"Hatiku mencoba bertahan menutupi semua perasaan ini. Namun, semakin aku melupakannya, maka semakin kuat rasa cinta ini. Maafkan aku, Amaliya, aku mencintai suamimu .... "
"Eliza!" teriak Mihran yang kaget saat bertabrakan dengan seorang wanita cantik yang ternyata sahabat lamanya sendiri."Kamu," kata Mihran yang langsung memeluk Eliza penuh hangat. Pelukan seorang sahabat.Eliza hanya terpaku, saat Mihran memeluknya sangat erat. Mihran yang memang hanya menganggap sahabat tidak sungkan memeluk sahabatnya itu, berbeda dengan Eliza yang masih menyimpan cinta."Sayang, kamu udah ketemu?" tegur Amaliya saat melihat kedua sahabatnya itu saling berpelukan."Iya, Sayang, nggak nyangka lo aku," ujar Mihran tertawa."Ohya, tunanganku masih ada meeting jadi nggak bisa datang. Dia titip salam buat kalian," ujar Eliza meminta maaf pada dua sahabat baiknya itu."Ya nggak apa-apa donk, kita kan jadi bisa kumpul bareng kayak dulu lagi," ujar Amaliya tersenyumAmaliya akhirnya menggandeng tangan kedua sahabatnya itu untuk kembali ke meja di mana mereka terbiasa kumpul dulu."Yuk, El!" ajak Amaliya.Saat melangkah, Eliza pun melepaskan genggaman tangan Amaliya. Hatinya perih, bagai tersayat tetapi Eliza harus tetap tegar."Andai saja kamu tahu, Liya, jika aku sangat mencintai Mihran, apa kamu akan memaafkanku?"Eliza pun berusaha tersenyum, saat berbicara dengan dua sahabatnya, apalagi melihat kemesraan Mihran dan Amalia."Eh, aku baru ingat, El itu waktu SMA nggak pernah pacaran ya?" tanya Mihran.Amaliya pun menimpali, "Iya lo, padahal banyak cowok yang nembak kamu, El, kenapa sih?""Simple, nggak ada yang cocok," kata Eliza beralasan."Sayang, kamu pernah nggak, suka sama Eliza dulu?" ledek Amaliya seketika membuat wajah Eliza memerah.Mihran diam, netranya menyiratkan banyak makna."Apa pernah kamu mencintaiku seperti aku mencintaimu, Mihran?""Jangan gitu donk, Sayang! Nggak mungkinlah aku suka sama Eliza, kan aku yang maksa kamu jujur sama Eliza, ingat gak kalian soal janji kita buat nggak saling jatuh cinta? Tetapi karena rasa cintaku yang besar sama kamu, semua jadi batal!" ujar Mihran, membuat bulir bening dimata Eliza seolah mendorong ingin keluar.Eliza hanya bisa tersenyum, menahan perih hatinya.Di rumah, Alia sudah kesal menunggu Mihran dan Amaliya yang belum juga pulang, jam pun sudah menunjukkan pukul 22.00."Ayah sama Bunda lama banget sih pulangnya?" gerutu Alia pada Oma Siska."Kamu sabar, Alia. Ayah sama Bunda kamu kan sudah lama nggak ketemu Tante Eliza, mereka pasti kangen dan ngobrol panjang. Kamu sabar ya," ujar Oma Siska menenangkan cicitnya.Alia pun kesal, ia melenggang pergi begitu saja ke dalam kamar meninggalkan sang oma."Lah .... " Oma Siska pun tertawa melihat tingkah cicit kesayangannya itu.****Keesokan harinyaSebelum berangkat kerja, seperti biasa Amaliya pun menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya. Pagi ini, Amaliya hanya sarapan ditemani Alia, karena Mihran sudah berangkat agak pagi karena ada meeting penting."Sayang, ini roti sama susunya," kata Amaliya memberikan segelas susu dan roti plus selai coklat di dalam piring, kesukaan Alia."Pagi, Alia," sapa Akram, adik lelaki satu-satunya Amaliya."Pagi,Om," sambut Alia yang asyik dengan sarapannya."Kak, Eliza udah ada di Jakarta ya? Kok