Home / Romansa / DARI KONTRAK TURUN KE HATI / Bab 3. Cinta Masa Lalu

Share

Bab 3. Cinta Masa Lalu

Author: Xerin
last update Last Updated: 2024-02-15 11:56:39

Ruangan itu terlihat sunyi. Bukan berarti tidak ada orang di sana. Tentu saja Candra, sang bos masih berada di ruangan itu. Tumpukan dokumen yang belum selesai sampai menjelang sore ini sudah cukup membuatnya semakin sakit kepala.

Candra sedang menyandarkan kepala. Beberapa kali terlihat ia memijat-mijat dahinya. Saat pintu terbuka, pria itu langsung melihat ke arah Inka dan Giselle sang sekretaris.

“Sekarang apa lagi? Pergilah, aku tidak sedang ingin berbicara.”

“Hei, selesaikan dulu apa yang sudah kamu buat.” Giselle langsung membalas tanpa ragu. Ia datang bersama Inka.

Candra menatap sang sekretarisnya tidak senang. Gadis itu sama sekali tidak bisa mengerti bila saat ini ia sedang ingin sendirian saja tanpa gangguan. Saat wajah Inka tertangkap dalam pandangannya, ia sedikit merasa senang.

“Oh, soal itu. Nanti saja kita bicarakan. Dan … kamu tak perlu khawatir soal perjanjian itu. Kembalilah bekerja. Aku tidak ada waktu untuk mengurusi hal-hal yang tidak penting di kantor. Untuk apa juga aku menyibukan diri tentang itu.”

Perasaan Inka semakin bercampur aduk. Jika benar seperti ini, apakah itu artinya posisinya kembali aman saja? Bagaimana dengan ajakan nikah? Apa itu juga berarti dibatalkan begitu saja?

“Nah, kamu sudah dengar sendiri, ‘kan? Tidak ada yang akan memecatmu jadi tak usalah kamu risau, oke?” Giselle menuturkan sekali lagi.

Ada satu senyum yang langsung terajut ketika mendengar ucapan Giselle.

“Saya permisi kembali ke ruangan, Pak.” Inka berpamitan. Jika biasanya ia akan galau setiap kali meninggalkan ruangan sang presdir, maka kali ini tidak. Perasaan senang yang tak bisa lagi dipendam harus diceritakan. “Sha, ini adalah hari yang menyenangkan. Ah, akhirnya aku bisa bernapas dengan lega.”

“Ha? Bagaimana?”

“Iya. Aku meski awalnya kejadian ini membingungkan dan membuat sakit kepala, aku bisa bernapas lega sekarang.”

“Eh? Apa yang sebenarnya sedang terjadi, Inka? Tak bisakah kamu langsung mengatakan inti ceritamu?”

“Nanti ya.” Bagaimana pun, semua ini belum boleh diketahui orang lain.

Tidak dipecat hari ini belum tentu besok akan aman. Bisa jadi, karena adanya Giselle, Pak Candra sedikit bersikap baik padanya.

Sementara itu di ruangan sang presdir, Giselle masih perlu tahu alasan di balik semua keinginan Candra yang sama sekali tidak masuk akal. Ada apa sebenarnya?

Heels merah pemberian Candra yang dikenakannya berbunyi merdu saat melangkah. Gadis itu juga duduk menyilangkan kaki dengan tangan di depan dada lalu berkata, “Oi, Candra, bisakah kamu tidak membuat hal yang tidak perlu? Kasihan gadis itu. Kamu tahu, aku sampai melihatnya galau di lantai paling atas.”

“Memangnya apa yang aku lakukan?” balas Candra santai. “Jangan menambah beban pikiranku. Bukankah semua ini hanyalah hal yang biasa?” balas Candra sangat santai. Matanya kembali fokus pada dokumen yang sedang dibacanya dengan serius.

“Astaga! Mana boleh kamu berkata seperti itu. Mungkin bagimu kehilangan pekerjaan bukan ancaman. Kamu sudah lihat CV gadis itu? Ia berasal dari tempat yang jauh dan memilih tinggal seorang diri di sini.”

