“B*ngsat! Apa-apaan gue yang gantengnya sampai mentok langit ini pakai dijodohin segala! Kayak gue gak bisa nyari cewek aja! Lagian gue gak butuh bini! Ini semua gara-gara si Ken sialan! Dasar kanebo kering sue! Nafsu sialan! Burungnya gak bisa dikondisiin apa?! Pake nyari sarang segala! Dia yang tekdungin anak orang, jadi gue yang kena imbas!” Aryan Mada Kusumo, pria berusia dua puluh tujuh tahun yang sedang mengomel ini adalah satu-satunya penerus Kusumo Group yang bergerak di dunia perhotelan. Hotel Kusumo sudah tersebar di berbagai negara. Pria yang biasa dipanggil Aryan ini tak henti-hentinya mengeluarkan sumpah serapah pada sahabat yang sudah dianggapnya kakak, Kendrick Gevan Bagaskara.
Pria yang terkenal dingin itu awalnya memiliki perjanjian dengan Aryan. Mereka berdua tak akan menikah sampai Aryan selesai ‘bermain-main’. Namun sayang, sang sahabat yang biasa dia panggil Ken itu menghamili salah seorang karyawan di perusahaan Bagaskara Corp. Dan ternyata, karyawan itu adalah wanita yang berhasil mencuri hati sahabat kakunya itu. Dan lebih sialnya lagi, wanita itu adalah wanita yang sempat membuat Aryan tertarik.
Poor Aryan. Sudah tak bisa mendapatkan wanita yang lumayan membuatnya tertarik, sekarang dia malah harus mau dijodohkan oleh seorang wanita yang merupakan anak dari salah seorang sahabat lama sang ayah. Sebenarnya alasan perjodohan ini sebagian besar karena Ken yang menikah beberapa bulan yang lalu. Mama Aryan pernah mengatakan akan memaksa Aryan menikah setelah Ken menemukan pendamping hidup. Sialnya, Ken mendapatkan pendamping hidup, dan Aryan harus mau menerima perjodohan yang sudah dipersiapkan kedua orang tuanya.
Aryan bisa saja menolak, tapi pria ini takut jika penyakit sang mama akan kambuh. Mamanya tidak boleh banyak pikiran, karena akan membuat asam lambung sang mama naik yang berakibat sang mama bisa dirawat di rumah sakit sampai berhari-hari seperti sebelum-sebelumnya. Tak jarang karena kenakalan Aryan remaja.
Ddrrrttt…
Aryan mengalihkan pandangan ke arah benda pipih yang berada di atas meja saat benda itu bergetar. Pria ini berdecak kesal setelah melihat ID called orang yang menghubunginya. Aryan mengambil benda pipih itu, lalu beranjak dari duduknya untuk keluar dari tempat ini, tempat di mana terdengar musik yang kencang dan terdapat beratus-ratus bahkan beribu botol minuman beralkohol.
“Beb, mau ke mana?” tanya seorang wanita berpakaian seksi berwarna merah saat berpapasan dengan Aryan.
Aryan tersenyum manis. “Ke depan bentar, Beb.” Setelah mengatakan itu, Aryan mengerlingkan sebelah matanya menggoda, yang membuat wanita itu tersipu, lalu balas dengan memberikan ciuman jauh pada Aryan.
Aryan tertawa renyah, lalu kembali melanjutkan langkahnya.
“Sayang~ udah mau pulang?” tanya seorang wanita lain yang kembali berpapasan dengannya, yang kali ini memakai rok mini seksi berwarna gold, serta tank top berwarna putih.
“Ke depan aja kok. Nanti aku juga masuk lagi, Sayang~” Aryan mengusap sensual lengan polos sang wanita, yang mampu membuat tubuh wanita itu bergetar karena hasrat.
“Okay… aku tunggu kamu ya…” bisik sang wanita sensual, lalu wanita itu mengecup singkat pipi Aryan yang terkenal memiliki wajah super tampan itu. Setelah mengatakan itu, sang wanita berjalan masuk, sementara Aryan kembali terkekeh dan melanjutkan langkahnya sambil mengusap pipinya.
