Author POV.
10 tahun kemudian.
Vina dan Vano sudah menduduki kelas 3 SMP, yang sudah mulai di sibukkan dengan ujian - ujian untuk menentukan kelulusannya. Vina dan Vano tumbuh menjadi anak yang rajin dan sangat pintar.
"Ma kalau Vina nanti lulus, terus lanjut ke SMK Kesehatan boleh kan ma?" tanya Vina sambil membantu Rara mencuci piring, bekas makan malam tadi.
"Boleh dong sayang, tapi apa kakak yakin kau masuk dunia kesehatan?"
"Iya ma, Vina yakin. Vina mau jadi dokter kaya mama." jawab Vina yakin.
"Kalau kakak sudah yakin, mama setuju - setuju aja. Coba nanti kakak bilang ke papa ya?"
"Siap mama."
Setelah selesai mencuci piring, Rara dan Vina menuju ruang keluarga berkumpul dengan Alvin dan Vano. Alvin sedang menonton acara TV kesukaannya, sedangkan Vano sedang bermain game kesukaannya. Sangking asyiknya, mereka tidak sadar jika ada Rara dan Vina di sana bersama mereka.
"Ehem . . ." deheman Rara sukses membuat Alvin da
Author POV.Setelah kejadian Rara mimisan kemarin, ia semakin takut jika ada yang salah pada kesehatannya. Sedari kecil, Rara tidak pernah merasakan sakit yang seperti ini. Tapi Rara tidak bilang ke pada siapapun tentang rasa sakitnya itu, Rara tidak mau membuat semuanya khawatir. Rara mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tidak apa - apa, dan ini hanyalah rasa sakit pada umumnya. Ya meskipun rasa takutnya lebih besar dari pada rasa yakinnya.Pagi ini Rara sudah bekerja, walaupun badan Rara masih sangat lemas."Mama yakin mau kerja?" tanya Vina khawatir."Iya sayang, mama udah enakan kok.""Mending mama istirahat aja deh ma, mama wajahnya pucet." saran Vano."Ga papa sayang, mama udah ga papa.""Yaudah, nanti kalau ada apa - apa hubingin aku.""Iya pa, nanti aku kabarin. Do'ain aja semuanya baik - baik aja.""Yaudah, kamu aku antar ya ma.""Iya pa." tidak ada penolakan dari Rara, karena Rara juga meras
Author POV.Setelah dua hari yang lalu semenjak Rara dinyatakan mengidap penyakit kanker otak, Rara selalu menangis di tiap malam. Rara menangis sendiri dan menanggung bebannya sendiri. Rara benar - benar tak ingin satu orang pun tau tentang penyakitnya ini, kecuali Riski. Rara selalu memasang wajah yang sehat dan selalu ingin terlihat baik - baik saja, walaupun sebenarnya ia sesekali sering merasa sakit di kepalanya.Hari ini, setelah Rara mengunjungi butik yang ia punya, Rara pergi ke makam Arga. Rutinitas ini masih Rara lakukan, dan Alvin pun tak melarangnya."Assalamualaikum Ar." salam Rara sambil duduk di makan Arga."Ar . . . " kata Rara lirih."Arga, aku . . . " bahkan Rara tak sanggup menahan tangisnya."Arga, aku kena kanker otak.""Ar, kenapa harus aku ya? Apa aku emang ga boleh bahagia? Ar, aku udah tua, aku udah punya anak. Aku ingin hidupku tenang. Aku ingin ngeliat Vina dan Vano menikah. Aku ingin menghabiskan masa tuaku
- Author POV -1 tahun kemudian.Vina sudah menduduki bangku kelas 1 SMK Kesehatan seperti yang Vina impikan dulu, dan Vano juga sudah menduduki bangku kelas 1 SMA Umum di jurusan IPA yang Vano impikan dulu. Vano juga lolos seleksi paskibraka. Vano sekarang sangat fokus melatih fisiknya dan juga membentuk badannya. Anak - anak Rara sudah sama - sama fokus untuk mencapai cita - citanya. Bahkan Vina juga sudah membeli buku di luar pembelajarannya tentang ke dokteran, baik Rara maupun Alvin tidak pernah memberi larangan kepada Vina dan Vano. Rara dan Alvin sangat men - support Vina dan juga Vano.Malam ini seperti biasanya, mereka semua berkumpul di ruangan keluarga. Alvin menonton TV dan kedua anaknya sibuk belajar, mengerjakan PR, ataupun berkutit dengan handphonenya."Kak, Van sini deh mama mau ngomong.""Iya ma mau ngomong apa?""Sok serius nih mama.""Kalian jangan terlalu membebani pikiran kalian ya nak, harus santai tapi serius. K
