Ocean Vagano di dalam taman labirin tak terlalu risau dengan perubahan cuaca mendadak itu, seakan telah terbiasa dengan perubahan-perubahan cuaca yang terjadi. Ia hanya ingin segera kembali ke puri, secepatnya menghentikan pesta dan mengerahkan segenap pegawai puri maupun staf perkebunan untuk segera menyisir pulau.
'Pulau Vagano tak terlalu luas walaupun berhutan penuh semak belukar yang sayangnya cukup sulit dan lama untuk dijelajahi seorang diri. Dengan bantuan mereka, takkan susah untuk menemukan gadis-gadis yang hilang itu termasuk para penyusup!' Ocean belum teringat pada Lorong Bawah Tanah maupun peristiwa-peristiwa yang terjadi di sana. Ia tak tahu apa-apa karena belum seorangpun mengingatkannya kembali.
Taman labirin sudah berhasil ditinggalkannya, Ocean bersiap untuk masuk kembali ke puri lewat pintu terdekat. Namun kemunculan seseorang di jalan setapak, seorang pemuda tak dikenal yang membawa sejumlah barang di tangannya, membuat sang kembar sulung spontan
"Tunggu! Apa itu?" Mata biru Ocean nanar menatap benda kecil berujung tajam yang berada dalam tangan pria asing yang mengaku bernama Alexander Chan-Meyer. Sosok yang mengiranya Avalanche alias Earth! Semakin dekat dan dekat... "Bersiap-siaplah! Kau akan menerima nasib yang sama seperti saudaramu yang tadi kutemui di taman labirin! Avalanche, kau takkan pernah kumaafkan!" "Aku bukan..." Ocean masih berusaha keras menjauhkan benda yang segera dikenalinya sebagai alat suntik, yang penutup ujungnya belum sempat dibuka oleh si pemuda asing. Kedua pria itu masih terus bergumul, disaksikan dari jauh oleh Aina yang terpaku. Melawan deru angin, Ocean berteriak melanjutkan kata-katanya, "Aku bukan Avalanche yang Anda cari! Justru aku yang harus bertanya, siapakah Anda? Ini pulau kediaman pribadi keluarga Vagano, kami tak mengenal Anda! Anda yang harus pergi jauh-jauh dari sini, sebelum terjadi hal-hal yang lebih buruk lagi!" "Kau berani berkelit? Jangan berdust
Emily tahu waktunya sudah sangat sempit dan Xander bisa segera kembali kapan saja, sewaktu-waktu. Ia sudah putuskan untuk tak ingin lagi kembali bersama pria itu, seberapa pun baik dan tulusnya hati dan niat Xander. Ia sangat yakin, Xander tak datang ke pulau ini dengan usahanya sendiri. 'Mantan' kekasihnya itu sudah jauh berbeda. Ia bukan lagi seorang guru muda yang menyenangkan, yang pernah dikenalnya beberapa bulan yang lalu di Evertown High.'Apa boleh buat, aku harus bisa keluar dari sini dengan cara apapun! Kuharap Xander belum berada dekat-dekat sini. Segera kabur dari sini dan kembali ke puri sebelum terlambat!'Sambil menahan napas, Emily mengambil ancang-ancang, berusaha mengangkat sebuah kursi makan kayu tua dan membawanya dekat pada jendela kamar. Hanya terbuat dari kaca besar tanpa teralis atau sekat besi, seharusnya tak sulit untuknya melompat keluar dari balik kosen.Menahan napas, Emily menghitung dalam hati sebelum melemparkan kursi itu, s
Ocean terkejut, sama sekali tak menyangka jika Aina berani melakukan hal itu. Ia sudah tahu jika gadis yang pernah dekat dengannya ini memang seorang pemberani. Sayangnya ia belum siap untuk mengaku. Lukanya masih terasa sakit. Namun ia tak berani meringis, maka ditahannya saja sebisanya sambil berusaha tersenyum tanpa ekspresi. "Apa yang Anda lakukan, Nona? Sudah kubilang, namaku Earth. Aku bukan Ocean ataupun siapapun yang Anda maksud!" Akhirnya Aina menyerah dan melepaskan lengan Ocean yang terbalut jas, jadi ia tak dapat membuktikannya. "Huh, baiklah. Pesan ini kudapatkan dari Tuan Carl Wellington, Anda mengenalnya, bukan?" Aina mengeluarkan memo yang ditulis Carl di lounge, "Tolong sampaikan kepada Ocean, jika Anda bertemu dengannya! Aku akan bawa Tuan Alexander ke dalam puri, jika Anda tak keberatan! Ia tidak jahat, ia menolongku! Kumohon, Earth!" Ocean dalam hati merasa sedikit lega. Lengannya masih berdenyut-denyut, namun rasa pedih be