“Hei, itu bukan urusan kita, Giselle. Kamu terlalu baik pada pegawai. Mungkin karena itulah beberapa dari mereka bahkan tidak sopan. Lihatlah bagaimana Diana bekerja—”

Satu alis Giselle naik. Ia sama sekali tidak senang dengan tanggapan Candra. Tidak ada satu pun yang boleh membandingkannya dengan orang lain.

“Apa ini? Mengapa kamu membandingkan aku dengan Diana? Uh, sangat tidak menyenangkan!”

“Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Ia terlihat berwibawa. Semua yang melihatnya langsung tidak bergeming.”

“Haha! Itu bukanlah karena rasa hormat. Aku tahu apa yang dirasakan oleh para pegawai itu. Percaya padaku, di belakang Diana, mereka menggosipkannya habis-habisan.”

“Mungkin.” Satu balasan singkat sebelum akhirnya sang presdir mengajak sang sekretaris untuk makan siang bersama.

Restoran Lazira menjadi tempat tujuan mereka. Bukan kali pertama atau kedua mereka mengunjungi tempat ini. Sejak masih berkencan, tempat ini menjadi tempat yang paling sering dikunjungi. Tak ayal, Giselle menjadi heran dengan Candra.

“Apakah jika selalu seperti ini kamu akan susah move on dariku? Bagaimanapun, aku adalah mantan terindahmu, bukan?” Giselle sudah mulai dengan ucapannya.

“Jangan percaya diri seperti itu. Justru karena aku sudah terbiasa denganmu, aku masih mau begini. Aku bahkan sudah lupa jika kita pernah berkencan.”

“Uh, aku merasa pedih mendengarnya. Sejak awal memang hubungan itu tidak layak dilanjutkan. Seorang Candra dan Giselle hanya akan menjadi teman abadi, selamanya.”

“Sampai aku memiliki kekasih. Kamu tidak mungkin terus berdekatan denganku. Ada perasaan yang harus aku jaga.”

Well, katakan saja jika saat itu tiba. Aku dengan senang hati mengirimkan surat pengunduran diriku di depan matamu.”

“Jika memang seperti itu yang kamu inginkan, kamu sudah bisa mulai bersiap.”

Keduanya saling bertatapan. Terlihat manis tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Giselle adalah mantan kekasih sang presdir. Keduanya menjalin kasih saat di bangku kuliah. Pendidikan yang sepadan menjadikan keduanya bisa memahami satu sama lain.

Namun, pada akhirnya Giselle tidak bisa melanjutkan hubungan itu. Siapa yang menyangka jika mereka masih merupakan keluarga dekat? Semua ini karena ayah Candra yang ternyata memiliki simpanan secara diam-diam. Simpanan ayah Candra adalah ibu Sasha. Sungguh, sebuah hubungan yang rumit.

“Jangan menatapku seperti itu. Siapa yang menyangka jika pak tua itu masih saja membuat masalah. Kita menjadi saudara tiri karenanya. Mau memaksakan kehendakpun, aku tahu kamu tidak akan mau berada di pihakku,” sindir Candra. “Harta warisan ayah terlalu menggiurkan, bukan?”

“Jika saja aku tak mengingat kebaikanmu dulu, mungkin aku sudah menamparmu sedari tadi. Well, mari hidup berbahagia sebagai saudara. Lagipula, tempat tinggal kita berbeda. Setidaknya, perlahan rasa cinta ini mulai memudar. Bukankah kamu juga yang menginginkannya enyah terlebih dulu?”

“Masih marah soal itu?”

“Aku hanya tidak menyangka bila kamu bisa memaki sampai seperti itu. Pada saat itu, aku pun tidak tahu tentang pria yang selama ini disembunyikan Mama. Lalu, kamu datang dan menudhku yang bukan-bukan.”

“Dua tamparan cukup, ‘kan?”

“Aku masih ingin melakukannya lagi.”

