“Aku benar-benar tidak menyangka kalau Ran itu anaknya Rion. Gadis cilik yang dicari anakku selama ini ternyata sangat dekat dengan kami,” ucap Kania pada ibu tiri Ran, setelah menjelaskan secara singkat di mana Ran dan Aryan pernah bertemu sebelumnya, bahkan mereka satu sekolah sebelum Ran ternyata ikut ke luar negeri bersama Rion. “Anak tampan,” Kania mengalihkan pandangan ke arah sang anak yang duduk di sampingnya, “bagaimana kejutan mama? Kamu suka?” tanya Kania blak-blakan dengan wajah semringah.
Aryan menelan saliva susah payah, lalu mengedarkan pandangan ke arah semua orang yang ada di ruangan ini, yang sepertinya menanti jawaban dari mulutnya. Tatapannya terpaku pada Ran yang duduk persis di depannya. Aryan merasakan tenggorokannya kering seperti sumur tetangga rumah neneknya dulu yang ada di pedesaan, yang selalu minta air pada neneknya.
Aryan menggelengkan kepala. kenapa dia harus mengingat sumur kering di saat seperti ini?? Aryan mencoba meredakan tenggorokan. Wajah Ran yang ber-ekspresi datar seperti ini, membuatnya gugup seketika. Sumpah demi apa pun, Aryan paling tidak suka orang ber-ekspresi datar, karena Aryan tidak bisa menebak apa yang ada di pikiran orang-orang berwajah datar seperti Ran.
“Ck… Anak Tampan sepertinya terlalu terpesona pada calon istri ya?” goda Kania sambil menaik turunkan alisnya jahil.
Semua orang di sana tertawa mendengarnya, kecuali Ran dan Aryan.
Wajah Ran semakin menyeramkan, sementara wajah Aryan sudah memerah seperti kepiting rebus. Kalau boleh memilih, rasanya Aryan ingin dikutuk saja menjadi patung es, agar pria ini tak perlu repot-repot mendengar sang mama yang bisa saja mempermalukannya lebih jauh.
Hey… seorang Aryan Kusumo yang punya fans bergudang-gudang salah tingkah pada satu wanita? Yang benar saja!
Ran dan Aryan kembali saling pandang. Namun tak berapa lama, Aryan segera mengalihkan pandangan ke arah lain. Ya ampun, sepertinya dia memang salah tingkah, dan itu karena Pumpkin-nya yang menatapnya tajam menusuk.
Aryan memaki dirinya di dalam hati. Mengapa dia harus segugup ini sih?! Padahal tadi waktu bertemu di depan restoran, pria ini bisa dengan gampangnya menggoda Ran, seperti biasanya pria ini menggoda wanita-wanita TTM-nya.
Apakah mungkin karena sekarang Aryan tahu siapa Ran ya? Atau..Ran memang mengingat semua yang pernah terjadi di antara mereka di masa lalu?
“Ran…”
Ran mengalihkan pandangan ke arah Kania, karena wanita paruh baya yang super cantik itu memanggilnya. “Ya, Nyonya?”
Kania berdecak kesal. “Nyonya?! Aduh Ran, mama tidak suka panggilan itu. Kamu harus panggil ‘mama’ ya! Kan sebentar lagi kamu jadi menantu mama,” ucap Kania penuh harap dengan nada sedikit memaksa.
“Tap—”
“Tidak ada bantahan!” potong Kania galak saat Ran ingin membalas ucapannya.Ran ingin kembali membalas, tapi sang mama tiri yang duduk di samping kanannya meremas lembut jemari wanita manis ini. Dengan amat sangat terpaksa, Ran menelan kembali ucapannya, dan berusaha kembali memasang wajah datar. Ran menarik dan membuang napas dalam, mencoba meredam emosi yang akan timbul.
Baiklah, Ran akan bersikap sopan pada keluarga Kusumo kalau tidak ingin keluarganya malu. Walaupun di dalam hati, ia ingin berteriak karena Kania Kusumo seenaknya meng-klaim wanita muda ini sebagai calon menantunya. Hey… Ran saja belum meng-iyakan perjodohan ini!