"Erato Miles! Rasanya aku sangat mengenal seseorang bernama Miles dari masa lalu. Siapa, ya?"Ocean duduk di salah satu sofa, sejenak berusaha keras mengingat-ingat, menggali sisa-sisa memori masa lalunya. Ia duduk merenung dalam diam. Lama ia tak berhasil menemukan jawaban, malah pelipisnya terasa berdenyut-denyut. Apalagi luka di lengannya yang tadi sempat diremas Aina.Akhirnya diputuskannya untuk langsung bertanya kepada para perawat yang baru saja selesai sarapan dan kembali memantau kondisi Sky dan Carl."Erato Miles? Nama keluarga Miles, kami sangat mengenalnya. Almarhumah Hannah Miles pernah menjadi kepala pelayan di puri ini. Anda dan Sky selama balita hingga kembali dari studi di Evermerika selalu berada di bawah asuhannya. Oh, ya, Anda mungkin belum sepenuhnya teringat kembali. Sebagai tambahan informasi, Hannah memang tak pernah berkeluarga dan kami yang sudah lama bekerja dalam keluarga Anda juga tak yakin bila ia pernah memiliki suami atau ke
'Hentikan pesta ini sekarang juga!' Itulah hal pertama yang ingin Ocean segera titahkan kepada sang pembawa acara yang siang itu masih menjalankan acara sesuai dengan rancangan awal Sky. Di tengah siang berangin dan berkabut ternyata acara 'pesta dansa penyambutan dan permainan' dua hari dua malam masih terus berlangsung! Bergegas keluar dari lounge, pemuda itu teringat kepada dua 'tamu'-nya, Aina dan si pemuda asing yang sempat ia pergoki dan gumuli. Diputuskannya untuk singgah di ruang tamu. Xander belum juga sadarkan diri. Ocean sesungguhnya tak bisa menyukai pria 'saingan cinta'-nya ini. Merasa tak tega, diberikannya juga seorang perawat untuk menangani. "Celaka! Semua tamu dan juga petugas yang masih menjalankan tugas sama-sama berada dalam bahaya besar!" Ocean, yang masih mengaku sebagai Earth di hadapan Aina, memberi sekadar informasi kepada gadis itu. "Apa yang Anda dapatkan, Tuan Earth?" "Pemilik nama Erato Miles adalah
Dalam kelemahan dan ketidakberdayaannya, Emily masih berusaha keras untuk tetap kuat. Ia tak ingin terlihat lemah di hadapan sosok wanita muda tak dikenal yang sangat tak ia sukai walau mereka sudah pernah bertemu sebelumnya, jauh di sebuah kafe di Evertown."Kakak tiriku, Erato Miles, alias Lara Samsara Miles-Vagano! Bukankah kau sudah memperoleh semua yang kau inginkan termasuk kekasih dari kekasihku?" Earth sekali lagi bertanya sekaligus ingin memperoleh kejelasan, "Kau datang bersama dia, bukan?""Ya. Tapi kurasa seorang Alexander Chan-Meyer tak lagi bisa kumiliki, seberapa ingin pun aku kepada dirinya!" Ada rasa pilu serta nada lirih dalam kalimat Lara itu, namun sekejap segera menghilang lagi, "Biarlah! Sama seperti almarhumah ibuku yang juga harus menelan pil pahit pada kenyataan bila almarhum ayahku lebih memilih seorang gadis bangsawati yang kemudian dinikahinya, demikianlah aku harus belajar untuk menerima kenyataan hidup!" Lara menegakkan kepala dan mendonga