kakak nggak kasih tahu aku sih? Benar ya dia mau nikah, Kak," cecar Akram pada kakaknya."Kakak juga baru tahu kok," jawab Amaliya yang sibuk dengan berkas-berkas pekerjaannya."Kak, kakak harus temuin aku sama Eliza. Aku nggak rela dia nikah sama orang lain. Dia harus tahu kalau aku cinta sejatinya," ujar Akram, disambut gelak tawa Amaliya."Ya Ampun, kamu masih terobsesi sama Eliza? Dia itu cuma anggap kamu adik, Akram," ujar Amaliya tertawa."Kak, aku serius nih," ujar Akram terus mendesak sang kakak.Amaliya pun mencium Alia dan pergi menuju butiknya dan saat bersamaan, Oma Siska pun datang."Eh, Oma, aku titip Alia ya," ujar Amaliya kemudian berpamitan dan meninggalkan Akram yang kesal."Udah, Om, sarapan sini sama Alia," ajak sang keponakan.Akram pun sarapan roti dengan selai nanas yang sudah disiapkan Oma."Jangan sedih, Om, kalau menurut Alia, Om Akram sama Tante Eliza itu nggak cocok, nggak satu frekuensi!" kata Alia dengan polosnya."Apaan sih frekuensi segala, emang kamu mau dengerin radio?" kata Akram dengan wajah manyun.Oma Siska pun tertawa."Udah ah, aku sarapan di mobil aja, bye!" Akram pun bangkit dari kursinya, seketika Alia menahannya."Kebiasaan orang dewasa kalau dinasehati anak kecil pasti nggak terima!" ejek Alia membuat Akram semakin kesal.Oma Siska pun tertawa melihat tingkah sang cicit yang membuat omnya kesal.****Di butik AmaliyaEliza pun datang, sesuai janji, Amaliya sudah menyiapkan gaun pengantin yang cantik untuk dipakai sahabatnya dihari pernikahannya."El, kamu cantik banget? Aku bahagia banget, bisa membuatkan gaun cantik ini buat hari bahagiamu." Amaliya pun berkaca-kaca, ia terharu sahabat yang sudah lama hilang, kini akan menikah dengan pria yang dicintainya."Ada yang kurang nggak? Kalau ada, biar kuperbaiki," ujar Amaliya yang memperhatikan gaun itu dengan seksama."Udah perfect kok, makasih ya, Liya, kamu emang sahabat terbaikku," ujar Eliza tersenyum."Ohya, ini undangannya," kata Eliza sambil memberikan undangan pernikahannya.Amaliya pun tersenyumMalam hari bersama Mihran di dalam kamar"Sayang, ini undangan Eliza," ujar Amaliya memberikan undangan pernikahan Eliza dan tunangannya.Seketika wajah Mihran berubah, penuh kecemasan."Kayaknya aku kenal deh," kata Mihran sambil mengambil gawainya dan menghubungi seseorang.Tidak lama, gawai Mihran berbunyi"Sayang, lihat ini. Temanku bilang, dia mantan istrinya. Dia sudah 4 kali menikah dan dia suka melakukan KDRT sama mantan-mantan istrinya," terang Mihran memberitahu jawaban temannya."Eliza harus diberitahu. Dia pasti nggak tahu soal ini," bujuk Amaliya, karena panik tidak ingin sahabat yang sudah dianggapnya saudara salah memilih suami.Akankah pernikahan Eliza dan Dygta berlanjut ataukah batal?bersambung ....Hari pernikahan Dygta dan ElizaPagi ini Eliza akan dipersunting oleh Dygta, lelaki pilihan papanya yang sudah menginginkan Eliza menikah. Dygta adalah seorang pengusaha muda yang sukses. Sayang, kisah percintaannya selalu berakhir dengan perceraian. Tiga kali menikah dan semuanya berakhir karena KDRT. Dygta memiliki emosional yang di luar lelaki kebanyakan, terlebih saat ia sedang merasa cemburu pada pasangannya. Dan salah satu teman baik Mihran, adalah salah satu korbannya. "Mbak, sudah selesai ya," ujar si MUA yang mendandani Eliza yang terlihat cantik di hari bahagianya. Saat hendak bersiap turun ke ruangan di mana Dygta dan penghulu sudah menunggunya, Amaliya datang menghampirinya. "El, kamu harus memikirkan lagi tentang pernikahan ini. Teman Mihran itu nggak mungkin bohong. Dia itu mantan istrinya dan tahu betul siapa Dygta," kata Amaliya yang sudah dilanda kecemasan karena Eliza, sahabatnya akan menikahi pria yang salah."Mungkin kamu salah orang, Ly," jawab Eliza mencoba t
