Rara POV.
Pagi ini selesai aku sarapan, aku bersiap – siap menuju rumah sakit tempat Alvin di rawat. Astaga aku lupa, hari ini aku kerja. Udah satu minggu lebih aku cuti karena harus menemani Alvin di rumah sakit.
Suster Susan :
Assalamualaikum dok, hari ini Dokter Rara masukkan? Soalnya dokter penggantinya sudah tidak mau menggantikan Dokter Rara lagi. Apa dokter sudah mau mengambil cuti?
Rara :
Waalaikumsalam, iya sus hari ini saya masuk. Saya cuti satu bulan lagi karena satu bulan lagi karena usia kandungan saya sudah 6 bulan.
Suster Susan :
Alhamdulillah kalau begitu dok, yang semangat ya dok. Saya yakin suami dokter pasti akan segera sadar.
Rara :
Aamiin. Terimakasih ya sus.
Tidak ada lagi balasan dari Suster Susan, aku segera siap – siap untuk berangkat kerja. Sekalian nanti waktu makan siang aku mau melihat Alvin, berharap dia sadar dan memanggil namaku.
“Loh Ra kok
Author POV.Malam ini Rara dan Reno sedang berada di ruangan di mana Alvin di rawat. Semuanya diam, hening, hanya ada suara jam yang berdenting. Baik Rara dan Renp masih asik dengan pikirannya masing – masing. Entah apa yang sedang mereka pikirkan, yang pastinya tidak jauh tentang Alvin.“Ra . . .” panggil Reno memecahkan keheningan.“Eh iya apa Ren?”“Dimakan satenya Ra, keburu dingin.”“Loh iyaa, kamu udah makan?”“Udah kok Ra, makan yang banyak kasian anakmu.”Rara pun segera makan, pandangannya tak lepas dari sosok Alvin yang berbaring di sana.“Ra kalo makan, liat dulu makanannya. Alvin ga mungkin kabur.”“HAHAHA iyaa Reno udah kaya mama ku aja kamu.”Kini, pandangan Reno yang tak lepas dari sosok Alvin yang sedang berbaring di sana.“Pak, asal Pak Alvin tau, Pak Alvin bersyukur banget punya istri kuat dan c
Author POV.Sudah 1 bulan Alvin belum juga sadar, setiap harinya Rara menjalani harinya hanya seorang diri mungkin beberapa kali dia sering meminta bantuan Reno ataupun yang lain. Kandungan Rara semakin membesar, setiap harinya pun Rara di kelilingi oleh rasa takut. Rasa takut kehilangan seseorang untuk yang kedua kalinya. Rara juga seorang dokter jadi ia tahu persis sekecil apa harapan untuk Alvin bisa kembali lagi kepada dia dan keluarganya. Tapi Rara selalu meyakinkan dirinya sendiri bahwa Alvin pasti sembuh dan kembali kepada dirinya, walau tak bisa dipungkiri rasa takut itu lebih besar daripada apapun. Doa – doa demi doa selalu Rara panjatkan untuk kesembuhan Alvin, bahkan Rara juga tak jarang menangis di samping Alvin, berharap Alvin bangun dan menghapus air matanya yang jatuh.Hari ini, hari pertama Rara cuti karena usia kandungannya sudah menginjak 6 bulan. Sekarang Rara berada di rumah mama papanya. Rara lebih suka disini, karena di rumah dinas mil
Author POV.2 bulan sudah terlewati dan Alvin belum sadarkan diri bahkan tidak ada perubahan sama sekali, sedangkan kandungan Rara sudah mulai menaiki bulan ke 7. Hari ini adalah proses siraman 7 bulanan Rara sebagai wujud rasa syukur. Perasaan Rara campur aduk, ada rasa bahagia haru dan juga pastinya sedih karena Alvin tidak ada disini. Rara hanya bisa menangis dan untungnya ada Dika dan pacarnya, Reno, dan keluargaku yang berusaha menenangkanku dan menghiburku."Sabar Ra jangan nangis terus dong." ujar Dika.“Iya Ra, nanti jelek kalau nangis.” sambung Reno."Tapi Dik, Ren, bagaimana bisa aku ga nangis, kalau acara seperti ini aja suamiku ga ada disini." kata Rara sambil menangis."Aku kesini jauh - jauh bela - belain loh demi acara ini, masa aku disambut sama kamu yang nangis gini sih?""Dik, aku bahagia aku seneng tapi aku juga sedih, harusnya Alvin ada di sini, dampingin aku. Kumpul bareng kita semua disini."
