Author POV.
- 5 tahun kemudian -
Pagi ini pukul 6.00 wib, dan hari ini adalah hari pertama Vina dan Vano masuk sekolah TK. Pagi ini Rara sibuk menyiapkan keperluan sekolah untuk Vina dan Vano. Alvin menyiapkan makanan untuk mereka semua.
"Makanan udah siap nih ma." teriak Alvin di ruang makan.
"Iya pa bentar, nih aku lagi pakein seragam buat Vano." balas Rara.
"Sayang, kakak ke papa dulu ya?" perintah Rara kepada Vina.
"Iya ma, Vina tunggu di ruang makan sama papa ya? Vano cepetan ya, nanti kita telat ke sekolahnya!" ucap Vina sambil berlalu ke arah ruang makan.
"Iya kak, tunggu aku ya ! ! ! " jawab Vano.
Lagi - lagi Rara tersenyum bahagia, melihat kedua anaknya sangat akur. Setelah memakaikan seragam, Rara dan Vano menyusul Alvin dan Vina di ruang makan.
"Gantengnya anak papa."
"Iyalah ! ! " jawab Vano dengan sangat percaya diri.
"Papa papa kalo aku cantik ngga?" tanya Vani tiba - tiba yan
Author POV.Hari ini adalah hari minggu, Alvin mengajak Rara ke makam Arga. Ke makam Arga merupakan rutinitas bagi Alvin dan Rara, setidaknya satu bulan sekali mereka ke makam Arga. Dan hari ini, merupakan kedua kalinya Alvin dan Rara membawa kedua anaknya ke makam Arga. Karena selama ini, Alvin dan Rara tidak pernah mengajak Vina dan Vano ke makam Arga. Terakhir mereka membawa Vina dan Vano ke makam Arga saat Vina dan Vano masih bayi.Sesampainya di makam, Vina dan Vano kebingungan, pasalnya mereka awalnya bilang ke Vina dan Vano akan bermain ke rumah Dika."Ma ini kuburan siapa ma? Katanya mau ke rumah Om Dika?" tanya Vano."Iya ma, aku pengen main sama Syilla ma." kata Vani, Syilla adalah anak perempuan Dika dan Putri."Iya sayang sabar ya, kita mau ke makam Om Arga." jawab Alvin dengan sabar."Om Arga?" tanya Vano bingung."Om Arga orang yang sangat baik sayang, Om Arga adalah orang yang ngejaga mamamu dulu sebelum ketemu papa. Om
Author POV.Flashback onKemarin adalah hari kelulusan Rara. Dan malam ini, Arga mengajak Rara untuk merayakan hari kelulusan Rara dan tinggal selangkah lagi, Rara akan menjadi seorang dokter.Arga sudah menyewa sebuah cafe yang sudah di deko sedemikian rupa hanya untuk Rara. Penuh denga bunga mawar, bunga kesukaan Rara."Sayang? Kamu nyiapin ini semua?" tanya Rara kagum."Iyadong Ra, kamu suka ga?""Suka banget." mata Rara berbinar - binar."Yaudah duduk sini dulu ya. Aku masih punya sesuatu buat kamu."Rara duduk di kursi yang sudah di sediakan. Dan Arga berjalan menuju suatu tempat untuk menyayikan sebuah lagu khusus untuk Rara.Dengarkanlah wanita pujaankuMalam ini akan kusampaikanHasrat suci kepadamu dewikuDengarkanlah kesungguhan iniAku ingin mempersuntingmuTuk yang pertamaDan terakhirJangan kau tolak dan buatku hancurKu tak akan mengulang tuk meminta
- Dari Arga untuk Rara -Ra, kalau boleh aku minta kepada Tuhan.Aku akan meminta untuk tetap di sini.Tetap di dunia ini, bersama kamu untuk selamanya.Aku sangat menyayangi kamu, dengan sangat tulus.Maaf, maaf jika aku harus pergi meninggalkanmu.Aku tak bisa melawan takdir.Ini adalah takdir yang harus kita jalani.Seandainya saja, dari awal kita tak bertemu.Kita tidak akan saling jatuh cinta.Atau mungkin, jika aku tidak meminta kamu untuk menjadi pacarku, mungkin sekarang kamu tidak akan mengalami luka yang teramat sangat.Aku yang menyuruhmu untuk tidak menangis dan terluka,Tapi aku, aku yang menciptakan luka yag teramat besar di hat kamu.Aku yang membuat kamu menderita,Aku yang membuat kamu sakit,Aku yang membuat kamu hidup penuh dengan luka.Sakit Ra,Sakit melihat kamu tak bahagia dan terus menerus menangis tanpa henti.Sakit m
Author POV.10 tahun kemudian.Vina dan Vano sudah menduduki kelas 3 SMP, yang sudah mulai di sibukkan dengan ujian - ujian untuk menentukan kelulusannya. Vina dan Vano tumbuh menjadi anak yang rajin dan sangat pintar."Ma kalau Vina nanti lulus, terus lanjut ke SMK Kesehatan boleh kan ma?" tanya Vina sambil membantu Rara mencuci piring, bekas makan malam tadi."Boleh dong sayang, tapi apa kakak yakin kau masuk dunia kesehatan?""Iya ma, Vina yakin. Vina mau jadi dokter kaya mama." jawab Vina yakin."Kalau kakak sudah yakin, mama setuju - setuju aja. Coba nanti kakak bilang ke papa ya?""Siap mama."Setelah selesai mencuci piring, Rara dan Vina menuju ruang keluarga berkumpul dengan Alvin dan Vano. Alvin sedang menonton acara TV kesukaannya, sedangkan Vano sedang bermain game kesukaannya. Sangking asyiknya, mereka tidak sadar jika ada Rara dan Vina di sana bersama mereka."Ehem . . ." deheman Rara sukses membuat Alvin da
