DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 29Aku berdiri diam, menunggu hingga isak tangis di dalam toilet mereda dan kucuran air berhenti. Lalu, pintu terbuka dan sepasang netra yang basah menatapku dengan raut terkejut."Kenapa kau menungguku?"Aku tersenyum getir. "Bukankah kita biasa seperti ini? Kenapa harus berubah?""Harus. Nadya, bukankah sudah ku suruh kau agar melupakan aku? Anggap saja kita tidak saling kenal."Suara Intan bergetar. Aku mendekat, menyisakan jarak sekian centi dari wajahnya."Apakah menurutmu semudah itu? Aku tidak tahu apa salahku Intan. Katakan! Katakan apa salahku!"Intan diam saja. Dia berusaha memalingkan wajah dariku. Namun kupaksa dia agar tetap menatap mataku."Apa kau marah karena aku memberi nomor ponselmu pada Ayah kandungmu?"Ada sedikit sentakan dalam ekspresi wajahnya. Lalu datar."Intan, aku minta maaf untuk itu, tapi aku tak bisa membiarkan seorang Ayah yang menyesali kesalahannya dimasa lalu, cemas pada keadaan putrinya."Mungkin aku salah karena te
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 30PoV HARISAku menatap layar ponsel itu tak percaya, lalu memeriksa profilenya demi memastikan dugaanku. Dan ternyata benar. Memang benar dialah Miss Secret, orang yang membongkar jati diriku sehingga aku dipecat dengan tidak hormat dari Universitas. Secara tidak langsung, dia juga yang membuat Jenny murka padaku hingga dia tak mau menemuiku sampai ajal menjemput.Dan, jika dia Miss Secret, apakah dia juga yang membunuh Jenny?Jika menuruti emosi, ingin sekali aku langsung mencekiknya saat ini juga. Tapi, hufff… hah… aku menarik nafas dalam dalam. Aku tak boleh gegabah. Meski nafsuku besar ingin segera membalas perbuatannya, namun aku tak ingin berakhir di penjara. Aku juga tidak yakin dialah yang membunuh Jenny melihat tingkahnya yang lembut dan tubuhnya yang mungil itu. Jenny jauh lebih kuat darinya.Tak lama, kulihat sosoknya keluar dari gerbang pemakaman sambil menyusut matanya. Aku membuang ludah, dasar munafik! Ular bermuka dua!"Maaf, membuat
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 31PoV NADYAAku keluar dari kantor dengan hati gundah. Sikap Intan yang dingin hingga berhari hari ini membuatku gelisah dan tak tenang. Meski ada Tiur dan karyawan lain yang mencoba menghibur, juga Aryan yang rutin mengirim pesan WA, mereka tidak sama. Hatiku terasa hampa, seakan ada lubang besar menganga disana.Aku berhenti ketika mendengar suara langkah kakinya di belakangku. Dan ketika berbalik, aku mendapati Intan tengah berjalan dengan kepala tertunduk. Kupegang bahunya sebelum dia sempat menghindar."Bagaimanapun kau menjauh In, aku tak peduli. Kau tetap sahabatku."Intan diam saja. Dia sama sekali tak mau menatapku."Terserah kau mau berbuat apa, aku akan tetap berada di sampingmu."Kali ini Intan mengangkat kepalanya. Matanya yang sendu itu membalas tatapanku."Nadya, aku mohon berhentilah. Persahabatan kita tak akan pernah sama lagi.""Tapi kenapa?""Suatu saat kau akan tahu." Dia lalu berlari menghampiri motornya. Menghidupkannya dengan
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 32"Kau serius mau berangkat ke kantor?" Tanya Aryan. Pagi pagi sekali dia sudah datang, membawa tiga porsi bubur ayam yang dikemas dalam styrofoam untuk kami bertiga sarapan. Katanya kasihan jika aku harus memasak sementara kepalaku masih pusing. Aku hanya tertawa. Padahal kepalaku baik baik saja, tapi perban besar yang menutupi luka kecil itu memang terlihat agak mengerikan. Belum lagi perban yang membalut ujung kakiku sehingga aku terpaksa memakai selop terbuka sebagai pengganti sepatu. Perban yang menutupi luka bohongan sebagai sandiwaraku demi membantu Salma yang berada dalam tekanan Mas Haris."Serius dong. Aku kan nggak sakit." Ujarku sambil memakai safety belt. Mobil toyota rush hitam yang kemarin menabrak pohon dan hancur bemper depannya kini ada di bengkel. Sebagai gantinya, Aryan membawa Vellfire putih yang pertama kali kunaiki saat dia jadi sopir taksi online."Jangan lupa kau harus berjalan sedikit pincang." Ujar Aryan sambil memutar kun