Makan siang berakhir manis. Mengingat bagaimana kehidupan yang lalu bukanlah hal yang penting. Pada kenyataannya, tidak ada yang akan berubah.

“Kuantar pulang kantor nanti, ya?” tawar Candra.

“Untuk apa? Aku bawa mobil sendiri. Lupa?”

“Aku mau mengunjungi Ibumu.”

“Hahaha! Jangan memulai lagi, Candra. Kami sudah hidup tenang meski masih di bawah bayang-bayang ‘Nyonya Besar’ itu.”

“Ibuku juga terluka tentang ini.”

“Aku tahu.”

“Lupakan tentang semua ini. Sekarang adalah bagaimana kita menjalani hidup dengan sebaik mungkin. Betewe, aku sangat tak suka saat kamu mulai dengan aksimu lagi. Kali ini saja, Candra.”

“Oh, aku takut sekali! Tidak ada yang bisa memerintahku, Giselle. Itu juga berlaku bagimu.”

Giselle memilih untuk tidak membalas dan menuju mobilnya. Candra tidak begitu menanggapi kepergian gadis itu. Ada hal lain yang lebih penting untuk disiapkannya. Ia merogoh ponsel dari kantong celana dan mulai menghubungi seseorang.

“Pastikan semua sudah siap. Tempat itu harus nyaman untuk seorang gadis.”

“Baik, Pak.”

Related chapters

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 4. Tidak Ada yang Mudah di Dunia Ini

    Tadinya, Inka sudah menyangka bila kehidupannya kembali normal. Namun, kedatangan Diana dengan wajah datarnya sama sekali tidak menyenangkan. Belum lagi, berita yang dibawanya. Mengapa setiap kali Diana datang pasti membawa berita nelangsa?“Pak Presdir memanggilmu untuk ke ruangan beliau nanti sore sebelum pulang kerja. Pastikan kamu datang ke sana.”Shasha juga ada di sana dan mendengar perintah itu. Sekarang ia bisa mengerti mengapa Inka begitu gelisah saat mendengar kedatangan Diana. Sungguh, bagai burung elang bermata tajam sedang mengincar mangsa yang lemah.Sore itu datang sangat cepat. Kalau bisa menunda, sudah pasti Inka sangat ingin membuat waktu membeku.Tuk tuk tuk!“Masuk.” Singkat, padat dan jelas. Itulah bagaimana Candra memerintahkan Inka.Ritme tak beraturan terasa pada jantung Inka. Ini lebih menyeramkan daripada masuk ke dalam rumah hantu. Ya, mungkin perumpamaan ini sedikit berlebihan.“Pak, maaf … adakah yang bisa saya bantu?”“Duduklah terlebih dulu barulah kita

    Last Updated : 2024-02-15
  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 5. Suasana Baru

    “Aih, tidak usah malu-malu memperkenalkan gadis itu, Candra. Kita ini kan keluarga.” “Dia sibuk dan tidak punya waktu untuk bertemu dengan banyak orang. Apalagi dengan yang tidak terlalu penting.” Candra sengaja membalas dengan kalimat yang menyebalkan. Sontak saja perkataan Candra mendapatkan tatapan sinis dari wanita dengan lipstik berwarna ungu. Itu adalah Desti—simpanan yang berhasil menjadi istri pamannya. “Oh, begitukah caramu berbicara padaku sekarang, Candra? Ah, sepertinya aku tahu jika gadis pilihanmu kali ini mungkin lebih buruk dari yang sebelumnya. Astaga, seleramu memang sangat menarik.” “Bibi tidak perlu mengurusi urusan keluarga kami. Bibi hanyalah orang asing.” “Candra!” Candra berdiri dari kursi dan mengakhiri makan malamnya. Tidak ada yang menyenangkan di sana. Lagipula, ia harus segera menjemput Inka dari ancaman para penagih. Mobil berwarna hitam siap mengantarnya pergi. “Jadi, apa sekarang kamu akan pergi lagi? Gadis itu kah?” tanya sopir pribadinya. “Ya.