“Jadi..kamu ingat sama Aryan?” tanya Kania, yang membuat tubuh Aryan kembali menegang. Entah sudah berapa kali tubuh pria ini menegang sore menjelang malam ini. Kejadian hari ini tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Ran mengalihkan pandangan ke arah Aryan, lalu menatap Aryan intens. Lagi-lagi Aryan dibuat salah tingkah sendiri oleh tatapan wanita ini. Oh God! Sihir apa yang dipakai Ran, sampai membuat seorang Aryan yang memiliki berjuta-juta pesona panas dingin? Aryan harap-harap cemas dengan jawaban Ran.
Ran kembali mengalihkan pandangan ke arah Kania, lalu menggeleng singkat. “Saya tidak ingat, Nyo—”
“Eits!”
“Ehm—maksud saya M-Ma-Ma-ma,” ucap Ran mengoreksi panggilan untuk Kania dengan susah payah saat Kania menginterupsinya.Huft! Dasar wanita paruh baya itu terlihat sekali harus selalu mendapatkan apa yang dia inginkan.
Darah Aryan berdesir saat Ran memanggil Kania dengan sebutan itu. Itu terasa benar! Tapi tunggu… apa tadi Ran bilang? Wanita itu tak mengingatnya?
Apa???
T-A-K M-E-N-G-I-N-G-A-T-N-Y-A???
Tidak mungkin! Aryan selalu mengganggu Ran saat dulu mereka satu kelas. Mana mungkin Ran tidak mengingatnya?? Lalu tatapan tadi, yang seakan mengintimidasinya itu apa? Apa, Miskah?!
Aryan kembali menggelengkan kepala, karena tiba-tiba nama Miskah masuk ke dalam pikiran.
Sialan! Gara-gara konten mengikuti drama di salah satu stasiun televisi itu sering mondar-mandir di sosial media, pikiran Aryan secara otomatis mengingat konten-konten itu.
Kania mengerutkan dahi. “Kamu benar-benar tidak ingat Aryan?” tanya Kania mencoba meyakinkan pendengarannya, yang kembali dibalas gelengan singkat Ran.
Hati Aryan terasa nyeri melihat gelengan itu. Jadi dia tidak sepenting itu ya di hidup Ran? Padahal dulu mereka sering bertengkar, ah tidak… mereka jarang bertengkar, karena Ran selalu mengabaikannya saat dulu Aryan selalu menjahili gadis itu.
“Mungkin karena dulu mereka terlalu kecil, Sayang, makanya Ran tidak mengingat Aryan.” Atmaja mengusap sayang punggung tangan Kania.
‘Tidak ingat?! Dulu Aryan juga masih kecil, Papa, dan Aryan masih mengingat tentang si Pumpkin sialan cantik ini! Sial!’ ucap Aryan kesal di dalam hati. Aryan tak tahu kekesalannya ini berlebihan atau tidak. Yang dia tahu, hatinya benar-benar sakit saat mengetahui orang yang masih terus kita pikirkan, ternyata tak mengingat keberadaan kita.
Ck! Aryan merasa bagai makhluk halus yang tak tampak.
Kania tampak berpikir beberapa saat, tapi setelah itu menghela napas panjang. “Benar juga. Itu sudah lewat lebih dari enam belas tahun yang lalu. Mungkin ingatan Aryan yang terlalu berlebihan. Benar kan, Sayang?” tanya Kania ke arah Aryan.
Kania tahu tentang Pumpkin baru beberapa tahun yang lalu, saat tak sengaja membaca buku harian sang anak, buku harian yang sudah terlihat usang, yang berada di laci lemari Aryan. Anak itu menyembunyikannya di laci terdalam. Bukannya Kania terlalu kepo, tapi saat itu Kania sedang membongkar isi lemari Aryan yang selalu berantakan, padahal sudah sering dirapikan. Setiap dimarahi sang mama, Aryan selalu punya sejuta alasan.
“Namanya juga cowok, Ma.”“Ada kok cowok yang tidak jorok!”“Berarti Aryan termasuk dalam golongan cowok yang jorok, Ma.”