"Pada akhirnya, setiap manusia menjalani takdir yang Allah gariskan, walau tidak sesuai rencana manusia."Eliza akhirnya memutuskan meninggalkan acara pernikahannya dengan Dygta. Kata-kata Mihran telah meluluhlantakkan hatinya, kembali .... Eliza pun pergi membawa mobilnya dengan sangat laju tanpa tahu ke mana arah tujuan. Derai tangisnya di dalam mobil, meluahkan semua perasaannya. Eliza menangis bukan karena kegagalan pernikahannya, tetapi karena saat ia ingin melangkah pergi sejauh mungkin dari kehidupan Mihran, Allah justru punya rencana lain.Di dalam gedung pernikahan"Kok Eliza nggak balik-balik. Ada yang aneh," batin Dygta. Dygta pun menyusul Eliza ke toilet. Ia pun bertemu Amaliya dan Mihran yang masih berada di depan toilet. "Eliza, Sayang, kamu di mana? Semua udah nunggu kamu loh," panggil Dygta dengan suara lembut.Dygta pun masuk ke dalam toilet dan dia kaget karena tidak menemui Eliza di dalam. Ia pun menghampiri Mihran dan Amaliya dengan wajah penuh kemarahan dan emo
"Jangan pernah memasukkan wanita lain ke dalam rumahmu Jika ipar saja maut, apalagi sebatas sahabat?""Hai, sorry ya, udah waiting aku?" sapa Oma Siska saat bertemu dengan geng sosialitanya. "Nggak apa-apa," ujar Oma Rina, sambil mereka kiss-kiss manja ala oma-oma."Demi hangout bareng kalian nih, aku sampai bawa cicitku. Nggak masalah kan?" tanya Oma Siska pada geng sosialita oma cantiknya. "Oh, nggak apa-apa.""Eh, kalian tahu nggak, dirumah anakku lagi rame joget-joget, apa gitu aplikasinya," kata Oma Rindu bercerita. "Alia tahu. Itu tiktok!" ujar Alia ikutan nimbrung. "Ooo ... tiktok," jawab mereka bersamaan. "Yuk, Alia ajarin!""Yuk, boleh nih!"Alia mengambil gawainya dan mulai membuka aplikasi itu dan mengajak oma-oma cantik itu berjoget layaknya ABG. Oma Siska pun ngambeg dan mengajak Alia pulang.****"Kamu ganti baju pakai bajuku dulu ya," ujar Amaliya pada Eliza saat mereka sampai di rumah megah Amaliya dan Mihran. Eliza pun mengangguk."Sayang, aku antar Eliza ke k
"Berhati-hatilah pada setiap wanita di luar, sekalipun itu sahabatmu sendiri."Amaliya sudah tertidur. Eliza terbangun karena ia haus. Eliza pun memutuskan keluar kamar sendiri tanpa membangunkan Amaliya yang terlihat lelah dan sudah pulas tertidur. Saat mengambil minuman, Eliza melewati ruang kerja Mihran. Terlihat, Mihran masih bekerja, walau sudah pukul 23.00."Bertahun-tahun aku bersembunyi darimu. Selama ini aku hanya melihat wajahmu yang tersimpan dalam kenanganku. Sekarang, kamu ada didekatku. Dan aku masih merasakan getaran yang sama saat memandangmu.""Aku harus pergi, sebelum Mihran melihatku," batin Eliza. "Hei, El, ngapain kamu disitu? Ayo sini, masuklah, kita ngobrol di sini," tegur Mihran. "Kamu kenapa belum tidur? Masih kepikiran soal tadi?" tanya Mihran sambil menyuruh Eliza duduk di dalam ruang kerjanya. Eliza hanya mengangguk. "Kamu sendiri kenapa belum tidur?" tanya balik Eliza pada Mihran. Mihran pun tertawa. "Kamu tahu nggak, selama 8 tahun menikah, baru ka