    Last Updated : 2024-03-29
  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 6. Terlalu Jauh Melangkah

    Tempat yang nyaman ternyata sama sekali tidak membuat Inka tidur dengan nyenyak. Ia sering terbangun dan memeriksa kembali keadaan di sekitarnya. Dalam pikirannya Candra akan datang dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Inka dalam mode waspada.Rasa kantuk yang tak tertahan itu terpaksa dilawannya dengan serangan kafein. Ia baru saja menghabiskan satu gelas kopi dan akan menambah lagi. Saat di sana, bertemulah ia dengan Giselle.“Hei, Inka. Selamat pagi!” sapa Giselle dengan riang. “Kenapa tidak membalas pesanku? Semalam aku sampai tidak bisa tidur karena memikirkan bantuan apa yang bisa kuberikan.”“Ah itu ….” Jika sudah begini, ia tak tahu hars menjawab bagaimana. Bantuan yang diinginkannya telah dipenuhi orang lain. “Aku ingin pinjam uang tetapi tak jadi.”“Astaga! Maafkan aku. Seharusnya aku segera membalas. Kamu pasti butuh sekali ya kemarin?”“Tidak apa-apa. Aku mengerti kalau Anda sibuk.”“Ah iya, ini memang masih pagi. Um … Pak Presdir memanggilmu.” Giselle menepuk bahu

    Last Updated : 2024-03-30
  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 7. Wanita Bernama Andita

    Meski ragu untuk mengatakannya lebih jauh, Inka pada akhirnya harus tetap memberitahukan kepada keluarganya. Ia tahu jika ‘nenek sihir’ yang berada di sisi ayahnya pasti akan berkomentar ini dan itu atau bahkan mebuat sang ayah tidak bisa datang ke pernikahan itu.“Ayah bisa datang, ‘kan?”“Kamu ini bicara apa? Ayah pasti akan datang ke acara pernikahanmu.”“Itu … aku juga mau menyampaikan kalau bulan depan. Maaf jika semua ini sangat mendadak. Candra dan keluarganya akan datang ke sana dan melamarku secara resmi.”“Tidak perlu. Ia akan mengeluarkan banyak uang jika terbang ke sini. Kasihan, pria jaman sekarang biasa tidak punya tabungan. Sayang sekali ya, pria yang ingin dijodohkan denganmu di sini sebenarnya orang kaya. Ayah jadi enak enak dengan keluarganya.”“Jadi karena dia anak orang kaya kalian mau menjodohkanku? Sayang sekali juga ya … aku menemukan orang lain yang lebih baik di sini.”Inka tertawa kecil sehingga membuat ayahnya berhenti berbicara. Soal uang sama sekali bukan

    Last Updated : 2024-04-01
  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 8. Bocil Kaya Raya?

    Inka lupa tentang sesuatu yang harus dikatakannya pada seseorang. Jika keluarganya sudah tahu, lain hal dengan Sasha. Entahlah nanti gadis itu akan terkejut atau sebaliknya. Sebenarnya, ia masih ingin menahannya lagi sampai saat acara lamaran. Namun, itu bisa saja membuat Sasha jadi benci padanya. Untuk seseorang yang sering terbuka dengan masalah, Inka merasa tidak adil jika tidak berbagi cerita ini.“Coba katakan sekali lagi, Inka?” Mata yang membesar dan raut wajah heran sudah ada pada Sasha. “Apa aku tidak salah dengar?”Sasha mengambil dokumen yang tipis lalu mengipas-ngipaskannya.“Tidak panas kenapa kipas-kipas, sih?”“Kamu! Bisa-bisanya kamu merahasiakan kalau Presdir kita adalah kekasihmu. Pantas saja sejak awal aku merasa kamu terlalu menghindarinya. Oh, ternyata ini adalah alasannya.”Kalimat bagaimana yang bisa meyakinkan Sasha jika Inka sendiri pun sebenarnya tidak tahu tentang keadaannya. Semua ini terjadi begitu saja pada hidupnya. Ia memang bersyukur telah lepas dari h