Author POV.Hari ini Dika, Putri, anak perempuannya Anin dan juga anak laki - lakinya Dzul sedang duduk di teras rumahnya. Dika sedari tadi hanya melamun, seperti memikirkan sesuatu. Putri yang melihat itu kebingungan dan penuh tanda tanya."DOR!!!" ucap Anin yang membuat Dika terkejut. Anin sedari tadi juga melihat aneh sikap ayahnya ini, karena tidak seperti biasanya ayahnya seperti ini."Astaghfirullah, kaget Ninnn!!!" ucap Dika kaget."Ayah mikirin apa sih?" tanya Dzul sambil mewarnai buku warnanya."Ga papa kok. Ayah ga papa.""Bohong!!!" kata Anin."Nin ayah ga papa kok. Anin gimana? Lulus SMP mau lanjut kemana?""Anin pengen kaya Kak Vina, SMK Kesehatan.""Berati cuma ikut - ikut dong?" kata Putri."Ngga bunda, Anin juga pengen jadi dokter spesialis. Boleh kan?""Boleh sayang, bunda izinin asal itu benar - benar kamuan kamu.""Yeyyy makasih bundaa, kalau ayah ngizinin ga?""Ayah ngizini
Author POV.Setelah Reno sekeluarga dan juga Dika sekeluarga pulang ke rumahnya masing - masing, Rara mencuci piring dan gelas kotor, kedua anaknya membersihkan piring - piring kotor dan juga gelas - gelas kotor yang ada di teras. Alvin membersihkan sampah - sampah yang ada, dan juga menyapu. Rara mencuci piring dan juga gelas kotor dengan melamun, entah kemana pikirannya, tatapannya juga kosong. Vina, Vano, dan juga Alvin saling tatap dan heran dengan tingkah Rara. Rara yang biasanya cerewet, sekarang ia banyak diam dan melamun."Kak kenapa mama? Kakak buat salah ya?""Dih kok aku, kamu kali.""Dih ngga ya." ucap Vano sewot."Pa mama kenapa?" kali ini Vano bertanya kepada papanya."Ga tau Van, papa juga bingung. Kenapa ya mama?" jawab Alvin dengan jujur. Alvin juga tak paham dengan sikap istrinya malam ini."Coba kakak tanyain sana." suruh Alvin kepada Vina."Iya pa." Vina mendekat ke arah mamanya.Sedangkan dalam pikir
Author POV.Setelah acara dua hari yang lalu, Dika tidak menghubungi Rara lagi secara pribadi. Dika hanya bertukar kabar di grub chat mereka. Entah kenapa, Dika ingin sekali menghubungi Rara secara pribadi. Dika selalu di hantui dengan rasa yang mengganjal. Dika tahu, pasti ada yang disembunyikan oleh Rara. Maka Dika memutuskan untuk menghubungi Rara.Dika :Assalamualaikum Ra.Rara :Waalaikumsalam Dika, wih tumben nih ada apa Dik?Dika :Mau cerita ga?Rara :Ngga Dika, ngga ada yang perlu di ceritakan.Dika :Beneran?Rara :Bener, kan kalau ada apa - apa orang yang pertama aku ceritakan pasti kamu.Dika :Iya juga sih.Rara :Yaudaaah tuh tau sendiri.Dika :Aku mau ngomong.Rara :Ngomong aja Dik, telfon?Dika :Chat aja, rame di sini Ra.Rara :Oh owkiee.3 menit, 5 menit, 10 menit masih tidak ada
Author POV.Pagi ini Rara mengambil cuti 2 hari, karena sedang merasa tak enak badan."Ma kamu ga mau ke dokter aja?" tanya Alvin khawatir."Masa medis di medisin?" jawab Rara."Ma?" kata Alvin lagi."Ga usah pa, ga perlu. Aku ga papa. Ini cuma pusing biasa kok.""Pa, akhir - akhir ini mama sering sakit." kata Vina.."Iya pa, mama beneran ga papa kan?" tanya Vano."Mama ga papa sayang, mama baik - baik aja. Mama butuh tidur aja ini mah.""Hmmm ...""Yaudah.""Yaudah sana kalian berangkat, udah siang. Nanti telat lagi.""Yaudah aku anter anak - anak dulu ya? Lanjut langsung kerja." kata Alvin."Iya pa, hati - hati yaa.""Kalo ada apa - apa kabarin.""Iya - iya bawel.""Daaah mama, Vina sama Vano berangkat dulu ya. Assalamualaikum.""Assalamualaikum ma.""Assalamualaikum sayang.""Waalaikumsakam kakak, Vano, papa. Jangan lupa berdo'a. Hati - hati."
(( Oh iya, maaf ya kalau ada yang salah dalam penulisan atau pengertian tentang kesehatan atau akmil. Soalnya aku bukan dari bidang kesehatan, apalagi akmil. Aku cuma dapet info dari google.))Author POV.Hari sudah sore, setelah ini Vina dan Vano pulang sekolah. Rara sudah membersihkan semua tissue yang ada darahnya tadi, Rara berhasil mengahapus jejak dia mimisan tadi. Rara baru ingat, jika minggu depan ke dua anaknya sudah menginjak usia 17 tahun. Rara belum memikirkan kado untuk kedua anaknya nanti. Rara akan membicarakan ini dengan Alvin."Assalamualaikun Ma.""Vina dan Vano pulaaang.""Waalaikumsalam sayang, kok kalian bisa barengan gini pulangnya?""Ga tau deh ma, biasanya duluan kakak." jawab Vano."Yaudah sana kalian mandi sama sholat ashar dulu. Keburu asharnya habis.""Iyaa mamaaa siap.""Kakak dulu deh yang mandi, aku masih gerah.""Bilang aja mau mau mabar.""Ngga dih. Fitnah mulu.""Uda