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 33PoV HARISSuara derum kasar mobil Jeep-ku yang berhenti di halaman luas rumah Ibu rupanya terdengar oleh Ibu. Wanita berusia lima puluh sembilan tahun itu tergopoh-gopoh keluar. Wajahnya yang sembab tampak tersenyum bahagia melihatku datang. Ya. Seperti itulah Ibu. Sebesar apapun kesalahanku padanya, seperti apapun perlakuanku padanya, Ibu akan menyambut kepulanganku dengan senyum yang mengembang."Haris, anak Ibu. Ibu tahu kau pasti pulang."Sesaat, aku terenyuh menatapnya. Dia telah banyak berkorban untukku, meninggalkan kuliahnya di tengah jalan demi merawatku sendiri sejak bayi. Apalagi setelah Ibu menyadari bahwa aku berbeda, tak seorangpun boleh menyentuhku. Semua keperluanku disiapkan oleh tangannya sendiri. Bahkan, Ibu siap menjadi tameng akan murka Bapak.Aku menghela nafas, masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa ruang tengah. Kuhidupkan televisi layar datar dengan ukuran raksasa yang menempel di satu sisi tembok. Dari sini dapat kulihat I
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 34Aku menatap Intan tak percaya, sementara Aryan ikut terpana menatap anak angkat tantenya itu."Kau tidak main-main kan In? Kau sungguh-sungguh melakukannya? Kau tahu? Tindak kejahatan yang kau lakukan ini sangat serius." Aku mengguncang bahunya. Meski dia berkata telah membunuh seseorang, bagiku Intan sama sekali tidak seperti pembunuh. Dia gemetar, pucat dan ketakutan. Dia adalah gadis paling penyayang yang pernah kukenal. Kami selalu meledeknya bagaimana dia kerap datang ke kantor sambil membawa kucing jalanan, memberinya sepiring whiskas yang memang sengaja dia simpan di bawah mejanya. Ya, dia sepenyayang itu bahkan pada hewan terlantar. Bagaimana mungkin dia bisa membunuh manusia?"Aku… aku bermaksud membunuhnya. Aku yang memukul kepalanya sampai dia pingsan, lalu… lalu… lelaki itu datang dan mencegahku."Aku dan Aryan saling tatap. Cerita Intan yang dia ucapkan dengan gugup sungguh jauh berbeda dengan cerita yang pertama kali dia katakan, yan
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 35Tidak ada yang lebih menyesakkan dada, selain melihat dua orang yang lama terpisahkan oleh keadaan kembali bertemu. Di kantor polisi pusat bagian reserse kriminal, Intan dan Riswan Sanjaya akhirnya dipertemukan. Sejak saat Ayahnya dikeluarkan dari tahanan dengan kawalan polisi, air mata Intan langsung merebak. Dia lahir tanpa belaian seorang Ayah lalu menghabiskan tahun tahun penuh derita bersama ibunya. Selama dua puluh enam tahun lamanya, tak ada lelaki yang bisa dia panggil Ayah. Dan kini, ketika akhirnya mereka bisa bertemu kembali, keadaan telah menjadi begitu mengkhawatirkan.Aku menatap lelaki itu, yang tengah memandangi putrinya dengan mata berkaca-kaca, lalu teringat janjinya pada malam yang telah lewat bahwa dia, akan melakukan hal terbaik untuk Intan. Ya. Dia telah melakukannya. Hal terbaik yang bisa dilakukan seorang Ayah adalah melindungi putrinya yang rapuh."Intan, kenapa kau kesini Nak?" Tanya Riswan Sanjaya begitu polisi meninggal
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 36PoV HARIS"Ibu nggak membunuh Jenny Haris!"Tiba-tiba saja, suara Ibu berteriak histeris dari dalam rumah terdengar. Aku terkejut dan berlari masuk. Derap langkah dua polisi itu mengikuti kami. Di dalam kudapati Ibu berdiri gemetar seperti tadi. Dia menatapku dan tiba-tiba menjatuhkan diri begitu aku menghampirinya. Ibu ternyata lebih takut padaku daripada Polisi.Aku terdiam, sesaat bingung hendak melakukan apa. Namun kemudian, ku angkat tubuh Ibu, memeluknya."Buktikan kalau Ibu tidak membunuh Jenny, jika Ibu mau kuampuni." Bisikku di telinganya. Tubuh Ibu menegang dalam pelukanku. Sesaat kemudian, aku meregangkan tubuh Ibu dan memegang tangannya. Di hadapan polisi, aku tak boleh bertindak gegabah. Aku adalah seorang doktor lulusan universitas luar negeri. Aku akan menunjukkan pada polisi bahwa aku taat hukum."Kami akan ikut ke kantor polisi, tapi kami menolak di borgol. Dan saya akan menelepon pengacara saya lebih dulu."Tanpa menunggu jawaban