Author POV.Hari ini sudah hari ke tiga sejak kejadian di mana dokter menyarankan untuk melepas semua alat bantu Alvin selama ini. Setiap malam Rara menangis, kenangan – kenangan bersama Alvin selalu berputar di otaknya. Mulai dari awal perjodohan hingga mereka menikah. Nafsu makan Rara menurun, tapi ia harus tetap makan karena masih ada dua nyawa yang harus ia jaga. Badannya semakin kurus, badannya tak lagi berisi, pipinya yang semula seperti bakpau sekarang menjadi tirus, Rara seperti tak terurus. Rara selalu berfikir bagaimana jika ia melahirkan tanpa ada Alvin di sisinya? Bagaimana jika anak – anaknya lahir tanpa seorang Papa yang bisa menjadi teladan bagi anak – anaknya kelak? Sungguh Rara tak sanggup untuk memikirkannya, memikirkannya saja sudah membuat hati Rara sakit bagaimana jika nanti semua ketakutan Rara itu terjadi? Rara selalu berfikir, Rara pernah melalukan kesalahan apa di masa lalu? Sampai dia mengalami ini di hidupnya yang
AuthorPOV.Hari ini genap seminggu dari jangka waktu yang Rara dan dokter sepakati. Rara yang sedari tadi menangis dan enggan untuk makan kali ini ia ingin egois, bagaimana bisa ia makan dengan tenang jika sang suami sedang berada di ambang kematian. Meski Rara tau bukan hanya dia yang takut kehilangan Alvin, semuanya di sini takut kehilangan Alvin. Tapi apa boleh buat? Rara hanya ingin Alvin tetap bertahan hidup di sini selamanya menjadi orang tua yang baik bagi anak – anaknya kelak dan membangun rumah tangga yang baik nanti bersama – sama.Sekarang semuanya berada di rumah sakit, berada di depan ruangan Alvin di rawat. Penuh dengan raut yang cemas, dan pasrah. Air mata yang terus turun dan mengalir dari mata papa, mama, dan Rara. Ribuan do’a yang mereka panjatkan berharap ada sebuah keajaiban yang Allah kasih kepada Alvin. Rara yang dari semalam enggan untuk makan dan meminum vitamin wajahnya pucat, matanya sembab, dan badannya pun lemas.
Author POV.Sekarang Alvin sudah kembali bekerja karena keadaan Alvin sudak membaik dan semua sudah kembali normal."Mas udah makannya? Udah siang loh ini.""Udah kok dek, bentar ya masih kekenyangan.""Yaudah deh, aku cuci piring dulu ya mas?""Ah jangan dulu, mas mau berangkat deh nih udah di Whatsapp sama Reno suruh cepetan katanya. Bawel juga nih ya adek kamu.""Halah mas yaudah deh, dasar labil."“Bukan aku yang labil, tuh adek kamu bawel banget.”“Gitu – gitu dia berjasa loh mas.”"Yaudah deh iya mas berangkat dulu ya dek keburu di spam chat lagi sama Reno. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam mas, ada – ada aja.""Anak - anak papa jangan bikin mama kesakitan terus ya? Kasian nanti mama pegel – pegel loh" Ucap Alvin sambil mencium perut Rara."Siap papa." Jawab Rara dengan suara seperti anak kecil.Setelah Alvin pergi bekerja, Rara bingung