    Last Updated : 2024-04-02
  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 9. Kesedihan Wanita

    “Adi!”Teriakan seseorang dari depan resto membuyarkan dua pikiran yang sedang mereka-reka apa gerangan hubungan anak kecil itu dengan Pak Candra.“Mama!” teriak anak kecil yang bersama mereka. Anak itu juga turun dari kursi dan berlari menuju ibunya.“Adi, kamu membuat Mama khawatir!” Sesaat kemudian, wanita itu melangkah maju dan menemui Sasha dan Inka lalu berkata, “Terima kasih ya sudah menjaga anakku. Astaga, aku hampir gila dibuatnya!”“Kebetulan kami melihatnya.” Sasha langsung membalas.Mata wanita itu lalu tertuju pada makanan yang ada di atas meja. Ia menatap wajah anaknya dan mulai menatap dengan tajam.“Aku tidak memintanya, Ma. Mereka yang menawari aku makan,” ucapnya. “Iyakan, Kak?” Menunggu sebuah konfirmasi dari Sasha dan Inka.“Tidak apa-apa, Bu. Kami senang bisa membantu.”Lain di mulut dan lain di hati. Bagaimana pun juga Sahsa masih menganggap makanan seharga 80.000 itu mahal. Sasha dan Inka merasa seperti pahlawan kali ini.“Duh, aku kayak enggak sopan sekali ya.

    Last Updated : 2024-04-03
  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 10. Katanya, "Segera Punya Anak!"

    “Papamu akan datang nanti. Kalau memang sudah waktunya.” Balasan dari belakang Andita membuatnya terkejut. Itu adalah Candra. Sungguh, ia sama sekali tidak ingin adik lelakinya menjanjikan sesuatu yang belum pasti. Anak laki-lakinya pasti akan menuntut semua itu. “Jangan dengarkan Pamanmu. Ia hanya berbicara sembarangan.” Andita mencoba untuk menjauhkan Adi dari Candra. “Hei, aku ini tidak sedang berbohong. Aku sendiri yang akan membawa laki-laki itu untuk datang. Ia perlu menjenguk Adi beberapa kali.” “Hentikan, Candra! Aku tidak mau bertemu dengannya!” “Bukan untukmu. Ini untuk keluarga kecil yang akan kubangun nanti. Aku tak mau istriku menyangka aku sama sekali tidak perhatian dengan keluargaku.” Candra lalu menunduk sejajar dengan Adi. “Papamu akan datang nanti.” *** Hari demi hari terus berganti. Mau tak mau, banyak persiapan yang harus diperbuat pasangan calon pengantin itu. Jika saja ia tidak menggunakan jasa WO, itu akan membuat mereka lebih sibuk lagi. Di sela-sela

    Last Updated : 2024-04-04
  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 11. Munculnya Pria Lain

    Inka mengambil kesempatan untuk berbicara 4 mata dengan Candra. Ia membawanya ke luar, di dekat kolam. Ada tempat duduk di sana dan mereka bisa berduaan saja. Ini tidak seperti yang ada dalam perjanjian mereka. Tidak ada kontak fisik atau semacam itu. Bagaimana bisa muncul pembicaraan tentang anak?“Kamu ingin berduaan denganku, ya?” goda Candra.“Bukan! Sama sekali bukan itu! Kita perlu meluruskan semua ini. Mengapa mereka—tidak, kamu juga. Apa maksudnya tentang anak? Hei, tidak ada anak dalam perjanjian kita.”Candra menikmati rasa khawatir Inka. Ia ingin mempermainkannya lebih jauh.“Bukankah wajar jika dalam pernikahan ada anak. Aku dan kamu juga tidak bisa menjamin jika kita berdua ternyata bisa terjebak dalam nafsu nantinya—”Inka menutup kedua tangannya. “Hentikan! Aku tidak mau mendengarnya!”“Hahaha! Kau ini lucu sekali! Aku hanya sedang berusaha meyakinkan pihak keluargaku. Mana bisa mereka percaya begitu saja kalau aku akan menikah. Perkataanku tadi adalah cara yang paling