Pesta dua hari dua malam yang direncanakan oleh Sky terpaksa ditunda, tak ayal para tamu yang kebanyakan penghuni puri serta pegawai perkebunan merasa heran karena apa. Mereka menurut saja, sementara satu persatu diantar masuk ke dalam ballroom, hingga ruangan besar dan berlangit-langit tinggi itu kini penuh sesak. Di sana mereka masih bebas berpesta, namun tak diizinkan untuk keluar dari bangunan utama puri. Pembawa acara berusaha menenangkan semua orang dengan alasan cuaca sedang kurang baik sehingga pesta terpaksa diadakan di dalam saja. Tamu-tamu kelihatannya mengerti, walau dalam hati masing-masing sibuk menduga apa yang sedang terjadi.Ocean Vagano tak ingin ambil risiko dengan membiarkan ada yang berkeliaran di luar, semua orang dipastikannya berada di dalam ruangan yang sama. Meskipun tentunya ada beberapa yang belum mendengar pengumuman sang pembawa acara, masih asyik berjalan-jalan di luar walau cuaca kurang menyenangkan. Sang kembar sulung menitahkan beberapa petug
Sementara itu, tak jauh dari sana, kedua gadis kembar Forrester sudah kembali mengenakan gaun-gaun indah mereka yang telah kembali kering. Masih dalam keadaan setengah mabuk karena anggur, sesekali mereka tertawa-tawa lepas sambil asyik menimang-nimang senjata temuan mereka, Pedang Terkutuk yang masih berlumur darah kering."Lihat Kak, hebat bukan? Ini sesuatu yang dulu disembunyikan baik-baik oleh Sky jauh di bawah, di dalam tempat ini, di mana ia pikir tak ada yang akan pernah menemukannya! Ia tak tahu bila kita ia jebloskan kemari dan bisa saja sewaktu-waktu beruntung menemukannya!""Sebenarnya di mana kau temukan sebelumnya? Bukankah kita juga tak diberitahu, Katy?""Waktu itu, tak sengaja, dalam pengembaraanku, aku masuk ke gudang tempat patung-patung rusak kesatria berbaju zirah besi tua tertumpuk. Lalu secara tak sengaja kutemukan satu pedang yang berbeda dari pedang-pedang lain yang ada dalam genggaman mereka. Benda unik ini bersinar dalam kegelapan seol
Bulan dini hari perlahan muncul dari balik awan-awan mendung di angkasa, memberi penerangan dalam udara pantai Pulau Vagano yang masih sangat dingin menusuk tulang."Ternyata kau juga hadir di tempat ini, Alexander!""Lara? Huh, sudah kuduga kau akan berhasil tiba di sini. Pastinya kau senang sudah bertemu kembali dengan saudara-saudara tiri yang selama ini kau cari dan rindukan!" Xander tersenyum kecut, "I see. Satu orang Vagano diam-diam sudah jadi tawanan kecilmu! Sungguh hebat!""Huh, kejutan hebat! Mengapa kau bisa ada di sini? Aku benci padamu, Guru Muda Pengecut! sejak di Evertown aku seharusnya sudah menghabisimu, andai aku tahu sedari awal Emily berhasil kau miliki!" geram Sky yang masih ada di bawah todongan dua senjata di tangan Lara."Oh, jadi itu kau, Eagle Eyes Sang Penyanyi? Menarik sekali kau juga ingin gadis yang sama dengan kakak dan adikmu. Kalian bertiga sama-sama jatuh cinta pada kekasihku selama bertahun-tahun lamanya tanpa ada yang mau mengalah! Akan tetapi, tak
"Ada apa sebenarnya di tempat ini?" Xander menemukan dirinya berada di sebuah lokasi yang masih asing baginya.Langit dini hari terselubung awan tebal kelabu hitam diselingi petir sambar-menyambar yang enggan berhenti. Di kejauhan, debur ombak menggempur pantai terjal tiada henti. Gelombang-gelombang air tinggi seolah menggapai-gapai naik turun hendak menenggelamkan Pulau Vagano, menyeret turun semua yang ada di atas permukaan tanah. Samar-samar, Xander hanya bisa melihat hamparan batu-batu nisan dan salib penanda makam, lama dan baru di sekitarnya. Beberapa tampak baru dan rapi, beberapa sudah dalam keadaan rusak menyedihkan."Apa yang dapat kulakukan di sini?" Tiba-tiba petir menyambar, hanya beberapa meter saja dari lokasi Xander berada. Pedang Terkutuk dalam genggaman tangannya bersinar dan teracung ke tempat yang 'ditunjukkan' petir itu."Tunggu mereka di sana!" Terdengar suara misterius yang menuntun Xander hingga tiba di titik ini. "Mereka akan segera datang!"********** Sem