Kania tersenyum kecil mengingat segelintir perdebatannya dengan sang anak. Wanita ini mengalihkan pandangan ke arah Ran, yang saat ini menatap meja di depannya dengan tatapan kosong.
“Ah, tidak apa-apa kamu tidak ingat, Ran, yang penting Aryan mengingat kamu, dan mama sangat bersyukur kamu adalah anaknya Rion.”
Ran kembali menatap Kania sambil mengernyitkan dahi bingung. Wanita ini tak mengerti apa yang Kania katakan. “Maksu—”
“Kamu tahu dari mana kalau Ran dan anakmu satu sekolah, Kania?” tanya Adila penasaran. Pasalnya, Adila dan Kania baru mengenal beberapa tahun ini setelah Rion sekeluarga kembali ke Indonesia. Ya, Rion memutuskan tinggal di London setelah menjemput Ran waktu itu, karena pria itu melanjutkan kuliahnya di sana, dan memboyong serta istri dan anaknya. Pria itu juga mengawasi bisnis keluarga besarnya yang bergerak di bidang kuliner yang sudah bertahun-tahun berjalan, dan memiliki saham di salah satu brand pakaian ternama.“Beberapa bulan yang lalu aku dan Mas Admaja tidak sengaja bertemu Rion waktu Rion mengantar Ran ke restoran tempat Ran bekerja, yang kebetulan sekali kami memang mau makan di restoran itu. Kami berbincang sebentar, sampai Rion menunjuk Ran yang baru saja masuk ke dalam restoran. Aku penasaran saat Rion menyebut nama Ran, nama yang sama dengan nama bocah perempuan yang tidak bisa dilupakan Aryan. Lalu aku—"
“Ma—”
“Diam, Anak Tampan, tidak sopan menyela pembicaraan orang tua!”Aryan langsung bungkam, melihat wajah menyeramkan sang mama. Tapi pria ini mengumpat di dalam hati, karena sang mama terus saja membongkar rahasia terbesar yang dimilikinya, yang hanya dia ungkapkan di dalam sebuah buku tulis usang yang ditemukan sang mama. Di dalam buku itu, banyak coretan cakar ayamnya yang menceritakan penyesalannya pada gadis kecil bernama Ran, Nur Callia Maharani. Aryan memang menulis nama panggilan serta nama panjang Ran dengan sangat jelas di buku itu, dan sialnya sang mama tanpa sengaja menemukan buku itu.
Ugh! Aryan tahu ini salahnya.
Kalau saja dia lebih rapi, mungkin sang mama tidak akan repot-repot membereskan lemarinya yang selalu seperti kapal pecah itu.
Memangnya tidak ada asisten rumah tangga yang bekerja di rumahnya? Jawabannya tentu saja ada. Bukan hanya satu, tapi ada lebih dari sepuluh asisten rumah tangga di rumah Kusumo, karena Atmaja tidak ingin sang isteri kelelahan. Pria itu sangat posesif pada isterinya itu, membuat siapa saja yang melihat akan iri pada Kania.
Kembali lagi pada isi lemari kapal pecah Aryan. Pria ini tidak pernah suka jika barang pribadinya disentuh orang lain selain sang mama, dan ya, dia kena batunya, sampai rahasianya terbongkar sampai ke dasar. Bahkan Aryan merasa ditelanjangi.
“Aku benar-benar terkejut mengetahui jika Ran yang dimaksud anakku adalah Ran yang sama yang ternyata adalah anak kalian. Aku semakin yakin saat Rion mengatakan Ran pernah bersekolah di tempat yang sama dengan Aryan. Ya ampun, dunia ternyata sempit sekali ya. Ternyata anak kalian itu cinta pertama anakku!” Kania menutup ceritanya dengan wajah ceria.
Adila takjub mendengar semua cerita Kania, sementara sang suami dan Atmaja hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Kania yang sangat ekspresif. Sejak dulu Kania tak pernah berubah, selalu saja tukang heboh sendiri.