Author POV. Hari ini tepat 9 bulan usia kandungan Rara, di perkirakan Rara akan lahir normal minggu depan. Namun rasa cemas dan takut selalu menghantui Rara. Rara juga selalu berfikir, apakah dia bisa untuk melahirkan secara normal? Karena banyak sekali kasus setelah melahirkan normal, ibu atau anaknya tidak akan selamat. Tapi Rara yakin, Rara pasti kuat. Malam ini Rara dan Alvin berada di ruang keluarga, menonton acara televise kesukaan Alvin. Mata Rara melihat ke arah televise, tapi pandangannya kosong. Rasa ketakutan itu selalu muncul di dalam pikiran Rara, entah kenapa rasanya rasa takut itu semakin besar saat mendekati hari kelahiran anak – anaknya. Sedari tadi Alvin memperhatikan Rara, Alvin kebingungan dengan sikap Rara yang seperti ini. Tidak seperti biasanya, biasanya Rara selalu cerewet dan ada saja tingkah lakunya. “Dek . . .” panggil Alvin, tapi Rara tak mendengarkannya. “Dek . . .” pangil Alvin lagi. “Dek . . .” s
Author POV.Pagi ini menunjukkan pukul 8 pagi, Rara sudah di perbolehkan pulang. Rara pulang dengan mamanya, karena Alvin harus bekerja. Rara bahagia sekali, ia sama sekali tak berhenti tersenyum melihat kedua buah hatinya. Mama yang melihat Rara seperti itu, hanya bisa tersenyum, bersyukur, dan sangat berterimakasih kepada Tuhan. Setelah sekian lama, akhirnya mamanya bisa melihat senyuman yang begitu indah muncul di bibir Rara, matanya selalu menunjukkan bahwa sekarang Rara sudah merasakan kebahagiaan itu lagi. Sebelum ke pulangan Rara, Alvin pagi tadi sudah menyiapkan semua, mulai dari kasur, pakaian, selimut, mainan untuk anak – anaknya. Rara yang melihat bahwa semuanya sudah siap dan rapi terharu dengan suaminya itu, Alvin benar – benar menunjukkan bahwa ia adalah suami dan orang tua yang sigap bagi keluarga kecilnya itu.“Ra, sebentar lagi mama pulang ya? Mau ada arisan di rumah tetangga. Kamu gapapa kan? Atau kalau kamu masih ke
Author POVVina dan Vano sudah tidak bisa menahan tangisnya, mereka semua berada di dalam mobil untuk segera ke rumah sakit. Tak lupa Vano juga sudah memberi kabar Dika dan juga Reno, pikiran Alvin sangat kalut dan dia juga tak bisa menahan tangisnya, istri yang sangat ia sayangi pergi meninggalkan Alvin sendiri.“Om biar aku aja ya yang nyetir?” tawar Akbar kepada Alvin.“Gapapa nak, biar om aja.”“Hati – hati pa.”“Iya kak.”Dika dan juga Reno yang mendengar kabar tersebut langsung bergegas menuju rumah sakit. Dalam perjalanan pun, mereka semua sama – sama tak bisa kuasa menahan tangis.“Ngga Ra, kamu ga boleh pergi dulu. Kamu ga boleh nyusulin Arga, ngga Ra.” Gumam Dika yang dapat di dengar 3 orang yang ada di dalam mobil itu.“Mas, tenang dulu. Aku yakin Rara pasti sadar.” Kata Putri menangkan suaminya.“Oh ya, kita ke tempat ke
Author POVPagi ini, Alvin, Vina, Vano, Akbar, dan juga Cinta sudah berada di rumah sakit dan menunggu Rara untuk diperiksa keadaannya oleh dokter. Sesuai permintaan Rara, mereka semua akan pergi ke pantai pagi ini. Setelah selesai Rara di periksa, Rara diizinkan dokter untuk pergi ke pantai dengan syarat tidak boleh banyak beraktivitas dan tidak boleh terlalu lama di pantai.Mereka semua berada di mobil, dengan Alvin yang menyetir dan Rara yang berada di samping Alvin. Awalnya Alvin tak mengizinkan Rara untuk duduk di depan, namun Rara tetaplah Rara si egois yang tak bisa diganggu gugat. Sesampainya di pantai, sama seperti biasanya Rara menaiki kursi roda yang di dorong oleh Alvin. Mereka duduk di bawah pohon kelapa agar tidak terlalu kena sinar matahari, walaupun pagi ini matahati tidak terlalu menyengat.Sambil duduk – duduk, mereka meminum kelapa muda dan berbincang – bincang, bahkan Vano yang tertawa terbahak – bahak atas lelucon yang Akba