"Luka yang paling menyakitkan adalah saat mencintai dalam diam."Oma Siska datang ke rumah Amaliya dan Mihran. Bel pun dipencetAlia membuka pintu dan menyambut oma buyutnya itu dengan ceria. "Wah, Oma pasti mau baikan sama Alia kan? Sampai pagi begini udah datang? ujar Alia.Oma Siska langsung masuk tanpa menghiraukan perkataan cicitnya itu."Oma .... ""Oma datang ke sini bukan mau baikan sama kamu. Ayah sama Bunda kamu ke mana? Tante Eliza?" tanya Oma Siska memperhatikan sekeliling rumah Amaliya yang tampak sepi. "Ayah udah berangkat ke kantor. Tante Eliza juga udah pergi, nggak tahu ke mana. Kalau Bunda .... "Belum tuntas Alia menjawab, Amaliya datang mengambil segelas air dan terburu-buru untuk berangkat ke butiknya. "Amaliya, Eliza bisa nginap di rumah kamu ini gimana ceritanya?" tanya Oma Siska dengan wajah sedikit kesal. "Duh, Oma nanti aja ya ceritanya. Aku lagi buru-buru ditunggu sama klien. Lain kali aja ya. Dah, Sayang, Assalamualaikum," jawab Amaliya sambil mencium
"Tidak dikatakan beriman, sebelum Allah mengujinya.""Gimana hasil meetingnya?" tanya Amaliya, saat keluar kantor menggandeng mesra Mihran. "Tebak dong?" jawab Mihran tersenyum. "Kalau dari muka kamu sih, aku yakin meetingnya berhasil," kata Amaliya tertawa.Mihran pun tertawa"Pokoknya clientku langsung setuju waktu aku ngajuin Eliza jadi brand ambasador produknya," terang Mihran pada sang istri. "Kalau gitu, kamu harus terimakasih sama Eliza," ujar Amaliya tersenyum. Mihran dan Amaliya pun berpelukan."Elizanya di mana?" ujar Mihran."Coba kamu telepon, Sayang, tadi sih dia bilang mau ke rumah Papanya," ujar Amaliya. Mihran pun mengeluarkan benda pipih itu dari saku celananya. Sekali dua kali, tidak ada jawaban. Mihran pun mulai bertanya, Amaliya pun jadi khawatir. Amaliya pun mengeluarkan gawai dari tasnya untuk menghubungi Papa Eliza. [Hallo, Om, ini Amaliya. Eliza ada di sana?][Iya, tapi dia lagi ketemu sama Dygta]Amaliya pun menatap nanar ke arah Mihran. Mihran bingung,
Eliza membuat podcast"Terkadang kita sudah membuat rencana begitu rapi. Tetapi takdir menghancurkan segalanya. Seperti ombak memporak-porandakan istana pasir. Dan dia adalah ombak, karena aku selalu ada didekatnya. Istana pasirku akan hancur. Aku tidak punya pilihan lain lagi, selain menjauh darinya. Begitu selesai aku membantunya, aku akan kembali ke Amerika. Di mana ombaknya tidak dapat mencapaiku. Dan tidak dapat menghancurkan istana mimpiku.""Eliza!"Panggilan Mihran, membuat Eliza yang sedang asyik membuat podcast digawainya pun dibuat kaget. Mihran pun mendekati posisi Eliza yang kini sedang menikmati debur ombak pantai. "Kamu lagi apa?" tanya Mihran. "Nggak apa-apa. Gimana, setnya udah siap?" tanya Eliza mengalihkan pembicaraan. "Udah, Yuk!" ajak Mihran, menarik tangan Eliza menuju lokasi tempat mereka akan syuting. Rumah Mihran dan AmaliyaOma pun datang, berjalan perlahan, memperhatikan sekitar dalam rumah sang cucu yang nampak tak berpenghuni itu. "Liya, Liya .... "
