"Amanda ayahmu tidak mau merespon sama sekali ketika ibu bangunkan dan napasnya mendengkur!" panik ibu Amanda dari seberang telepon.
"Ibu panggil ambulan aku akan segera menyusul!"
Amanda juga segera panik dan hari masih pagi ketika dirinya serta Dom langsung meluncur ke rumah sakit tempat ayah Amanda biasa dirawat. Begitu sampai Dom juga ikut memeluk Amanda serta ibunya yang ketakutan.
Walaupun dokter sudah mengingatkan untuk mempersiapkan diri setiap saat tapi menghadapi situasi menegangkan seperti ini tetap tidak akan mudah bagi siapapun. Amanda harus siap kehilangan ayahnya setiap saat apa lagi tim dokter juga sudah memberitahu jika kondisinya bisa sangat fatal.
Tak berapa lama seorang dokter kelu
YUK JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN
"Kenapa kau minta maaf padaku?" Begitu sampai di rumah Amanda segera menyeret Edo untuk bicara.Ketika melihat keterkejutan Amanda di mobil tadi, Edo baru sadar jika mungkin dirinya telah salah bicara."Maaf Amanda sungguh aku tidak ingin ikut campur." Edo benar-benar tidak menyangka jika selama ini ternyata Amanda tidak tahu apa-apa. Edo pikir mereka sudah kembali rujuk karena Evan sudah menjelaskan semuanya."Katakan apa yang kau ketahui!" tuntut Amanda.Kegugupan Edo semakin membuat Amanda yakin jika selama ini ternyata ada sesuatu yang tidak diberitahukan Dom padanya."Maaf, Amanda sungguh maafkan aku!"
Ardi merampas tubuh Amanda untuk dia dorong ke atas ranjang. "Sampai detik ini kau masih istriku!" "Kau yang merebutku dari Evan!" balas Amanda tidak kalah sengit dan masih sangat berani meski tangannya sedang dijerat. "Kurasa juga sangat layak jika dia memotong beberapa jarimu lagi!" kesal Amanda sambil melirik jari Ardi yang pernah dipotong oleh Dom. Ardi terlihat terkejut tapi Amanda tidak perduli. "Dia memang kembali untuk mengambilku dan untuk membalasmu!" Ardi masih menekan tubuh Amanda di atas ranjang dan menahan tangan Amanda di atas kepala. "Entah itu Evan, Flin, atau sebagai Dominic Rodrigues, aku akan tetap kembali menjadi miliknya bukan milikmu!" Cengkraman tangan Ardi semakin mengeras dengan rahang berdenyut, Ardi merasa telah lengah hingga tidak pernah sadar jika sebenarnya mereka orang yang sama dan semua ini hanya permainan licik pria itu untuk kembali merampas Amanda. "Dia hanya orang yang hadir d
"Mereka menyiksamu hingga seperti ini dan semua itu karena perbuatan Ardi!" Rasanya Amanda masih tidak terima saat kembali meraba berbagai jejak di sekujur tubuh suaminya yang juga sedang tidak terbalut apapun. "Aku tidak apa-apa, aku laki-laki dan aku akan tetap berjuang untuk kembali padamu." "Ceritakan bagaimana kau bisa kembali!" tuntut Amanda pada Dom yang masih menaungi tubuhnya. Dom cuma mengerutkan dahi nampak kurang suka jika harus membahasnya lagi. Dom segera bangkit dan menyandarkan punggungnya di kepala ranjang kemudian menarik selimut untuk membungkus sebagian tubuh mereka dari ketelanjangan. "Aku kabur dari penjara dengan berenang hampir satu mil menggunakan jirigen kosong sebagai pelampung. Kupikir aku juga tidak akan selamat, aku hanya memikirkanmu dan ingin hidup karena itu." Amanda tidak mengucapkan apa-apa tapi benih air matanya malah mulai mengalir. Amanda tidak tahan membayangkan suaminya yang berjuang bertaruh nyawa untuk