“Indahnya hidup ini seandainya gak ada perjodohan sialan itu!” geramnya kesal di sela langkah kakinya menuju pintu keluar.
Setelah sampai di luar, Aryan menggeser tombol hijau di layar ponselnya.
“Ya, Ma?”
>“Pulang kamu! Besok kita akan ketemu sama keluarga Om Rion loh, Sayang. Mama gak mau besok mata kamu merah karena kebanyakan dugem!”
Aryan menjauhkan benda pipih itu dari telinganya, saat mendengar suara nyaring sang mama. Pria ini mengusap sebentar telinganya. Mamanya ini berlebihan sekali. Padahal pertemuan dengan keluarga yang mamanya sebut Om Rion itu kan berlangsung sore hari. Memang dia harus siap pagi-pagi buta?!
Pria ini kembali menempelkan benda pipih itu ke telinganya. “Sebentar lagi M—”
>“Mama sudah di depan kamu!”Aryan melebarkan mata tak percaya. Pria ini langsung menatap ke arah depan, dan menemukan mama dan papanya sudah berdiri berdampingan tak jauh dari tempatnya berdiri. Tubuh pria ini mendadak kaku melihat senyum sang mama yang terlihat bak malaikat pencabut nyawa.“Ma-Mama?”
>“Pulang, Anak Tampan,” seru sang mama dengan wajah dibuat semanis mungkin.
“Ta-tapi—”
“Mobil kamu biar Pak Budi yang bawa. Kamu ikut mobil Papa sama mama!” tegas sang mama, lalu wanita itu mematikan sambungan telepon mereka.
Tubuh Aryan lemas. Niat ingin menghabiskan berbotol-botol minuman beralkohol karena terlalu stress, dan mungkin saja bisa sedikit ‘bersenang-senang’ dengan para wanita di sini untuk menghilangkan kekesalan, hancur berantakan karena kedatangan sang mama tercinta.“Ayo, Anak tampannya mama, sini Sayang… kasih kunci mobil kamu sama Pak Budi,” ucap sang mama kembali sambil melirik supir keluarga mereka yang berdiri patuh di samping suaminya.
Sementara itu, papa Aryan yang bernama Admaja Cipto Kusumo, berusaha menahan tawa melihat wajah kaku sang anak. Pria itu masih mengingat, ketika tiga puluh menit yang lalu sang istri menyeretnya untuk pergi menjemput sang anak di kelab malam yang biasa didatangi anak mereka satu-satunya itu.
Aryan mengalihkan pandangan ke arah sang papa, berusaha meminta pertolongan lewat tatapan mata.
“Lebih baik ikuti kata mamamu, Anak tampan. Papa tidak ingin tidur di luar,” ucap Admaja, yang tentu saja membuat bahu Aryan semakin merosot.
Pria dua puluh tujuh tahun ini menghela napas kesal, lalu melangkah mendekati kedua orang tuanya. Sebelah tangannya merogoh saku celana, lalu mengeluarkan kunci mobilnya. Pria ini menyodorkan kunci mobil itu pada supir pribadi keluarga mereka.
“Anak Tampan gak kapok-kapok ‘main-main’ ya?!”
“Adu-du-duh, Ma! Sakit, Ma! Jangan jewer di sini, Aryan malu, Ma!” Aryan mengedarkan pandangan ke sekeliling, berharap tidak ada yang melihat kejadian ini. Bisa turun pamor dia jika ketahuan ternyata anak mama.“Mama tidak peduli! Ayo masuk!”
Aryan hanya bisa pasrah saat sang mama mendorongnya melangkah menuju mobil sang papa. Sedangkan sang papa, sudah tak tahan mengeluarkan kekehan geli sambil mengikuti langkah dua orang yang dia cintai itu.
“Sudah mau jadi suami masih saja nakal seperti ini!”
“Aryan gak minta jadi suami!”“Mama tidak menerima penolakan! Kalau kamu lihat calon istrimu, mama yakin mulutmu akan ternganga karena terlalu terpesona.”
“Aryan udah banyak liat cewek cantik, Ma!”“Iya karena buat kamu, kucing betina pakai bedak saja sudah cantik!” sinis sang mama, karena tahu bagaimana mata keranjangnya sang anak yang juga berprofesi sebagai model itu.