Author POV.Setelah kejadian Rara mimisan kemarin, ia semakin takut jika ada yang salah pada kesehatannya. Sedari kecil, Rara tidak pernah merasakan sakit yang seperti ini. Tapi Rara tidak bilang ke pada siapapun tentang rasa sakitnya itu, Rara tidak mau membuat semuanya khawatir. Rara mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tidak apa - apa, dan ini hanyalah rasa sakit pada umumnya. Ya meskipun rasa takutnya lebih besar dari pada rasa yakinnya.Pagi ini Rara sudah bekerja, walaupun badan Rara masih sangat lemas."Mama yakin mau kerja?" tanya Vina khawatir."Iya sayang, mama udah enakan kok.""Mending mama istirahat aja deh ma, mama wajahnya pucet." saran Vano."Ga papa sayang, mama udah ga papa.""Yaudah, nanti kalau ada apa - apa hubingin aku.""Iya pa, nanti aku kabarin. Do'ain aja semuanya baik - baik aja.""Yaudah, kamu aku antar ya ma.""Iya pa." tidak ada penolakan dari Rara, karena Rara juga meras
Author POV.Setelah dua hari yang lalu semenjak Rara dinyatakan mengidap penyakit kanker otak, Rara selalu menangis di tiap malam. Rara menangis sendiri dan menanggung bebannya sendiri. Rara benar - benar tak ingin satu orang pun tau tentang penyakitnya ini, kecuali Riski. Rara selalu memasang wajah yang sehat dan selalu ingin terlihat baik - baik saja, walaupun sebenarnya ia sesekali sering merasa sakit di kepalanya.Hari ini, setelah Rara mengunjungi butik yang ia punya, Rara pergi ke makam Arga. Rutinitas ini masih Rara lakukan, dan Alvin pun tak melarangnya."Assalamualaikum Ar." salam Rara sambil duduk di makan Arga."Ar . . . " kata Rara lirih."Arga, aku . . . " bahkan Rara tak sanggup menahan tangisnya."Arga, aku kena kanker otak.""Ar, kenapa harus aku ya? Apa aku emang ga boleh bahagia? Ar, aku udah tua, aku udah punya anak. Aku ingin hidupku tenang. Aku ingin ngeliat Vina dan Vano menikah. Aku ingin menghabiskan masa tuaku
- Author POV -1 tahun kemudian.Vina sudah menduduki bangku kelas 1 SMK Kesehatan seperti yang Vina impikan dulu, dan Vano juga sudah menduduki bangku kelas 1 SMA Umum di jurusan IPA yang Vano impikan dulu. Vano juga lolos seleksi paskibraka. Vano sekarang sangat fokus melatih fisiknya dan juga membentuk badannya. Anak - anak Rara sudah sama - sama fokus untuk mencapai cita - citanya. Bahkan Vina juga sudah membeli buku di luar pembelajarannya tentang ke dokteran, baik Rara maupun Alvin tidak pernah memberi larangan kepada Vina dan Vano. Rara dan Alvin sangat men - support Vina dan juga Vano.Malam ini seperti biasanya, mereka semua berkumpul di ruangan keluarga. Alvin menonton TV dan kedua anaknya sibuk belajar, mengerjakan PR, ataupun berkutit dengan handphonenya."Kak, Van sini deh mama mau ngomong.""Iya ma mau ngomong apa?""Sok serius nih mama.""Kalian jangan terlalu membebani pikiran kalian ya nak, harus santai tapi serius. K
Author POV.Hari ini Dika, Putri, anak perempuannya Anin dan juga anak laki - lakinya Dzul sedang duduk di teras rumahnya. Dika sedari tadi hanya melamun, seperti memikirkan sesuatu. Putri yang melihat itu kebingungan dan penuh tanda tanya."DOR!!!" ucap Anin yang membuat Dika terkejut. Anin sedari tadi juga melihat aneh sikap ayahnya ini, karena tidak seperti biasanya ayahnya seperti ini."Astaghfirullah, kaget Ninnn!!!" ucap Dika kaget."Ayah mikirin apa sih?" tanya Dzul sambil mewarnai buku warnanya."Ga papa kok. Ayah ga papa.""Bohong!!!" kata Anin."Nin ayah ga papa kok. Anin gimana? Lulus SMP mau lanjut kemana?""Anin pengen kaya Kak Vina, SMK Kesehatan.""Berati cuma ikut - ikut dong?" kata Putri."Ngga bunda, Anin juga pengen jadi dokter spesialis. Boleh kan?""Boleh sayang, bunda izinin asal itu benar - benar kamuan kamu.""Yeyyy makasih bundaa, kalau ayah ngizinin ga?""Ayah ngizini