Akhirnya Ardi mau menghadiri sidang mediasi atas tuntutan cerai yang diajukan Amanda. Dom juga tetap mendampingi Amanda meskipun tidak akan diperbolehkan untuk ikut masuk. Amanda dan Dom sudah datang lebih dulu dan Ardi sampai beberapa menit kemudian. Ardi datang seorang diri dan langsung menatap Amanda tanpa menghiraukan Dom yang sedang berada di samping wanita itu.Dom sudah coba menahan diri untuk tetap tenang dan tidak mengajaknya ribut sekarang juga. Dari cara Ardi menatap Amanda, Dom tahu jika pria itu sengaja ingin membuatnya kesal. Bagaimanapun Amanda dan Ardi sudah delapan tahun menjalani kehidupan sebagai suami istri, mereka sudah melalui siang dan malam bersama tanpa sekat. Mustahil jika Dom tidak memiliki kecemburuan sama sekali sebagai laki-laki tiap kali memikirkan istrinya yang juga sudah ikut dinikmati. Meski Amanda telah pilih bersamanya tapi pasti tetap ada
"Apa-apaan kau ini, Ardi?" heran Mona begitu mendapati adiknya yang babak belur. Tadi Ardi menelpon kakak perempuannya itu agar datang ke rumah karena selama ini memang cuma Mona yang bisa Ardi andalkan meskipun dia juga yang paling keji sebagai saudara. "Jadi benar, Flin Dexter yang memukulimu sampai seperti ini?" Ardi tidak menjawab tapi Mona pasti sudah tahu jawabannya. "Jika kau masih tidak mau menceraikan Amanda sepertinya aku yang juga akan memukulimu sampai kau hilang ingatan untuk melupakan perempuan itu!" Mona juga tidak habis pikir dengan jalan pikiran Ardi. Dia seperti oran
Ardi menghentikan mobilnya di depan sebuah pintu gerbang tebal yang otomatis terbuka begitu mengetahui kehadirannya. Dom memang sudah mengancam Akan menyeret Ardi jika dia tidak datang sendiri. Beberapa pria bertubuh tinggi besar terlihat berjaga di pintu gerbang, tatapannya kaku, jenis manusia yang bisa menyayat putus tenggorokan tanpa ekspresi sedih atau menyesal. Ardi menjalankan mobilnya pelan-pelan untuk memasuki halaman di dalamnya yang ternyata cukup luas. Sebuah rumah bergaya Eropa klasik dengan pilar putih tinggi menjulang itu juga sempat membuat Ardi heran karena banyaknya pengawal yang berkeliaran di sekitarnya. Ardi baru turun dari dalam mobil berkaca gelap miliknya dan langsung dihampiri oleh dua orang berbadan tinggi besar. Kedua pengawal itu segera mencekal masing-masing lengan Ardi untuk dibawa masuk. Ardi tidak banyak berontak tapi dia tetap diseret dengan kasar. Ardi sudah pernah beberapa kali menghadapi perlakuan macam itu dari anak buah Dominik Ro
Memangnya sejak kapan Dominic Rodriguez memiliki rasa belas kasihan, dia juga tidak pernah mengklaim dirinya sebagai orang baik. Dia adalah pria yang bisa memecahkan tengkorak hanya dengan kepalan tangan, melobangi isi kepala dengan biji peluru, dan menyayat tenggorokan musuh-musuhnya tanpa suara berdesis. Jika pria baik-baik saja bisa melakukan pembantaian sadis terhadap lelaki yang berani mengganggu istrinya, apa lagi seorang Dominic Rodrigiuez yang memang dikenal tidak memiliki hati."Dengar!" Dom berjalan mendekati ranjang Ardi. "Itu hadiah karena kau sudah berani menyentuh istriku!"Ardi benar-benar telah salah memilih lawan dan masih cukup beruntung karena Dom hanya membuat sayatan kecil di bawah alat vitalnya."Aku juga bisa mengambil ginjal, jantung, atau
"Dia sudah datang.""Suruh dia masuk!"Seorang pengawal dengan stelan jas hitam dan rambut di sisir licin ke belakang baru saja mengangguk tegap kepada Dom. Pengawal itu segera keluar dan kembali lagi bersama seorang pemuda berpakaian traditional Jepang yang mengaku sebagai keponakan laki-laki dari Hiro Nakata.Dom memberi isyarat pada kedua wanita berpakaian kimono yang baru kembali menutup pintu geser agar menuangkan sake ke gelas kecil untuk mereka. Dom sudah duduk lebih dulu di lantai, tepat di ujung meja persegi panjang."Silahkan." Dom mepersilahkan pemuda itu untuk ikut duduk tapi Nakamura Sinji tetap berdiri angkuh tidak menghiraukan. Sudut mata bernanik hitamnya semakin terlihat tajam oleh kelopak