Author POVHari ini sudah tiba waktunya Vina wisuda, sama seperti Vano kemarin, Rara kekeh untuk ikut menghadiri acara perpisahan Vina pagi ini. Rara masih tetap berada di kursi roda dengan Vano yang mendorong kursi roda milik Rara dan Alvin yang berada di sampingnya.Sama seperti Vano, Vina meraih juara 1 nilai tertinggi Ujian Nasional se – kota Bandung. Perasaan bangga dan sedih yang dirasakan oleh Alvin dan Rara. Alvin dan Rara sangat bangga terhadap kedua anaknya, mereka berhasil membuktikan kepada Alvin dan Rara bahwa mereka bisa dan mampu untuk meraih cita – citanya. Baik Alvin maupun Rara, mereka sangat yakin bahwa kedua anaknya mampu dan bisa meraih cita – citanya. Mereka juga yakin bahwa kedua ankanya juga akan mencapai kesuksesan bersama – sama.Vina menaiki podium, untuk membari ucapan terimakasih atas prestasi yang ia raih. Senyum mengembang di bibir Vina. Vina bahagia karena didepannya ada orang – orang yang ia cintai,
Author POVHari ini sudah tiba waktunya Vano wisuda, kondisi Rara sama sekali tidak ada perubahan, bahkan sering kali kondisi Rara menurun dan drop. Vano sudah meminta Rara untuk diam di rumah sakit, namun Rara tetap kekeh ingin menghadiri acara perpisahan anaknya itu. Mau tak mau, Alvin, Vina, dan Vano hanya bisa pasrah dan berujung Rara ikut bersama mereka.Rara menaiki kursi roda yang di dorong oleh Vina dan Alvin yang ada di samping mereka, walau dalam keadaan sakit Rara masih bisa tersenyum lebar saat melihat Vano naik ke atas panggung sebagai juara 3 nilai tertinggi Ujian Nasional di Kota Bandung. Rara terlihat sangat bangga kepada anaknya itu. Vano berhasil membuktikan bahwa ia anak yang bisa membanggakan kedua orang tuanya.“Assalamualaikum Wr. Wb pertama – tama saya ucapkan banyak terima kasih kepada Allah SWT, kepada guru – guru saya, dan terutama kepada kedua orang tua saya dan juga kepada kembaran saya. Saya berdiri di sini berkat k
Author POVKini giliran Dika dan juga Putri yang masuk ke ruangan Rara. Lagi – lagi Dika menangis melihat keadaan Rara yang sangat pucat dan lemas di atas kasur rumah sakit. Rara hanya bisa tersenyum melihat Dika dan Putri saat masuk menghampiri Rara.“Dik, masa cowo nangis.” Kata Rara sambil tertawa.“Kamu jangan tertawa ya Ra, bisa – bisanya kamu kaya gini masih bisa ketawa.” Protes Dika.“Ra, gimana keadaanmu? Udah membaik?” tanya Putri khawatir melihat keadaan Rara.“Alhamdulillah, maaf ya bikin kalian semua khawatir.”“Ga usah minta maaf, maafin kita udah gagal jadi sahabat yang baik buat kamu Ra.” Ucap Putri sambil menggenggam tangan Rara.“Ra, pasti di atas sana Arga marah sama aku. Arga nitipin kamu ke aku, dan saat kamu punya penyakit yang kaya gini aku baru tahu. Maafin aku Ra, maafin aku udah gagal jadi sahabat yang baik buat kamu, maafin aku ga p