    Last Updated : 2024-04-05

Latest chapter

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 51. Pernikahan Kami

    "Jangan terlalu percaya diri, Candra. Tidak semua yang kamu bayangkan akan kamu dapatkan." Inka menegaskan sekali lagi. Itu hanya di mulut saja. Kenyataannya, ia adalah orang yang perlu mendapatkan peringatan keras agar tidak jatuh cinta pada Candra. "Kamu lapar?" Candra menggunakan topik lain. "Ayo bersiaplah, kita makan di luar saja. Ah, ini adalah pemborosan di rumah tangga."Inka melipat tangan di depan dada lalu memasang wajah kesal. "Kamu ini sebenarnya punya banyak uang atau tidak, sih? Hanya makan di resto saja mengeluhnya sangat luar biasa!""Tetap saja jika menghamburkan uang, kita bisa jatuh miskin."Kata 'kita' begitu manis untuk diucapkan. Telinga gadis itu mulai panas. Bagaimana bisa Candra mulai menyatukan mereka dengan seenaknya. "Kalau memang keberatan, ya sudah ... aku akan masak sekarang," keluh Inka. Ia menuju dapur, membuka kulkas dengan kasar. Matanya mulai melihat-lihat bahan makanan di sana yang bisa dijadikan makanan. "Kalau tidak mau mengajak makan, ya ja

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 50. Jangan Jatuh Cinta

    “Inka, kenapa harus bersembunyi, sih?” “Siapa yang bersembunyi? Aku hanya tidak mau berbicara denganmu!” “Memangnya susah ya tinggal di sini? Ini bagus untuk kita. Semakin sedikit orang yang kita temui, semakin baik. Kamu lupa soal kontrak itu?” “Terserah kamu saja! Lagipula, apa pun yang aku katakan tidak akan berpengaruh padamu!” Inka gusar. Ia tahu tidak memiliki power menghadapi Candra. Hidup terkurung selama 11 bulan tersisa hanyalah yang bisa ia lakukan. Kontrak sudah berjalan, tidak ada celah. Setelah dipikirkannya kembali, uang bulanan dari Candra cukup besar. Setidaknya, itu bisa menyembuhkan sedikit rasa kesalnya. “Jadi, kamu maunya kita tinggal di mana?” tanya Candra menahan emosinya. “Ayo bicarakan baik-baik. Yang perlu kamu tahu, kalau kita tidak tinggal di sini, maka pilihannya adalah bersama ayahku.” Itu keadaan yang sama menjengkelkan. Inka sudah membayangkan kehidupan seperti di film-film. Apakah ia menjadi menantu yang dikuasai mertua dengan segala kekejamannya?

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 49. Tidak Mungkin Jatuh Cinta

    Andita berhenti dengan kegiatannya. Sayur yang sedang dipotong itu ditinggalkannya. Ia bergerak menuju Inka dan memeluknya erat.“Katakan padaku apa saja yang kamu rasakan. Perlukah aku mencarikan dokter yang hebat?”Saat mendengar suara halus Andita, Inka ingin tertawa keras.“Aku tidak apa-apa, Kak Andita. Aku hanya sedang berpikir saja seandainya ada hal yang buruk terjadi.”“Astaga. Kupikir kamu mau mengatakan kalau hasil pemeriksaan kesehatanmu—”Inka menggenggam tangan Andita. Ia menatap lalu tersenyum. “Kak, aku baik-baik saja. Rahimku sangat bagus. Lalu, Candra juga sangat sehat. Ini tidak ada hubungannya dengan mandul atau sejenisnya.”Satu hal penting tidak bisa diucapkan bibir itu. Perjanjian tanpa sentuhan fisik. Jangankan mau punya anak, tidur satu ranjang pun tidak terjadi.“Jangan membahasnya lagi. Besok ayah dan nenekmu akan kembali ke Paris. Apa boleh aku ikut? Lumayan numpang gratis.”“Tentu. Kenapa tidak? Aku akan bilang pada ayahku secepatnya.” Inka bahkan sudah si