‘Ini beneran muka gue mau ditaruh di mana sekarang?! Mama oh Mama, mulutnya aktif sekali ya, Ma!’ geram Aryan di dalam hati dengan wajah super merah.
“Cie… ternyata kakak bisa jadi cinta pertamanya orang juga ya. Udah gitu cowoknya ganteng maksimal! Tu cowok matanya bermasalah gak sih, jadiin kakak cinta per__aduh!” ringis Adara Clarinta, adik tiri Ran yang duduk di sisi sebelah kirinya saat Ran mencubit pinggang sang adik agar bisikan adiknya tak semakin membuat telinganya panas.
‘Cinta pertama seseorang? Apa-apaan!’ kesal Ran di dalam hati.
Pembicaraan antara orang tua terus saja berlangsung, sementara Aryan hanya diam seperti kerbau dicucuk hidungnya.
Sedangkan Ran, sibuk menyiksa sang adik dengan cubitan-cubitan kecil di bawah meja, karena adiknya masih sibuk menyiksanya dengan godaan-godaan manja.
“Ci—”
“Sekali lagi ngomong ‘cie’, kakak bilangin chat kamu sama cowok yang namanya Nando ke Ayah!” ancam Ran dengan bisikan tajam.
Adara langsung diam tak berkutik. Gadis ini memaki dirinya sendiri yang tadi pagi ceroboh meninggalkan ponselnya di kamar Ran saat gadis ini mengganggu acara tidur sang kakak. Sialnya, isi chatnya dengan pemuda bernama Nando terpampang nyata di layar ponsel, yang membuatnya kena ejekan Ran sepanjang pagi tadi.
***
Ran menekuk wajahnya sambil melangkah ke luar restoran. Sementara Aryan yang berjalan di belakang Ran tersenyum geli melihat wajah merajuk Pumpkin-nya. Bukan tanpa alasan wajah Ran seperti itu. Ran ditinggal keluarganya saat wanita ini izin ke toilet sebelum mereka semua pulang. Setelah kembali dari toilet, Ran hanya menemukan sosok Aryan yang duduk di kursi yang sejak tadi diduduki pria itu saat pertemuan dua keluarga tadi. Saat Ran bertanya ke mana keluarganya, Aryan mengatakan jika ayah Ran menitipkan Ran pada pria tampan itu untuk diantar pulang.Ran terkejut luar biasa. Wanita itu langsung menghubungi ayah, mama, serta adiknya. Namun tak satupun dari mereka menjawab telepon dari Ran. Ran mendengus sebal, dan langsung saja pergi dari ruangan itu tanpa permisi pada Aryan.“Mereka benar-benar!” gerutu Ran di sela langkah kakinya.Ran tak percaya keluarganya setega itu membiarkannya hanya berdua dengan orang asing. Bukankah mereka tahu jika Ran tida
Mereka menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, karena lokasi rumah Ran dan restoran itu lumayan jauh. Sepanjang perjalanan, tidak ada yang membuka suara.Sebenarnya Aryan beberapa kali memulai pembicaraan, tapi Ran tak merespon dengan baik, bahkan Ran sibuk dengan ponselnya. Lebih tepatnya pura-pura sibuk. Akhirnya Aryan menyerah, dan memilih fokus mengemudi. Walaupun sesekali matanya tak bisa diajak kompromi, karena selalu melirik wanita cantik yang duduk di sampingnya itu.“Terima kasih sudah mengantar saya.” Ran membuka sabuk pengaman, lalu segera ke luar dari mobil Aryan saat mereka sudah sampai di depan gerbang rumahnya, tanpa mau repot-repot menanti jawaban dari Aryan.Terdengar tidak sopan? Biarkan saja! Ran tidak peduli. Bahkan Ran berharap kalau Aryan mengadu pada kedua orang tua pria itu, supaya rencana perjodohan mereka bisa secepatnya dibatalkan.“Gerbang mau di buka, Non?” Satpam rumahnya dengan sigap bertanya saat