Anaknya mempunyai banyak teman wanita. Bukan hanya banyak, tapi BANYAK SEKALI. Setiap pergi dengan sang anak, selalu saja Kania Kusumo berpapasan dengan wanita-wanita yang sebagian besar memakai baju minim bahan menyapa sang anak. Kania sampai pusing sendiri dibuatnya, karena sang anak kelewat ramah pada para wanita. Memang bukan sepenuhnya salah Aryan, karena para wanita itu yang lebih bergenit ria pada anaknya. Tapi kalau saja Aryan tidak menanggapi, pasti para wanita itu akan mundur teratur. Sayangnya sang anak tidak berniat seperti itu. Untuk Aryan, memiliki banyak TTM ( Teman Tapi Mesra ) adalah kepuasan baginya. Apalagi sang anak merasa jika semua wanita itu cantik. Dasar mata keranjang!
Admaja lagi-lagi mengeluarkan kekehan gelinya karena tingkah istri dan anaknya.
“Mirip siapa kamu, Nak, bisa semata keranjang ini!” geram Kania.
“Papa kali,” balas Aryan asal.
“Enak saja kamu! Di mata papa, yang cantik itu cuma mama kamu!” seru Admaja tak terima.
Kania memutar bola mata malas. “Sepertinya benar kata Aryan. Aku lupa sebelum bersama denganku, mantanmu itu ada beratus-ratus, Pa!” sinis Kania pada sang suami. Setelah mengatakan itu, Kania masuk lebih dulu ke dalam mobil dengan wajah cemberut. Sementara Admaja sudah berwajah pucat.
“Ma—”
“Wah… Papa ketauan mata keranjang. Hahaha… akhirnya Aryan tau sifat ini menurun dari mana. Hahaha…” Aryan tertawa puas, lalu menyusul sang mama masuk ke dalam mobil, meninggalkan Admaja yang sudah panas dingin. Bukan karena meriang, tapi takut sang isteri tidak memberi jatah, yang mana akan membuatnya benar-benar meriang.“Alamat tidur di luar…” lirih Admaja pasrah.
***
“Ugh! Merepotkan sekali!” Ran berjalan dengan perlahan menggunakan heels setinggi 10 cm berwarna hitam, warna yang senada dengan dress lengan pendek yang dikenakannya. Dress panjang sampai mata kaki, tapi bagian depan sepanjang bawah lutut sedikit. Wanita ini berjalan tertatih. Ran adalah wanita yang sangat jarang menggunakan heels, kecuali di acara-acara tertentu.“Kenapa Mama memaksaku memakai pakaian dan sepatu merepotkan ini?!” oceh Ran di sela langkah kakinya.Ran terus saja menggerutu kesal.Sial sekali hidupnya! Mengapa harus ada perjodohan ini?!“Argh!” Ran memekik saat tubuhnya terdorong ke depan. Seseorang dari belakang tak sengaja menyenggolnya. Untung saja di samping wanita ini terdapat pilar besar di depan sebuah restoran mewah tempat keluarganya dan keluarga Kusumo mengadakan pertemuan. Ran langsung berpegangan pada pilar itu dengan erat.“Eh..sorry, Nona.” Terdengar suara maskulin seseo
“Aku benar-benar tidak menyangka kalau Ran itu anaknya Rion. Gadis cilik yang dicari anakku selama ini ternyata sangat dekat dengan kami,” ucap Kania pada ibu tiri Ran, setelah menjelaskan secara singkat di mana Ran dan Aryan pernah bertemu sebelumnya, bahkan mereka satu sekolah sebelum Ran ternyata ikut ke luar negeri bersama Rion. “Anak tampan,” Kania mengalihkan pandangan ke arah sang anak yang duduk di sampingnya, “bagaimana kejutan mama? Kamu suka?” tanya Kania blak-blakan dengan wajah semringah.Aryan menelan saliva susah payah, lalu mengedarkan pandangan ke arah semua orang yang ada di ruangan ini, yang sepertinya menanti jawaban dari mulutnya. Tatapannya terpaku pada Ran yang duduk persis di depannya. Aryan merasakan tenggorokannya kering seperti sumur tetangga rumah neneknya dulu yang ada di pedesaan, yang selalu minta air pada neneknya.Aryan menggelengkan kepala. kenapa dia harus mengingat sumur kering di saat seperti ini?