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 48. Semangat Kakak Ipar

    "Jadi, bagaimana dengan malam pertamamu?"Blush!Pipi Inka merona. Pertanyaan dari Andita membuatnya salah tingkah. Meski tidak ada yang terjadi, tetap saja pertanyaan itu terlalu brutal. Apakah semua pengantin baru selalu mendapatkan pertanyaan ini? "Stt! Sudah, meski kamu tidak memberitahukannya, aku tahu apa yang sudah terjadi, hihihi.""Ti-Tidak, Kak. Antara aku dan Candra benar-benar tidak ada apa-apa. Kami langsung tidur begitu hari menjelang malam.""Oh, Inka. Aku sangat tahu Candra. Ia tidak akan membebaskanmu begitu saja." Andita malah menuju kamar mereka. "Uh, sepertinya hal yg brutal terjadi tadi malam." Inka semakin tersudutkan. Kamar yang berantakan karena Inka melempar bantal pada Candra tadi pagi kini membuatnya tidak bisa berkutik."Sumpah! Kami tidak melakukan apa-apa!" Inka sudah hampir gila untuk menjelaskan semua itu."Lupakan saja. Aku akan menganggap seperti itu."Mengelak, memberi alasan bahkan menjelaskan dengan detail pun hanya akan sia-sia. Pada akhirnya In

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 47. Status Baru

    "Kembali bekerja. Sepertinya aku terlalu baik padamu sampai kamu lupa kalau aku adalah bos di sini.""Aku mengerti."Rehan tidak berkutik saat Candra mulai menunjukkan kekuasannya. "Hubungi kembali Rani dan pastikan proyek kali ini berhasil. Aku tidak akn menyerah soal itu.""Itu yang ingin aku bicarakan padamu. Sebenarnya ada sesuatu yang mengganggu pikiranku."Candra memasukkan dua tangan ke dalam saku dan berjalan menuju Rehan yang sedang duduk di sofa. "Apa kamu mencurigai seseorang?" Satu alis mata Candra naik. Rehan mengangguk pelan. Pikirannya kembali pada peristiwa kemarin saat pesta pernikahan itu. Giselle yang tidak tahu jika ada seseorang yang mendengar pembicaraanya bersama orang lain."Kamu yakin mau melihat mantan terindahmu menikah? Bagaimana kalau kita hancurkan pesta ini."Rehan berusaha fokus dan menebak siap yang sedang bersama Giselle saat itu. "Aku hanya ingin menjadi saudara perempuan yang baik. Mengejutkan Inka sudah cukup bagiku.""Ayolah, hanya sekali keme

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 46. Cemburu Kecil

    “Ckckck, berani-beraninya menyebut nama pria lain di hadapan suamimu.”“Emang kenapa? Pernikahan ini hanyalah semu. Aku juga tidak mau menganggap serius perlakuanmu nanti. Tenang saja, aku profersional.” Inka terlalu percaya diri mengatakannya.“Dengan siapa pun tidak masalah. Tentang Rehan aku tidak suka!”Inka semakin terheran-heran dengan tingkah Candra. Mengapa membatasi ruang geraknya? Lagipula, Rehan adalah sepupu Candra. Kenapa ia malah melarangnya untuk dekat dengan pria itu? Sungguh hal yang sama sekali tidak masuk akal!“Meski dilarang, aku tidak peduli. Tidak ada semacam itu di kontrak kita. Aku akan melakukan apa yang kusuka.”Inka meninggalkan Candra di sofa dan naik ke atas ranjang.“Kamu bisa tidur di sofa, oke?” kata gadis itu dengan sangat santai. “Empuknya!”Candra berkacak pinggang. Panas hatinya melihat mantan karyawan yang terlalu berani padanya.“Di mana Inka yang selalu hormat padaku? Aku tidak percaya jika gadis itu sekarang bahkan bisa memerintahku seenaknya.”

