Apakah ada penjelasan paling detail mengenai dunia orang mati? Jawabannya tak akan pernah ditemukan. Orang yang sudah benar-benar mati bukanlah pengelana yang akan pulang kembali ke rumahnya, untuk kemudian menceritakan seperti apa tempat yang sudah dia kunjungi kepada keluarganya. Para peneliti juga tidak bisa mengirim seseorang sebagai delegasi untuk mendatangi dunia orang mati.Ah, bahkan Marcopolo ataupun Columbus tidak melakukan penjelajahan mereka di dunia orang mati, mereka tak pernah mencatat mengenai kehidupan orang-orang setelah mereka mati.Sebenarnya Dimas kira dunia ataupun dimensi yang akan dia masuki adalah dunia yang sama dengan dunia orang mati, namun sepertinya tidak demikian. Sekarang, Dimas mengerti mengapa orang seperti Nala bahkan tidak mengatakan bahwa dia mempercayai adsnya hantu.Orang mati akan tetap menjadi orang mati, semua tentangnya terkubur jauh. Jasadnya melebur bersama bumi, sementara kenangan tentang hidupnya terkubur dalam ingatan orang-orang selama
Krak krak krak! Dimas mendengar suara yang semakin mendekat. Tanpa menoleh, Dimas menggeser posisi tubuhnya. Dia menepi lalu tak bergerak lagi, diam di tempat. Seperti apa yang sudah dikatakan Naya berulang kali, dia tak diperbolehkan untuk berinteraksi dengan makhluk apa pun di tempat itu selain orang tuanya sendiri. Tak lama setelah dia menepi, suara itu akhirnya menampakkan wujudnya. Sosok laki-laki tua bungkuk berjalan dengan sepasang kaki, tapi bukan kaki manusia, melainkan sepasang kaki kuds atau kambing. Selebihnya, penampilannya biasa saja. Suara menyeret yang Dimas dengar, rupanya bukan berasal dari sosok kakek itu, lantaran setelah di kakek lewat pun suara itu masih terdengar mendekat dan belum mencapai Dimas. Sekali lagi, Dimas harus menahan dirinya dan diam di sana. Dia harus menunggu dengan menghitung detak jantungnya yang semakin cepat, berdebar tak karuan menahan ketakutan yang membuncah. Krak krak krak! Akhirnya, sosok yang membuat suara menyeret itu benar-benar
Anis menerima telepon dari Leah begitu mobil yang dikemudikan oleh Bambang belok kiri, sesuai arahan gadis itu. Tanpa mau membuat Leah menunggu, Anis segera menerina panggilan suara dari anak perempuan istri ayahnya itu."Ya, kami sebentar lagi akan sampai. Bagaimana keadaan kalian di sana, Dimas juga bagaimana?" tanya Anis sambil mengubah posisi duduknya.Gadis itu kini duduk mengamping hingga dia bisa menoleh ke arah Dayu yang duduk di belakang. Sebaliknya, Dayu juga maju untuk mendekati kakaknya.Dua gadis itu mendengarkan bersama-sama cerita dari Leah. Saudari mereka yang tak sedarah tapi sudah menjadi begitu akrab dalam kurun waktu satu bulan itu menyampaikan bahwa Dimas sempat kejang dan sesak napas. Kemungkinan besar karena tanda kontrak di telapak tangan kirinya yang meluas, dan dia yang tanpa sengaja berinteraksi dengan makhluk ghaib."Syukurlah jika Nala dan Naya bisa mengamankan Dimas. Lalu bagaimana dengan kamu, Leah, apakah kamu sudah makan?" tanya Anis, mengkhawatirkan k
Dayu yakin sekali bahwa memang Gendislah pelaku dari penumbalan keluarganya. Asap hitam yang menyelimuti rumah dan denyutan hebat di kepalanya adalah sebuah pertanda. Dayu yakin dia sedang melangkah mendekati Danyang, atau seseorang yang telah menjadi sekutu dari Danyang.Tubuhnya bereaksi pada sosok ghaib yang sudah menandainya, menjerat lehernya dengan benang merah tak kasat mata yang menghitung mundur sampai seratus hari. Oh, sekarang tersisa tak lebih dari dua bulan tepatnya."Rumah ini terlalu megah untuk seorang wanita lajang berusia awal tiga puluhan. Bukannya aku bermaksud buruk, tapi dengan perkiraan gaji bulanan Gendis, seharusnya dia membutuhkan waktu lebih lama bagi Gendis untuk menabung dan membeli rumah ini!" Bambang berkomentar dengan jujur dan apa yang disampaikan oleh polisi berpenampilan sederhana itu sangatlah masuk akal.Mereka dipersilakan untuk duduk di ruang tamu dan ditawari minuman. Anis, dalam hal ini beramah tamah dengan menyampaikan bahwa mereka baik-baik s