Ran menekuk wajahnya sambil melangkah ke luar restoran. Sementara Aryan yang berjalan di belakang Ran tersenyum geli melihat wajah merajuk Pumpkin-nya. Bukan tanpa alasan wajah Ran seperti itu. Ran ditinggal keluarganya saat wanita ini izin ke toilet sebelum mereka semua pulang. Setelah kembali dari toilet, Ran hanya menemukan sosok Aryan yang duduk di kursi yang sejak tadi diduduki pria itu saat pertemuan dua keluarga tadi. Saat Ran bertanya ke mana keluarganya, Aryan mengatakan jika ayah Ran menitipkan Ran pada pria tampan itu untuk diantar pulang.Ran terkejut luar biasa. Wanita itu langsung menghubungi ayah, mama, serta adiknya. Namun tak satupun dari mereka menjawab telepon dari Ran. Ran mendengus sebal, dan langsung saja pergi dari ruangan itu tanpa permisi pada Aryan.“Mereka benar-benar!” gerutu Ran di sela langkah kakinya.Ran tak percaya keluarganya setega itu membiarkannya hanya berdua dengan orang asing. Bukankah mereka tahu jika Ran tida
Mereka menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, karena lokasi rumah Ran dan restoran itu lumayan jauh. Sepanjang perjalanan, tidak ada yang membuka suara.Sebenarnya Aryan beberapa kali memulai pembicaraan, tapi Ran tak merespon dengan baik, bahkan Ran sibuk dengan ponselnya. Lebih tepatnya pura-pura sibuk. Akhirnya Aryan menyerah, dan memilih fokus mengemudi. Walaupun sesekali matanya tak bisa diajak kompromi, karena selalu melirik wanita cantik yang duduk di sampingnya itu.“Terima kasih sudah mengantar saya.” Ran membuka sabuk pengaman, lalu segera ke luar dari mobil Aryan saat mereka sudah sampai di depan gerbang rumahnya, tanpa mau repot-repot menanti jawaban dari Aryan.Terdengar tidak sopan? Biarkan saja! Ran tidak peduli. Bahkan Ran berharap kalau Aryan mengadu pada kedua orang tua pria itu, supaya rencana perjodohan mereka bisa secepatnya dibatalkan.“Gerbang mau di buka, Non?” Satpam rumahnya dengan sigap bertanya saat
*“Soalnya muka kamu manis kayak kolak labu buatan nenek kamu.”*Ran terngiang ucapan Aryan ketika itu.Manis?“Aku minta maaf atas apa yang terjadi di masa lalu.”Ran tersadar dari ingatan masa lalu, saat suara Aryan kembali terdengar. Mereka saling pandang beberapa saat, sampai akhirnya Ran menghela napas panjang. Sepertinya wanita ini merasa tak ada gunanya lagi emosi karena masa lalu.“Sudahlah. Saya tidak mau membahas hal itu lagi. Sebaiknya sekarang kamu pulang.”“Kamu mau memaafkanku?” tanya Aryan penuh harap.“Kamu merasa bersalah?”Aryan mengangguk mantap sebagai jawaban.“Kejahilan kamu waktu itu hanya kejahilan anak kecil. Saya sebenarnya tidak mau mengungkitnya lagi, tapi kamu malah mengingatkan saya tentang itu. Tapi ya sudah lah, saya sudah memaafkan semua kejahilan yang kamu lakukan pada saya.”“Aku buk
//0821234xxxPagi... Kamu gak terlambat bangun kan?Ran terbengong sambil menerka-nerka nomer ponsel siapa yang mengganggu ponselnya pagi-pagi buta seperti ini. Ini baru hampir pukul lima pagi, tentu saja dia tidak terlambat bangun.Nomer siapa sih ini?//0821234xxxKarena kamu udah baca chat aku, sepertinya kamu udah bangun : DAku harap harimu menyenangkan, Pumpkin <3Pumpkin?Ran melebarkan mata terkejut saat menyadari panggilan itu.Tidak salah lagi, ini pasti nomer ponsel musuh bebuyutannya saat SD dulu. Siapa lagi kalau bukan Aryan Mada Kusumo, pria yang semalam membuatnya kesal. Tidak ada yang memanggilnya dengan sebutan itu selain Aryan.“What the Ffff__” Ran menarik dan membuang napasnya sebelum umpatan kasar itu keluar. “Dia tahu nomerku dari mana?!”