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 45. Uang di Malam Pertama

    Tatapan tajam bagai elang yang siap memangsa dihadiahkan untuk gadis berponi di sana.“Harus sekarang membahas tentang perceraian?” Candra benar-benar tidak habis pikir. “Masa ada satu tahun dan kamu sudah memikirkan tentang itu?”“Ya mau bagaimana lagi? Satu tahun itu cepat, kok.” Inka sangat santai saat membalasnya. “Pernikahan kita saja hanya sebulan dipersiapkan. Oh, aku lupa bukan setahun. Sebelas bulan lagi. Kontrak itu di mulai saat aku tanda-tangan.”“Hm … kamu benar-benar ingin bercerai?”Inka mengangguk senang. Senyuman di bibirnya sangat lebar. Saat membayangkan lepas dari perjanjian saja sudah bisa menyenangkan hatinya.“Cerai, ya?”Berbeda dengan Inka, Candra terlihat tidak senang mendengar kata ‘perceraian’. Ia tidak ingin semua itu terjadi.“Oke, aku anggap kamu menantangku. Entahlah tapi … kurasa nantinya kamu akan memohon agar kita tidak berpisah.”“Apa? Haha! Hayalan macam apa ini? Pak Candra, jangan terlalu percaya diri. Aku sudah mendapatkan apa yang kuinginkan plu

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 44. KDRT?

    “Aku ke sini hanya untuk menikmati indahnya suasana vila.”Wanita itu tidak peduli. Ia malah duduk di samping kolam dengan santai. Rehan yang melihatnya lalu bertepuk tangan. Keberanian yang luar biasa untuk membalas perkataan Candra dengan sangat santai.“Kalian berdua benar-benar tidak tahu malu!” umpat Candra.Candra memutuskan pergi dari kolam. Tidak ada gunanya masih berada dan menghirup udara yang sama di sekitar sana. Saat ia kembali ke kamar, Inka terlihat tidur nyenyak di sana. Piyama pink yang dikenakan Inka terlihat lucu malam itu. Candra menghela napas. Itu artinya ia akan tidur di sofa. Sungguh hari yang terlalu menyebalkan!“Kamu sudah kembali?” Inka bergerak dari posisinya yang damai.Candra menoleh ke arah suara dan berkata, “Kupikir kamu tidur.”“Aku hanya berbaring. Ini tempat baru. Aku tidak bisa tidur,” terang Inka. “Waktu pertama di apartemenmu juga aku tidak bisa tidur.”“Kenapa? Karena sekamar denganku? Tenang, aku tidak akan melakukan apa pun padamu.”“Bukan. A

  • DARI KONTRAK TURUN KE HATI   Bab 43. Malam Pertama

    “Hidup berbahagia selamanya!”Sorak-sorak dari penari setelah menampilkan tarian indah terdengar. Inka tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya hari ini. Semalaman ia berpikir panjang tentang ini dan itu. Pada akhirnya, ia ingin menikmati momen indah yang dimilikinya.“Senyummu lebar sekali. Apa kamu senang menikah denganku?” tanya Candra membuat perasaannya terusik. Ia juga sesekali curi-curi pandang pada pengantinnya. Cantik—satu kata untuk menjelaskan tentang Inka.“Aku hanya menikmati setiap momen dalam hidup. Kamu juga, ayo kita menyapa tamu undangan.” Pada akhirnya, Inka mengontrol emosinya.Inka menggenggam tangan suaminya dan mulai perlahan menelusuri taman itu dan menyapa satu per satu tamu dengan senyuman yang paling manis.“Auramu benar-benar keluar dengan sempurna. Duh, duh, duh!” Sasha langsung berkomentar saat didatangi sang pengantin.“Mungkin kamu harus mengikutiku menikah segera,” goda Inka.“Tidak, tidak! Aku mau menikmati masa lajangku sampai puas!” tolak Sasha. “Ak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status