapi pandangan suaminya seakan kosong. Itu membuat dia bertanya-tanya apa yang dipikirkan manusia tersebut. "Mas..." panggil wanita itu lembut sembari telunjuk menoel pipi suaminya. Gangguan itu membuyarkan lamunan Kevin. "Iya." "Besok tidak ada acara kan?" Kevin nampak menimang-nimang jawaban. Pertengkarannya dengan Icha barusan membuat dia berpikir untuk segera menemui istri sirinya. Karena tak kunjung mendapat jawaban, akhirnya Dea melanjutkan ucapannya. "Kamu tidak lupa kan kalau besok kita mau main. Menstruasi adik sudah selesai," ucap wanita itu malu-malu. Kevin langsung menenggakkan salivanya. Melihat tingkah istrinya yang tersipu membuat otaknya kosong dan hanya menganggukkan kepala. Mendapatkan respon itu, senyum manis mengembang di wajah Dea dengan berseri, ia langsung memeluk suaminya lembut. "Kita main seharian ya Mas? Kan sud
Ketika pertemuan Icha dan Dea beberapa waktu lalu di rumah makan LESTARI, ada negoisasi sengit di antara ke dua orang tersebut. Hati Dea sakit sedangkan Icha berusaha meraih keinginannya. Aduan mulut mereka terdengar sangat panas dan penuh dengan polemik."Apa kamu sudah tau tentang perjanjian pra-nikahku dengan Kevin?" tanya Dea setelah menyiram es teh pada madunya.Icha yang masih shock dengan mulut melongo, hanya bisa menatap Dea dengan penuh kebencian. Dari awal wanita itu berniat menyerang psikis istri pertama suaminya. Tapi siapa sangka lawan melakukan kekerasan secara fisik, meskipun hanya siraman air tapi itu menyulut emosinya."Tau, makanya bercerailah dengan suamiku!" sungutnya memandang Dea penuh amarah.Dea menaikan salah satu sudut bibirnya, "kalau aku tidak mau?" dia justru bertanya balik pada Icha."Jangan munafik! Aku tau kamu memiliki gengsi yang tinggi, gelar janda mungkin menghancurkan harga dirimu. Tapi bertahan di rumah tangga yang toxic bukankah menyulitkan?" Ich