"Takdir dapat merubah doa. Namun, saat mencintai pria beristri, apakah itu takdir Allah?"Sebelum melanjutkan, jangan lupa follow, subscribe and rate ya! Terimakasih atas dukungannya. Yang belum, jangan lupa subscribe biar author semangat update ya dan kalian nggak ketinggalan ceritanya ❤****"Kamu ini apa-apaan sih? Aku ini sudah punya istri, sahabat kamu sendiri! Nggak mungkin aku mengkhianati istriku!" Mihran pun beranjak pergi, meninggalkan Eliza begitu saja. Eliza yang merasa bersalah, akhirnya mengejar Mihran. Eliza setengah berlari dan berteriak memanggil Mihran hingga akhirnya Mihran menghentikan langkahnya. "Mihran, tunggu! Maaf, aku mencium kamu untuk membuktikan sesuatu," ujar Eliza yang kini berhadapan dengan Mihran. "Apa yang mau kamu buktikan?" tanya Mihran tegas, dengan wajajmh sedikit kesal. "Selama ini, aku pikir, aku mencintai kamu. Tetapi, setelah mencium kamu tadi, aku nggak merasakan getaran apapun. Itu tandanya aku nggak pernah mencintai kamu. Dan sekarang,
Permintaan Eliza untuk pindah ke Amerika membuat Mihran dilema. Di satu sisi, ia ingin mempertahankan rumah tangganya bersama Eliza.Mihran tidak ingin gagal. Terlebih harus kehilangan Dhika jika ia tidak bisa menuruti semua keinginan istrinya itu. Hanya berserah pada Allah dan berdoa, tempatnya mencurahkan semua kegelisahannya."Ya Allah, Engkaulah yang lebih tahu apa yang terbaik buat kami. Jika kepindahan kami ke Amerika itu yang terbaik menurutmu, mudahkanlah ya Allah. Tapi jika itu bukan yang terbaik untuk kami, berikanlah jalan lain agar kami bisa hidup dengan tenang, aamin ...."Mihran menyelesaikan doanya, walau ia belum juga bergerak dari sajadah. Hatinya cemas. Perasaannya tidak menentu. Membayangkan harus tinggal jauh dari Jakarta. "Selama ini aku tinggal di Jakarta, aku selalu teringat Amaliya. Aku nggak bisa move on darinya. Apalagi sekarang ada Ayu yang sangat mirip dengan Amaliya.""Aku nggak boleh tergoda sama Ayu. Aku kapok. Aku nggak mau mengkhianati istriku lagi.
Arumi mencoba membujuk suaminya. Ia berharap jika sang suami mengubah keputusannya untuk mengajukan gugatan perceraian me pengadilan agama."Mas, tolong pikirkan lagi keputusan kamu, Mas," pinta Arumi memelas. Namun, sepertinya keputusan Taher sudah tak bisa diubah."Maafkan aku, Arumi. Keputusanku sudah bulat. Aku akan mengurus arsip perceraian kita agar aku juga bisa mengesahkan pernikahan aku dan Della," tutur Taher tegas.Jawaban suami yang telah didampingi puluhan tahun itu membuat Arumi syok. Ia tidak menyangka, jika suaminya itu lebih memilih cinta masa lalunya."Tega kamu, Mas. Tega kamu melakukan ini sama aku. Bunuh aja aku, Mas. Kamu bunuh aja aku sekalian. Bunuh, Mas!" teriak Arumi histeris.Teriakan Arumi yang terdengar nyaring akhirnya membuat Oma Siska bersama Malik dan Indah masuk ke dalam kamar Arumi. Terlihat pertengkaran itu membuat Arumi telah banjir air mata."Ada apa ini?"Oma Siska pun akhirnya menarik paksa anak lelakinya keluar dari kamar. Sedangkan Indah berus