“Ayahmu belum datang?”“Hm.”“Aku antar?”“Terus tunanganmu nanti ngelabrak aku lagi seperti satu minggu yang lalu saat kamu juga pergi ke Bali?” tanya Ran sambil tersenyum miring.Juna terdiam sesaat. Pria ini menutup mata, lalu membukanya kembali. “Maafkan aku.”“It’s okay, Jun. Mungkin kalau aku ada di posisi tunanganmu, aku akan melakukan hal yang sama.”“Aku mencintaimu, Ba—”“Sudahlah, Juna. Ingat tunanganmu.”“Aku__"Juna menghentikan ucapannya, saat sebuah mobil berhenti tepat di depannya dan Ran. Mereka saat ini berada di depan restoran yang sudah terlihat gelap karena sudah tutup sejak setengah jam yang lalu. Walaupun masih ada satpam yang belum pulang dan masih berjaga di pos yang berada tak jauh dari tempat Ran dan Juna berada.Seorang wanita can
Ran memandangi sebuah toko perhiasan mewah di depannya. Di sampingnya, sudah ada seorang pria yang saat ini memasang senyum semringah seperti habis dapat jackpot. Bagaimana tidak dapat jackpot, tiba-tiba kemarin malam, sang mama memberitahunya melalui sambungan telepon kalau wanita pujaan sejak pria ini duduk di bangku sekolah dasar, menerima pertunangan mereka. Lebih jackpotnya lagi, wanita itu minta pertunangan mereka disegerakan. Pria ini yang tadinya hendak melepaskan kegalauannya di kelab malam karena masih teringat kedekatan manager Ran dan wanita itu, langsung membelokkan kemudi pulang ke rumahnya, karena ingin menanyakan secara langsung ucapan sang mama, dan berharap kabar itu bukan prank.“Bukankah kita mau ke rumahmu?” tanya Ran bingung.“Nanti, setelah kita pilih cincin pertunangan kita, Pumpkin.”Ran mendengus sebal. Panggilan ‘Pumpkin’ masih saja membuatnya kesal. Ran terkesiap saat pria di sampingnya tib
“Kafe ini benar-benar nyaman.” Ran mengedarkan pandangan ke penjuru kafe yang ia datangi. Kafe ini tidak besar, tapi juga tidak terlalu kecil. Terlihat sangat nyaman untuk berbagai usia.Hari ini ia dan sang suami menghadiri pembukaan kafe cabang baru kenalan sang suami di dunia bisnis, Andaru Ansel Bratadikara – CEO LION TV, salah satu stasiun televisi besar di negara ini —. Kafe ini milik istri dari Andaru, Zetaya Bratadikara. Wanita berambut merah yang sepertinya seusia dengan Aryan.Ran berkenalan dengan Zetaya saat Andaru dan istrinya itu menghadiri pesta pernikahannya. Ran dan wanita itu menjadi dekat setelah mengetahui sama-sama memiliki passion di dunia kuliner.“Kamu jadi mau buka kafe kayak gini?”Ran menghela napas panjang saat sang suami bertanya hal itu. Suaminya ini ternyata masih mengingat pembicaraan random mereka beberapa waktu yang lalu.Wanita ini tersenyum sambil mengusap lembut pipi san
Ran POV“Sayang, singkirkan tanganmu!”“Udah bangun?”Aku membuka mata malas saat pria yang sudah menjadi suamiku selama hampir tiga bulan ini bertanya dengan polosnya. Mataku menatap bagian atas gunungku. Ada beberapa tanda merah karya pria yang menyiksaku semalam. Mataku beralih menatap jam di nakas yang berada di sampingku.Jam empat subuh. Bagus, sepertinya aku baru tidur dua jam yang lalu, tapi pria yang memelukku dari belakang ini malah sudah mengganggu acara tidurku.Kutolehkan kepala ke belakang, tempat di mana ia berada. Mata kami bertemu. Pria ini tersenyum tanpa dosa saat aku menatapnya datar.“Bisakah kamu membiarkan aku tidur sebentar lagi?”“Tidur aja, Sayang~”Plak!Pria ini meringis saat aku menepuk sedikit kencang tangannya yang entah sejak kapan sudah menangkup salah satu gunungku. Bukan hanya mengangkup, tapi pria ini see