Bambang langsung berjalan cepat menuju ke arah yang ditunjuk oleh Dayu. Gendis yang menjadi tuan rumah berteriak dan mengatakan bahwa tidak satu pun dari mereka yang memiliki hak untuk memasuki satu ruangan pun di dalam rumahnya. "Benar. Tapi khusus untuk kali ini, aku pikir aku tidak harus bersikap manis di depan wanita durjana seperti kamu!" Dayu berteriak, menuding Gendis dengan jari telunjuknya yang bergetar dan kata berair, wajahnya merah padam. Saat Gendis hendak berlari menghalangi Bambang, Anis menahannya tapi dia berhasil lepas. Tapi, Dayu tak membiarkan Gendis menyusul Bambang yang mulai mendobrak pintu. Dengan gesit Dayu berlari, melompati sebuah single sofa lalu mengejar Gendis dan menarik tangan wanita itu. "Jika kamu memang tidak bersalah, maka diamlah di tempat dan biarkan kami membuktikan bahwa kamu memang tidak bersalah dan bersih dari segala tuduhan!" Dayu memperingatkan Gendis sambil menahan tangan wanita yang sebelumnya selalu dia kenal sebagai wanita yang baik i
Anis masih menghancurkan ruangan itu dan Dayu memandang dari jarak lima meter. Dua meter di depan Dayu, makhluk yang menurut penjelasan Nala adalah sebagian dari diri Danyang yang disimpan di ruangan yang tertutup itu berdiri tegak setinggi tiga meter.Gendis sudah ketakutan sampai terkencing-kencing, sementara Dayu bertahan untuk tetap berani. Dia menahan ketakutannya, mengatur napasnya, dan memberi sugesti pada dirinya sendiri secara terus menerus.Semuanya akan baik-baik saja.Keluarganya akan kembali utuh.Ayah dan tante Sekar akan selamat, begitu juga kebebasannya dan Dimas akan segera datang.Makhluk itu membesar karena memakan ketakutan Gendis. Perjanjian dengan makhluk ghaib seperti Danyang tidak akan bisa diputus, jadi Gendis harus tetap menbayarnya. Ibarat kata, Gendis telah sepakat untuk membeli sesuatu dari Danyang, dia juga sudah mendapatkan apa yang dia minta, maka dia harus membayarnya bagaimana pun caranya.Dengan menggeretakkan gigi, Dayu berusaha menarik Gendis agar
Dayu diam. Memangnya apa lagi yang musti dia lakukan saat dia sendiri sama sekali tak mengenali di mana dirinya tengah berada. Di tengah hutan jati, dengan sebuah jalan beraspal halus yang basah dan angin yang sejuk. Oh, bagaimanapun juga tempat semacam itu bisa ada di mana saja. Seharusnya setelah dia melepaskan jerat kontrak yang mengikat lehernya, dia tidak akan menjadi korban tumbal untuk Danyang lagi. Tapi bagaimana dia justru bisa terjebak di tempat itu dan bertemu dengan Danyang, yang sialnya tampil di hadapannya dalam wujud si lelaki paling menawan dalam penglihatan Dayu sekarang, sendirian, tanpa persiapan. Nala hanya membahas soal detail yang mungkin terjadi di rumah Gendis, tapi dia sama sekali tak membahas soal kemungkinan dia kembali terjebak di alam lain yang tak seharusnya dia masuki. "Sekarang, aku harus bagaimana?" Dayu bertanya. "Jadi, sebenarnya apakah aku berhasil meloloskan diri dari Danyang atau tidak?" tanyanya lagi. Sekali lagi, Dayu bertanya sambil memand
"Semuanya sudah baik-baik saja. Kamu kemarin sempat pingsan, tapi kamu bangun lagi dan seperti menjadi orang lain. Kamu menyerang Gendis, bahkan kamu bisa mengangkat tubuh Gendis dan membantingnya ke lantai. Kakak sangat panik kemarin, tapi untung saja Bambang berhasil menahan kamu. Kamu pingsan setelah itu, dan baru sadar sekarang!" Anis menceritakan apa yang terjadi semalam, kejadian yang bahkan tak Dayu ingat sedikit pun. Ingatan Dayu terhenti di waktu dia melihat makhluk berwujud asap hitam dengan mata merah yang mencoba menelannya. Mungkin memang setelah itu dia kehilangan kesadarannya, tubuhnya bisa jadi dikuasai makhluknitu, atau mungkin itulah yang disebut kesurupan. Dayu tak tahu, dia tak pernah memiliki pengalaman seperto itu sebelumnya. Menoleh ke samping, Dayu melihat jam berbentuk menara populer dari Jepang menunjukkan angka lima lebih tiga puluh, artinya hari sudah pagi. "Jadi, Gendis bagaimana? Dimas bagaimana?" tanya Dayu lagi. Anis menghapus air matanya dan tersen