Arumi yang mulai membaik akhirnya diijinkan pulang. Ditemani anak dsn menantunya, Arumi pulang ke rumah Oma Siska. Sesampainya di rumah, Oma pun menyambut hangat kedatangan anak perempuannya.Walau sudah ditalak oleh Taher, Arumi tetap tinggal di kediaman Oma Siska. Itu demi memenuhi keinginan mama mertuanya itu, setelah puluhan tahun menikah dengan Taher, Arumi telah dianggap anak oleh Oma Siska."Ma, mama istirahat di kamar dulu ya," ujar Indah. Indah pun memapah mama mertuanya untuk masuk ke kamarnya."Mama istirahat di sini dulu ya, Indah mau ambilkan makanan buat mama dulu," ujar Indah. Namun, belum saja melangkah Arumi langsung menarik tangan menantu perempuannya itu."Enggak usah, Indah. Mama enggak mau makan," sahut Arumi."Tapi mama harus makan, biar keadaan mama cepat pulih," bujuk Indah."Untuk apa, Indah? Toh mama sakit, papa kamu tidak perduli sama sekali. Sekalipun tidak mau menjenguk mama di rumah sakit," jawab Arumi dengan tatapan mata yang kosong.Indah pun terdiam. I
"Mel, kamu kok ke sini nggak bilang-bilang dulu?" ucap Ridho yang kaget melihat kedatangan Amaliya ke kantornya.Amaliya yang emosi mengetahui mamanya di celakai oleh Eliza pun mendatangi kantor Ridho dan ingin mengakhiri semuanya."Penyamaran ini harus segera di akhiri. Ini sudah terlalu lama, Ridho!" ucap Amaliya emosi."Kamu kenapa, Mel?""Eliza berusaha mencelakai mamaku. Kalau dia nekat, bisa aja dia membunuh mama sama seperti yang dia lakukan padaku. Aku nggak mau itu terjadi. Lebih baik kita akhiri semua penyamaran ini," tutur Amaliya."Enggak, Mel. Kamu harus bersabar. Sekarang ini aku sedang menyelidiki siapa Dhika sebenarnya. Karena aku yakin, Dhika bukan anak kandung Eliza," sahut Ridho.Ridho berusaha meyakinkan Amaliya. Menyusun kembali rencana agar mamanya bisa selamat tanpa harus membongkar penyamaran ini."Kamu harus sabar. Semua yang kita lakukan akan sia-sia kalau kita bongkar sekarang, Mel!" tegas Ridho.Della akhirnya sampai di rumah yang ditinggalinya. Rumah milik
Bayangan itu kembali datang dalam ingatannya. Bagaimana menderitanya Oma Alia dan Mama Ainun saat harus terusir dari kehidupan Opa. Oma Siska sudah membuat keluarganya hancur berantakan. Bahkan. harus merasakan pedihnya terusir ke sana dan ke sini."Tidak. Dendam ini harus tetap ku lanjutkan. Aku enggak boleh menghentikan semua ini demi cintaku pada Amaliya. Aku harus tetap menjalankan semua rencana yang sudah ku susun," gumam Ridho.Indah akhirnya mencoba menghubungi suaminya untuk memberitahu soal kondisi mama mertuanya.[Halo, Mas. Mas, kamu di mana? Papa sudah menjatuhkan talak sama mama.][Papa talak mama, Indah?][Iya, Mas. Sekarang mama syok banget. Kamu cepat pulang ya, Mas. Kasih kekuatan sama mama. Aku nggak tega lihat kondisi mama sekarang.]Malik langsung mematikan teleponnya. Ia bergegas mendatangi ruangan papanya.Di ruangannya Taher sedang memandangi bingkai foto. Foto dirinya dan Arumi di saat masih bahagia."Sebenarnya aku berat harus berpisah dari Arumi. Sudah belasa
Della akhirnya sudah diperbolehkan pulang setelah menjalani beberapa pemeriksaan dan hasilnya baik. Taher pun bersama Eliza terpaksa membawa Della ke rumah Taher yang lainnya. Itu karena Della masih meyakini jika ia istri Taher."Sementara ini biar tante kamu tinggal di sini. Tapi sebisa mungkin kamu nggak tinggal serumah. Setelah dua tertidur, saya akan pulang ke rumah yang lain. Pokoknya kamu tenang saja, tante kamu akan aman di sini," seru papa Amaliya itu."Baik, Om. Saya percayakan semuanya sama om ya," jawab Eliza tersenyum."Saya harus balik ke kantor dulu. Saya titip Della ya," pamit Taher yang bergegas pergi ke kantornya.Setelah Taher pergi, Della pun keluar dari kamarnya. Eliza tentu saja mengambil kesempatan yang ada. Hilangnya ingatan sang tante selain membuatnya aman, Eliza juga menyusun sebuah rencana baru."Aku ngerti perasaan tante. Tante yang sabar ya. Aku juga menjadi istri kedua, sama seperti tante," ujar Eliza. Della pun terkejut mendengar pengakuan sang keponaka