AREA 21++SADAR DIRI AJA BUAT YANG BELUM CUKUP USIA YESSS :* ( ETAPI KALAU UDAH MERIT MAH CUZ LAH TANCAP GAS... WKWKWK... )YANG UDAH CUKUP USIA TAPI GADA LAWAN, YAH MON MAAP ITU DERITA DITANGGUNG SENDIRIIIIIII.... ( AKU GAK IKUTAAANNN )###“Kamu ke sini hanya ingin bertanya tentang hal itu?”“Hanya?? Ini lebih dari sekedar ‘hanya’, Ken! Ini tuh bakal jadi awal di mana akan ada anakonda-anakonda dan sungai-sungai di masa mendatang hasil produksi gue dan My Pumpkin!” ucap Aryan menggebu, mendramatisir kata-katanya.Kendrick Gevan mendengus geli sambil menggeleng maklum. Sahabat rasa adik di depannya ini memang sudah terkenal gilanya.“Bukankah kamu bisa belajar dari film-film ‘gerah’ yang BIASA kamu tonton?”“Hoi! Janga
Ran menoleh ke samping kanan saat merasakan remasan lembut di tangannya. Ia balas tersenyum saat pria yang berdiri di sampingnya tersenyum dan memandangnya penuh cinta.Akhirnya ia resmi menjadi istri Aryan Mada Kusumo. Bocah yang mewarnai hari-harinya semasa duduk di bangku sekolah dasar walaupun kebersamaan mereka hanya sebentar.Ran pikir tidak akan bertemu lagi dengan bocah menyebalkan ini.Namun, siapa yang sangka, kalau ternyata Yang Maha Kuasa punya rencana yang indah untuknya dan Aryan. Kembali dipertemukan setelah sama-sama dewasa, ternyata tak membuat Aryan melupakan sosok dirinya yang sangat biasa ini.Sangkalan Ran atas hatinya yang terpikat begitu mudah dengan sosok Aryan ternyata tak berlangsung lama. Pria yang saat ini berdiri di sampingnya, bisa dengan mudah membuat orang merasa nyaman dan jatuh cinta dengan tingkah-tingkah tak waras yang dimiliki pria ini. Termasuk Ran. Dan ya.. Ran mengaku kalah, kalah oleh gengsi yang semp
“Dedek Ran udah besar ya.”Ran memutar bola mata malas. Namun terkekeh geli setelahnya. “Aku lebih tua dua tahun darimu, Ano.”“Tapi faktanya aku kan abang sepupu kamu.”“Ya.. ya.. ya.. Abang sepupunya Ran.” Ran memilih mengalah pada pria yang berjalan bersisian dengannya ini. Kakak sepupu yang lebih muda darinya ini selalu tidak pernah mau dianggap lebih muda dari Ran. Tapi ya kenyataannya memang benar jika Ano alias Keano adalah abang sepupunya, karena pria ini adalah anak dari kakaknya Adila.Mereka berjalan menyusuri taman belakang rumah ini untuk mencari udara segar sejak lima belas menit yang lalu.“Calon suami kamu masih cemburu sama aku?”Ran mengangkat kedua bahu. “Aku tidak tahu. Kalian kan belum sempat aku kenalkan secara langsung.”Ran tersenyum kecil. Masih segar di ingatan saat Adila mengatakan jika Aryan cemburu pada sosok Keano, padahal pria itu su