*“Soalnya muka kamu manis kayak kolak labu buatan nenek kamu.”*Ran terngiang ucapan Aryan ketika itu.Manis?“Aku minta maaf atas apa yang terjadi di masa lalu.”Ran tersadar dari ingatan masa lalu, saat suara Aryan kembali terdengar. Mereka saling pandang beberapa saat, sampai akhirnya Ran menghela napas panjang. Sepertinya wanita ini merasa tak ada gunanya lagi emosi karena masa lalu.“Sudahlah. Saya tidak mau membahas hal itu lagi. Sebaiknya sekarang kamu pulang.”“Kamu mau memaafkanku?” tanya Aryan penuh harap.“Kamu merasa bersalah?”Aryan mengangguk mantap sebagai jawaban.“Kejahilan kamu waktu itu hanya kejahilan anak kecil. Saya sebenarnya tidak mau mengungkitnya lagi, tapi kamu malah mengingatkan saya tentang itu. Tapi ya sudah lah, saya sudah memaafkan semua kejahilan yang kamu lakukan pada saya.”“Aku buk
//0821234xxxPagi... Kamu gak terlambat bangun kan?Ran terbengong sambil menerka-nerka nomer ponsel siapa yang mengganggu ponselnya pagi-pagi buta seperti ini. Ini baru hampir pukul lima pagi, tentu saja dia tidak terlambat bangun.Nomer siapa sih ini?//0821234xxxKarena kamu udah baca chat aku, sepertinya kamu udah bangun : DAku harap harimu menyenangkan, Pumpkin <3Pumpkin?Ran melebarkan mata terkejut saat menyadari panggilan itu.Tidak salah lagi, ini pasti nomer ponsel musuh bebuyutannya saat SD dulu. Siapa lagi kalau bukan Aryan Mada Kusumo, pria yang semalam membuatnya kesal. Tidak ada yang memanggilnya dengan sebutan itu selain Aryan.“What the Ffff__” Ran menarik dan membuang napasnya sebelum umpatan kasar itu keluar. “Dia tahu nomerku dari mana?!”
“Ayahmu belum datang?”“Hm.”“Aku antar?”“Terus tunanganmu nanti ngelabrak aku lagi seperti satu minggu yang lalu saat kamu juga pergi ke Bali?” tanya Ran sambil tersenyum miring.Juna terdiam sesaat. Pria ini menutup mata, lalu membukanya kembali. “Maafkan aku.”“It’s okay, Jun. Mungkin kalau aku ada di posisi tunanganmu, aku akan melakukan hal yang sama.”“Aku mencintaimu, Ba—”“Sudahlah, Juna. Ingat tunanganmu.”“Aku__"Juna menghentikan ucapannya, saat sebuah mobil berhenti tepat di depannya dan Ran. Mereka saat ini berada di depan restoran yang sudah terlihat gelap karena sudah tutup sejak setengah jam yang lalu. Walaupun masih ada satpam yang belum pulang dan masih berjaga di pos yang berada tak jauh dari tempat Ran dan Juna berada.Seorang wanita can
Ran memandangi sebuah toko perhiasan mewah di depannya. Di sampingnya, sudah ada seorang pria yang saat ini memasang senyum semringah seperti habis dapat jackpot. Bagaimana tidak dapat jackpot, tiba-tiba kemarin malam, sang mama memberitahunya melalui sambungan telepon kalau wanita pujaan sejak pria ini duduk di bangku sekolah dasar, menerima pertunangan mereka. Lebih jackpotnya lagi, wanita itu minta pertunangan mereka disegerakan. Pria ini yang tadinya hendak melepaskan kegalauannya di kelab malam karena masih teringat kedekatan manager Ran dan wanita itu, langsung membelokkan kemudi pulang ke rumahnya, karena ingin menanyakan secara langsung ucapan sang mama, dan berharap kabar itu bukan prank.“Bukankah kita mau ke rumahmu?” tanya Ran bingung.“Nanti, setelah kita pilih cincin pertunangan kita, Pumpkin.”Ran mendengus sebal. Panggilan ‘Pumpkin’ masih saja membuatnya kesal. Ran terkesiap saat pria di sampingnya tib