Eliza terus mengalihkan agar Mihran membatalkan rencananya pergi ke rumah sakit. Namun, Mihran tetap bersikeras pergi menjenguk Tante Della."Mihran, kayaknya kita besok aja ya. Badanku lagi nggak enak dari tadi," dalih Eliza."Enggak usah. Sekarang aja ya. Kamu siap-siap!" pungkas Mihran. Eliza pun tidak dapat berkata apapun. Ia hanya bisa menggerutu dalam hati dsn berpikir bagaimana caranya agar rahasia itu tetap aman."Gimana ini, kalau Mihran ketemu Tante Della, bisa gawat. Kacau semuanya!" gumam Eliza dalam hati.Ani pun mencoba diam-diam mendatangi kamar Ayu. Ia harus menyelinap memberitahu sebuah informasi tentang sadarnya Tante Della."Yu, aku ada berita penting," ungkap Ani."Info apa?" tanya Ayu penasaran."Tante Della udah sadar. Sekarang Pak Mihran dan Bu Eliza sedang menuju rumah sakit. Yu, udah dulu ya. Ani mau kerja lagi, takut Ijah tahu bisa ngadu dia nanti," ujar Ani yang langsung meninggalkan kamar Ayu.Setelah memastikan Ani keluar dari kamarnya, Amaliya pun mengam
Seperti dugaan Eliza, Mihran memang mencurigainya dan mulai menginterogasinya. Bahkan tekanan Mihran membuatnya sulit menutupi kepanikannya."Kamu curiga kalau Dhika itu bukan anak aku, sama seperti kakaknya Ayu?" pekik Eliza."Siapapun yang melihat kamu, pasti akan berkata yang sama. Kamu itu nggak bisa dekat dengan anak kandung kamu sendiri," cecar Mihran."Jadi mulai sekarang, kamu dekati Dhika. Ambil hatinya," suruh Mihran. Mihran pun bergegas masuk ke dalam kamarnya.Eliza pun mulai geram. Karena kata-kata Mihran, ia jadi dicurigai suaminya sendiri."Enggak adiknya, enggak kakaknya, sama saja bikin kesal!" gerutu Eliza."Semua rencana aku jadi berantakan!"-------Setelah berada di dalam kamarnya, Amaliya pun mencoba menghubungi Ridho untuk mempertanyakan soal kata-katanya yang justru semakin membuat Eliza akan membencinya.[Halo, Ridho. Maksud kamu apa sih tadi ngomong gitu sama Eliza?][Oh, aku sengaja ngomong gitu biar Mihran curiga. Aku juga ingin memancing emosi Eliza. Biar
Amaliya terus berpikir caranya keluar dari kamar sempit dan pengap ini. Memperhatikan sekeliling hingga akhirnya ia melihat sebuah jendela kecil. Amaliya akhirnya menggunakan sebuah meja kecil yang ada di dalam kamar untuk naik dan berusaha keluar melalui jendela kecil itu.Karena suara berisik dari dalam kamar, membuat kedua anak buah Eliza curiga dan akhirnya membuka pintu kamar yang terkunci."Heh, jangan kabur, luh!" teriak seorang pria bertubuh tinggi besar itu.Amaliya pun berhasil loncat keluar dan kabur meninggalkan rumah sempit tempat penyekapan. Namun, kedua anak buah Eliza tidak begitu saja menyerah. Keduanya pun mengejar Amaliya yang berlari sekuat tenaga. Sayangnya mereka pun berhasil menarik paksa Amaliya kembali."Lepaskan saya!"Amaliya terus berontak ketika kedua preman itu membawa paksa untuk kembali ke rumah penyekapan. Tiba-tiba ada 2 pria bertubuh tinggi besar datang menyelamatkannya. Kedua anak buah Eliza pun dibuat kocar-kacir setelah kalah baki hantam."Kalian