"Aku, aku, sesungguhnya aku bukan..." kembali ke masa kini, Sky yang diarahkan Lara dalam rencananya itu begitu ingin membantah jika ia bukanlah Ocean. Ia merasa kesal, mengapa si gadis gila Katy Forrester tiba-tiba datang dan mengancamnya seperti itu. Merasa terjepit dan diprovokasi oleh dua wanita yang ia tidak sukai, Sky begitu ingin berteriak, kesal pada nasibnya. "Kau mau bilang jika kau bukan Ocean? Huh, jangan membantah! Kau kemari ingin memindahkan jenazah kakakku Kate dan berusaha menghilangkan barang bukti pembunuhan? Takkan kubiarkan! Kemarikan kakakku, lalu serahkan nyawamu kepadaku, Ocean Vagano!" Terpancing dan terbakar amarah, Sky tadinya ingin melawan, ingin dihempaskannya saja jenazah Kate ke tanah. Namun dua todongan moncong senjata di punggungnya serta bisikan Lara menghalangi niat pemuda itu, "Jangan berani kau lakukan apa-apa, Saudara tiriku! Awas jika kau berani kacaukan semua yang kita sepakati hingga bertemu keluargamu lagi! Hei, Katy!" Lara beralih mengajak K
Keputusan sudah diambil, mereka harus pergi. Ocean, satu-satunya yang belum sadarkan diri dari 'Kelompok Lounge', menjadi masalah terakhir mereka sebelum bisa keluar dari dalam puri. Aina bersikeras tak ingin meninggalkan pemuda itu bersama penjaga, padahal membawanya dalam keadaan seperti ini tentu sangat menyulitkan. Earth menawarkan diri sebagai pembawa tubuh kakak sulungnya hingga Ocean terjaga. Emily dan Carl akhirnya setuju jika Ocean digendong oleh Earth. Karena tugasnya, pemuda itu tak bisa memimpin dan memegang sepucuk senjata.Mereka bersiap-siap sekadarnya sebelum pergi dari puri. Seorang penjaga senior membagikan masing-masing sepucuk senjata api dari lemari rahasia kepada semua anggota Kelompok Lounge. Semula Carl menolak karena tak ingin ada lagi kekerasan. Namun Aina memberinya saran, "Tuan, aku tahu kita bukan orang jahat, namun kita masih butuh perlindungan dan senjata pembela diri. Meskipun aku yakin Ocean dilindungi sebentuk kekuatan, kita semua tentu tak ingin cela
Sementara itu, ke mana gerangan Alexander pergi? Pemuda itu masih membawa Dangerous Attraction dalam genggamannya. Ia tak begitu mengenal lorong-lorong Puri Vagano ini, namun suatu kekuatan tak kasat mata seolah menuntunnya. Pedang terkutuk bagaikan lentera panjang bercahaya menerangi jalan.Beberapa kali ia bertemu dengan sosok-sosok korban penusukan Katy di lantai, setengah mati maupun sudah tak bernyawa. Mereka yang masih hidup menggapai-gapai dengan segenap sisa tenaga. Beberapa orang muncul dari balik lemari atau tembok kemudian mendekat, walau bergidik ngeri setelah melihat senjata yang pria itu genggam."Tu-tu-tuan! Siapapun Anda, tolonglah kami! Kami tak ingin berada di sini!""Wanita itu membunuh! Tolong, lindungi kami!"Namun Xander mengabaikan semua permohonan mereka itu. Dilangkahinya saja mayat-mayat maupun jejak darah di karpet. Sesekali ia berhenti dan menatap dingin tanpa arti. Barangkali merenung, merasa kasihan, atau berpikir keras berusaha mencari jawaban. Akan teta