“Pilihanmu bagus.”“Kamu sudah mengatakan itu berkali-kali, bisakah kamu mengatakan hal yang lain?”Aryan terkekeh geli saat kembali berhasil memancing amarah cinta pertamanya ini. Mereka sudah melangkah ke luar toko perhiasan yang ada di salah satu mall di kota ini setelah Aryan selesai bertransaksi.“Kamu sensitif banget sih, Pumpkin.”“Aku sedang halangan, jangan sampai aku mengeluarkan semua aura hitamku saat ini!” desis Ran tak suka.“Keluarin dong, aku mau liat aura hitammu lebih banyak lagi.”“Kamu gila?”“Karena kamu.”“Tidak perlu menggombaliku! Itu tidak akan mempan!”“Iya aku tau gak akan pernah mempan gombalin kamu. Aku udah ngerasain hal itu saat kita dulu satu kelas.”Ran berdecih geli. “Saat itu kita masih sangat kecil, dan kamu sudah mencoba merayu perempuan. Jangan-jangan kamu melakuka
“Wow, followersnya tujuh juta orang?” Ran menatap takjub layar ponselnya. “Ternyata dia model dan selebgram.”Ran sibuk berselancar di dunia maya, tepatnya di salah satu aplikasi media sosial, setelah sebelumnya Ran mencari tahu lebih banyak di mesin pencarian tentang seseorang yang membuatnya penasaran.“Dan..teman wanitanya sebanyak ini? Hahaha… Dasar playboy cap cicak ekor buntung!” Ran tertawa setengah kesal, saat menemukan begitu banyak foto seseorang itu dengan banyak wanita berpakaian menggoda.Ran menghentikan jarinya menggeser layar ponsel yang dia genggam. Wanita ini menatap langit-langit ruang keluarga di rumahnya.Setelah seharian berada di rumah calon tunangannya untuk menentukan tema dekorasi acara pertunangan mereka yang akan diadakan tiga minggu lagi, Ran baru saja tiba di rumahnya setengah jam yang lalu, dan segera sibuk membuka mesin pencarian untuk menuntaskan rasa penasaran yang sejak siang ta
“Kafe ini benar-benar nyaman.” Ran mengedarkan pandangan ke penjuru kafe yang ia datangi. Kafe ini tidak besar, tapi juga tidak terlalu kecil. Terlihat sangat nyaman untuk berbagai usia.Hari ini ia dan sang suami menghadiri pembukaan kafe cabang baru kenalan sang suami di dunia bisnis, Andaru Ansel Bratadikara – CEO LION TV, salah satu stasiun televisi besar di negara ini —. Kafe ini milik istri dari Andaru, Zetaya Bratadikara. Wanita berambut merah yang sepertinya seusia dengan Aryan.Ran berkenalan dengan Zetaya saat Andaru dan istrinya itu menghadiri pesta pernikahannya. Ran dan wanita itu menjadi dekat setelah mengetahui sama-sama memiliki passion di dunia kuliner.“Kamu jadi mau buka kafe kayak gini?”Ran menghela napas panjang saat sang suami bertanya hal itu. Suaminya ini ternyata masih mengingat pembicaraan random mereka beberapa waktu yang lalu.Wanita ini tersenyum sambil mengusap lembut pipi san
Ran POV“Sayang, singkirkan tanganmu!”“Udah bangun?”Aku membuka mata malas saat pria yang sudah menjadi suamiku selama hampir tiga bulan ini bertanya dengan polosnya. Mataku menatap bagian atas gunungku. Ada beberapa tanda merah karya pria yang menyiksaku semalam. Mataku beralih menatap jam di nakas yang berada di sampingku.Jam empat subuh. Bagus, sepertinya aku baru tidur dua jam yang lalu, tapi pria yang memelukku dari belakang ini malah sudah mengganggu acara tidurku.Kutolehkan kepala ke belakang, tempat di mana ia berada. Mata kami bertemu. Pria ini tersenyum tanpa dosa saat aku menatapnya datar.“Bisakah kamu membiarkan aku tidur sebentar lagi?”“Tidur aja, Sayang~”Plak!Pria ini meringis saat aku menepuk sedikit kencang tangannya yang entah sejak kapan sudah menangkup salah satu gunungku. Bukan hanya mengangkup, tapi pria ini see