Author POVSemua orang berada di rumah sakit, semuanya masih setia menunggu Rara siuman. Alvin berusaha menenangkan kedua anaknya, walaupun sebenarnya ia juga sangat merasa sedih dan shock atas kejadian hari ini yang menimpa Rara. Reno yang melihat itu, sangat merasa bersalah. Reno selalu menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian ini.“Bukan salah lu Ren.” Ucap Dika tiba – tiba sambil memegang pundak Reno.“Coba aja waktu itu gua langsung kasih tau kalian Dik, semua ga bakaan seperti ini. Rara pasti sembuh, ini semua gara – gara gua.”“Ngga Dik, ini permintaan Rara sendiri kan? Ini bukan salah lu, ini jalan yang dipilih Rara.”“Bener mas, ini bukan salahmu. Ini sudah jalan yang dipilih Rara. Dan kamu disini, cuma menghargai jalan yang dipilih oleh Rara.” Ucap istrinya, Nesa.“Gua mau ke Alvin.” Kata Reno.“Yaudah sana.” Ucap Dika, mempersilahkan Reno m
Author POVVina dan Vano sudah menjalankan semua ujian – ujian yang sudah di jadwalkan oleh sekolahnya masing – masing. Sekarang mereka hanya menunggu nilai ujiannya keluar dan kelulusan sudah di depan mata. Namun mereka masih tidak bisa sesantai seperti hari – hari biasanya, Vina masih mendalami tentang kedokteran dan Vano yang masih melatih fisik dan mencoba mengerjakan soal – soal test untuk seleksi masuk tentara.Sedangkan Rara, kondisi tubuh Rara benar – benar semakin menurun. Rara merasa bahwa umurnya memang sudah tidak akan lama lagi.“Ya Allah, kuatkan hamba. Beri hamba kesempatan sedikit lagi, hamba ingin melihat kedua anak hamba wisuda nanti.”Entah mengapa hari ini Rara sangat merasa kesakitan. Rara tidak bisa menahan semua rasa sakitnya, Rara sudah meminum obat seperti biasanya, namun hasilnya nihil, Rara masih sangat merasa kesakitan. Rara mencoba menghubungi Dr. Riski berkali – kali namun tak a
Author POV.Malam ini, Rara, Alvin, Vina dan Vano sedang makan malam bersama di ruang makan. Mereka makan dengan nikmat, karena masakan Rara selalu menjadi makanan favorite bagi mereka bertiga.“Gimana anak – anak mama, sukses ga tadi ujiannya?”“Alhamdulillah ma, soalnya 11 12 sama detik – detik. Seneng banget deh kalau soal ujiannya mudah gitu.” jawab Vano.“Sama ma, Alhamdulillah. Vano juga bisa ngerjainnya. Gampang, kecil itu mah.”“Alhamdulillah, emang anak – anak papa nih pinter semua.”“Alhamdulillah kalau gitu, tapi kalian jangan seneng dulu. Masih ada besok dan beberapa hari lagi loh.”“Siap mama!”“Iya mama, tapi ini awal yang baik.”“Bener, yaudah ayo lanjut makan. Keburu dingin masaknnya.”“Okey, selamat makan semua!” kata Vano.“Selamat makan!” kata Rar
Author POV Hari ini, hari pertama Vina dan Vano Ujian Nasional. Raut wajah Vina sangat berbeda dengan raut wajah Vano. Raut wajah Vina sangat gelisah, berbeda saat Ujian Nasional waktu SMP kemarin, pasalnya Ujian Nasional saat ini menentukan masuk atau tidaknya ia di universitas yang ia idam – idamkan. Sedangkan Vano, dia sangat santai dalam menghadapi Ujian Nasional ini, bahkan pada pagi ini ia masih bermain game online kesukaannya. “Kak kok gelisah gitu? Sedangkan Vano malah asik main game tuh di ruang tamu.” Tanya Alvin tiba – tiba. “Itu mah Vano aja yang ga niat ujian.” “Dih kata siapa? Tadi habis sholat subuh aku belajar lagi loh. So tau tuh Vina pa.” “Dihhh??” “Udah – udah masih pagi kok udah berantem aja.” kata Rara melerai. “Yaudah ayo, berangkat cepet udah siang ini.” “Tuh pa, kakak ngajak berantem mulu, jadi siang kan.” “Dih ngapa jadi gua? Lu aja dari tadi main game.” “Kak kok gitu bahas