"Nama saya Sofia." tanpa diminta, gadis remaja misterius yang dipertanyakan Emily segera memperkenalkan diri, "Nona Emily, maafkan keberadaanku di sini, saya berada di sini untuk meminta perlindungan. Saya..." gadis itu menggigit bibir, berusaha menahan tangis."Astaga... kau bisa tahu aku, apakah kau juga tinggal di pulau ini? Orang tuamu bekerja di sini?" Emily segera mendekati gadis itu."Ya. Tadinya... Sebelum Nona Katy Forrester mengamuk di pesta dan membunuh mereka semua! Aku sudah yatim piatu saat ini!" Sofia tak bisa lagi berdiam diri. Didekapnya Emily. Air matanya tumpah. "Anda semua ke mana? Mengapa kami kalian tinggalkan? Di mana lagi ada lokasi aman di pulau mengerikan ini? Apakah kita akan bertahan hingga pagi nanti?""Sudah, sudah, tenangkan dirimu, Sofia." Emily berusaha menghiburnya dan balas mendekapnya, "Katy Forrester ada di luar sana, kau aman di sini bersama kami. Aku turut berduka. Aku tahu apa yang sudah kau alami. Kita di sini bersama-sama bertahan sambil berus
"Ya, pembunuh. Tetapi bukan wanita yang kita cari." sahut Earth."Bukan Erato Miles?" heran Aina."Bukan. Katy Forrester. Si gadis kembar bungsu!""Astaga, jadi, wanita yang tadi itu..." Aina teringat sesuatu yang enggan ia buka."Tadi apa?" Emily mulai curiga."Oh, nanti saja. Aku akan kisahkan semuanya di lounge."Tak lama setelah mereka dipertemukan kembali, Emily, Earth bersama Ocean yang masih belum sadarkan diri bersama Aina memutuskan untuk bersama-sama sebagai satu tim. Earth membantu menggendong tubuh sang kakak sulung yang walau sangat ia tidak sukai namun paling tidak 'sekarang sudah tak lagi jadi saingan'. Kehadiran Aina yang belum ia kenal benar setidaknya ia anggap sebagai 'sekutu' pembawa keberuntungan.Emily sempat cemas, ia tak tahu harus memihak siapa saat ini. Ocean memang semakin jauh saja darinya, peluang Earth mendapatkan hatinya semakin besar. Namun hal itu tak serta-merta menjadikan gadis itu lupa pada kebaikan dan perhatian Ocean."Cepat, kita harus selamatkan
Emily dan Earth terus berputar di lorong-lorong lantai dasar, berusaha keras mencari jalan terbaik menuju lounge. Mereka berusaha tetap menjauh dari suara-suara yang masih menggema di seluruh penjuru Puri Vagano. Suara-suara asing yang walau tersamar deru hujan badai petir, tetap mendirikan bulu roma. Jeritan manusia terkejut, minta tolong, serta tentu saja kalimat terakhir mereka, disusul tawa wanita muda yang sedari tadi terdengar paling akhir. Sang pembunuh berantai yang sedang beraksi! "Katy Forrester benar-benar mengerikan!" Emily menggeleng seolah berusaha menepiskan bayangan Katy yang sedang menghabisi penghuni puri satu persatu, "Gadis malang yang tak pernah beruntung semenjak ada di sini! Bayangkan jika Dangerous Attraction kembali ada dalam genggamannya!" "Ia dan kakaknya adalah kebalikan diriku. Aku yang dulu menderita sejak lahir, sedangkan mereka lahir dengan 'sendok perak di mulut' malah harus berakhir di pulau penuh kutukan ini!" Earth turut merenung, "Ayo, kita berusa
Sofia menggeleng, "Aku tak tahu, Tuan, tak ada petunjuk lain. Ia tak bilang apa-apa setelah mencegah Nona Katy membunuhku. Hanya saja katanya, ayahnya pernah jadi penguasa pulau ini..." "Penguasa pulau ini? Astaga... Itu pasti dia!" Carl semakin gusar. Fakta bahwa Katy baru saja membunuh entah berapa membuatnya sadar jika kutukan sahabatnya kembali memakan korban. "Kita harus temukan kedua kembar itu dan juga para Pemuda Vagano. Kurasa wanita yang tadi Sofia sebutkan adalah Erato Miles, wanita misterius yang kita cari-cari sebagai pelaku!" "Miles!" Sofia terkejut, "Bukankah Bu Hannah kepala pelayan yang sudah meninggal dunia tiga tahun yang lalu itu juga bernama keluarga Miles? Keluargaku mengenal beliau. Aku ingat, hanya saja kami tak berani dekat-dekat, beliau kelihatan galak dan sangat tertutup." "Barangkali memang itulah dia, putri sahabatku Zeus dan Hannah! Yatim piatu yang sedang mencari saudara-saudara tirinya demi 'reuni' pertama dan terakhir mereka!" "Astaga, jadi tadi ak