AREA 21++SADAR DIRI AJA BUAT YANG BELUM CUKUP USIA YESSS :* ( ETAPI KALAU UDAH MERIT MAH CUZ LAH TANCAP GAS... WKWKWK... )YANG UDAH CUKUP USIA TAPI GADA LAWAN, YAH MON MAAP ITU DERITA DITANGGUNG SENDIRIIIIIII.... ( AKU GAK IKUTAAANNN )###“Kamu ke sini hanya ingin bertanya tentang hal itu?”“Hanya?? Ini lebih dari sekedar ‘hanya’, Ken! Ini tuh bakal jadi awal di mana akan ada anakonda-anakonda dan sungai-sungai di masa mendatang hasil produksi gue dan My Pumpkin!” ucap Aryan menggebu, mendramatisir kata-katanya.Kendrick Gevan mendengus geli sambil menggeleng maklum. Sahabat rasa adik di depannya ini memang sudah terkenal gilanya.“Bukankah kamu bisa belajar dari film-film ‘gerah’ yang BIASA kamu tonton?”“Hoi! Janga
Ran menoleh ke samping kanan saat merasakan remasan lembut di tangannya. Ia balas tersenyum saat pria yang berdiri di sampingnya tersenyum dan memandangnya penuh cinta.Akhirnya ia resmi menjadi istri Aryan Mada Kusumo. Bocah yang mewarnai hari-harinya semasa duduk di bangku sekolah dasar walaupun kebersamaan mereka hanya sebentar.Ran pikir tidak akan bertemu lagi dengan bocah menyebalkan ini.Namun, siapa yang sangka, kalau ternyata Yang Maha Kuasa punya rencana yang indah untuknya dan Aryan. Kembali dipertemukan setelah sama-sama dewasa, ternyata tak membuat Aryan melupakan sosok dirinya yang sangat biasa ini.Sangkalan Ran atas hatinya yang terpikat begitu mudah dengan sosok Aryan ternyata tak berlangsung lama. Pria yang saat ini berdiri di sampingnya, bisa dengan mudah membuat orang merasa nyaman dan jatuh cinta dengan tingkah-tingkah tak waras yang dimiliki pria ini. Termasuk Ran. Dan ya.. Ran mengaku kalah, kalah oleh gengsi yang semp
“Dedek Ran udah besar ya.”Ran memutar bola mata malas. Namun terkekeh geli setelahnya. “Aku lebih tua dua tahun darimu, Ano.”“Tapi faktanya aku kan abang sepupu kamu.”“Ya.. ya.. ya.. Abang sepupunya Ran.” Ran memilih mengalah pada pria yang berjalan bersisian dengannya ini. Kakak sepupu yang lebih muda darinya ini selalu tidak pernah mau dianggap lebih muda dari Ran. Tapi ya kenyataannya memang benar jika Ano alias Keano adalah abang sepupunya, karena pria ini adalah anak dari kakaknya Adila.Mereka berjalan menyusuri taman belakang rumah ini untuk mencari udara segar sejak lima belas menit yang lalu.“Calon suami kamu masih cemburu sama aku?”Ran mengangkat kedua bahu. “Aku tidak tahu. Kalian kan belum sempat aku kenalkan secara langsung.”Ran tersenyum kecil. Masih segar di ingatan saat Adila mengatakan jika Aryan cemburu pada sosok Keano, padahal pria itu su