“Sudah merasa hebat?”Ran hanya diam saat sang oma bertanya sinis seperti itu padanya.Wanita ini menunduk takut dengan kedua tangan saling memilin.Sepertinya sejak tadi siang, sang oma tidak sabar ingin menegurnya. Tentu bukan teguran sayang antara oma dan cucu, tapi teguran penuh kebencian.Contohnya seperti saat ini.Ran terkejut saat beberapa menit yang lalu Zanna repot-repot menghampirinya di gazebo taman belakang tempat biasa dirinya bersantai untuk menghirup udara segar. Lalu, tahu-tahu saja mengatakan hal itu.“Kenapa diam?” tanya Zanna kembali. Tentu saja dengan nada dibuat semakin sinis.Ran mengumpulkan keberanian untuk mengangkat kepala, sampai matanya bersirobok dengan Zanna. Binar ketakutan terlihat jelas di matanya. Apalagi wanita ini sudah tahu jika Zanna pernah berusaha menyingkirkannya saat masih berada di dalam kandungan Manika.“Ran.. tidak mengerti maksud Oma.” Ran beruc
Hari ini, sepasang calon pengantin itu akan melakukan sesi pemotretan prewedding di tempat di mana Aryan Mada Kusumo menemukan tulang rusuknya.Mereka menggunakan seragam sekolah dasar tempat mereka sekolah dulu, yang tentu saja ukurannya sudah dibuat sesuai dengan ukuran tubuh mereka. Jangan tanya berapa lama proses pembuatan seragam itu.Aryan baru mengatakan pada sang mama satu minggu yang lalu untuk konsep foto prewedding yang akan dia gunakan. Hal itu tentu saja membuat Kania kelabakan. Apalagi seragam sekolah yang digunakan tidak seperti seragam sekolah pada umumnya. Kania tentu harus meminta bahan seragam itu pada pihak sekolah, dan untung saja semua proses seakan dimudahkan oleh Yang Maha Kuasa.Untungnya juga keluarga Aryan masih menjadi donatur terbesar di sekolah swasta ini. Sehingga tidak sulit bagi mereka meminta izin pihak sekolah untuk mengadakan foto prewedding di sini. Apalagi Aryan dan Ran memilih hari libur untuk melaksanakan kegiatan ini. Jad
“Sekolah ini sudah jauh berbeda ya.” Ran mengamati gedung besar di depannya, lalu beralih melihat sekeliling tempat yang dia datangi ini. Tempat ini semakin terlihat semakin baik.“Tentu aja. Udah berapa tahun coba kamu tinggalin?”Ran terdiam. Bola matanya memutar, menghitung kira-kira berapa lama ia meninggalkan sekolah dasar tempat di mana dulu ia bersekolah sebelum dibawa Rion ke London.“Hmm… Enam belas tahun sepertinya,” balas Ran setelah mengingat-ingat.“Waaahhh… luar biasa!” Aryan bertepuk tangan girang. “Jadi udah selama itu ya hatiku nyangkut di kamu??”Ran berdecih geli. “Tolong dikondisikan mulutnya. Kamu sedang menggombal?”“Kesungguhanku selalu aja dibilang gombal!”Ran tak bisa menyembunyikan tawa saat melihat wajah sang calon suami ditekuk.“Kamu ngambek?” tanya Ran sambil menusukkan telunjuknya b
“Ayah akan menerima kalau kamu membenci ayah, tapi tolong kamu jangan tinggalkan ayah…”Ran mencoba meredakan isakannya di dalam pelukan sang ayah.Pantas saja belakangan ini sang ayah lebih pendiam dari biasanya.Siapa pun yang membaca kisah hidup yang ditulis ibu kandungnya pasti akan ikut terbawa suasana, seolah orang itu sendiri yang mengalami. Termasuk Ran.Di dalam agenda itu terlihat jelas bahwa Manika adalah sosok wanita yang kuat. Ran juga dapat merasakan betapa sayangnya sang ibu padanya.Perasaan Ran campur aduk. Antara rasa senang, sedih, dan kecewa. Wanita ini senang, jadi lebih mengenal sosok Manika lewat agenda ini. Namun, Ran juga merasa sedih, karena tidak bisa bersama lebih lama dengan sang ibu.Ditinggalkan di usia yang masih sangat kecil membuat Ran tidak bisa mengingat sosok sang ibu dengan baik. Tapi di dalam agenda yang dipeluknya ini, Ran bahkan merasakan kehadiran sang ibu saat ini.“B