“Sudah merasa hebat?”Ran hanya diam saat sang oma bertanya sinis seperti itu padanya.Wanita ini menunduk takut dengan kedua tangan saling memilin.Sepertinya sejak tadi siang, sang oma tidak sabar ingin menegurnya. Tentu bukan teguran sayang antara oma dan cucu, tapi teguran penuh kebencian.Contohnya seperti saat ini.Ran terkejut saat beberapa menit yang lalu Zanna repot-repot menghampirinya di gazebo taman belakang tempat biasa dirinya bersantai untuk menghirup udara segar. Lalu, tahu-tahu saja mengatakan hal itu.“Kenapa diam?” tanya Zanna kembali. Tentu saja dengan nada dibuat semakin sinis.Ran mengumpulkan keberanian untuk mengangkat kepala, sampai matanya bersirobok dengan Zanna. Binar ketakutan terlihat jelas di matanya. Apalagi wanita ini sudah tahu jika Zanna pernah berusaha menyingkirkannya saat masih berada di dalam kandungan Manika.“Ran.. tidak mengerti maksud Oma.” Ran beruc
Hari ini, sepasang calon pengantin itu akan melakukan sesi pemotretan prewedding di tempat di mana Aryan Mada Kusumo menemukan tulang rusuknya.Mereka menggunakan seragam sekolah dasar tempat mereka sekolah dulu, yang tentu saja ukurannya sudah dibuat sesuai dengan ukuran tubuh mereka. Jangan tanya berapa lama proses pembuatan seragam itu.Aryan baru mengatakan pada sang mama satu minggu yang lalu untuk konsep foto prewedding yang akan dia gunakan. Hal itu tentu saja membuat Kania kelabakan. Apalagi seragam sekolah yang digunakan tidak seperti seragam sekolah pada umumnya. Kania tentu harus meminta bahan seragam itu pada pihak sekolah, dan untung saja semua proses seakan dimudahkan oleh Yang Maha Kuasa.Untungnya juga keluarga Aryan masih menjadi donatur terbesar di sekolah swasta ini. Sehingga tidak sulit bagi mereka meminta izin pihak sekolah untuk mengadakan foto prewedding di sini. Apalagi Aryan dan Ran memilih hari libur untuk melaksanakan kegiatan ini. Jad
“Sekolah ini sudah jauh berbeda ya.” Ran mengamati gedung besar di depannya, lalu beralih melihat sekeliling tempat yang dia datangi ini. Tempat ini semakin terlihat semakin baik.“Tentu aja. Udah berapa tahun coba kamu tinggalin?”Ran terdiam. Bola matanya memutar, menghitung kira-kira berapa lama ia meninggalkan sekolah dasar tempat di mana dulu ia bersekolah sebelum dibawa Rion ke London.“Hmm… Enam belas tahun sepertinya,” balas Ran setelah mengingat-ingat.“Waaahhh… luar biasa!” Aryan bertepuk tangan girang. “Jadi udah selama itu ya hatiku nyangkut di kamu??”Ran berdecih geli. “Tolong dikondisikan mulutnya. Kamu sedang menggombal?”“Kesungguhanku selalu aja dibilang gombal!”Ran tak bisa menyembunyikan tawa saat melihat wajah sang calon suami ditekuk.“Kamu ngambek?” tanya Ran sambil menusukkan telunjuknya b
“Ayah akan menerima kalau kamu membenci ayah, tapi tolong kamu jangan tinggalkan ayah…”Ran mencoba meredakan isakannya di dalam pelukan sang ayah.Pantas saja belakangan ini sang ayah lebih pendiam dari biasanya.Siapa pun yang membaca kisah hidup yang ditulis ibu kandungnya pasti akan ikut terbawa suasana, seolah orang itu sendiri yang mengalami. Termasuk Ran.Di dalam agenda itu terlihat jelas bahwa Manika adalah sosok wanita yang kuat. Ran juga dapat merasakan betapa sayangnya sang ibu padanya.Perasaan Ran campur aduk. Antara rasa senang, sedih, dan kecewa. Wanita ini senang, jadi lebih mengenal sosok Manika lewat agenda ini. Namun, Ran juga merasa sedih, karena tidak bisa bersama lebih lama dengan sang ibu.Ditinggalkan di usia yang masih sangat kecil membuat Ran tidak bisa mengingat sosok sang ibu dengan baik. Tapi di dalam agenda yang dipeluknya ini, Ran bahkan merasakan kehadiran sang ibu saat ini.“B