Sementara itu, jauh di sebuah pulau kecil tropis nan sunyi di laut lepas perbatasan terjauh Evermerika.
Seorang gadis cantik berkulit kecoklatan, berambut hitam legam, berbusana tradisional berbahan alami baru saja turun dari perahu kecilnya. Berlabuh, ia tangkas bekerja, turun menambatkan perahunya pada sebatang tonggak di pantai permai berpasir putih. Ia baru saja kembali dari tugas menjala ikan, seorang nelayan kecil-kecilan. Beberapa kilogram ikan kecil dan sedang berhasil ia peroleh, jalanya yang ia gendong cukup berat karena nyaris penuh.
Langit pagi tampak biru cerah nyaris tanpa awan, seakan tak ada lagi tanda-tanda beberapa belas jam silam telah terjadi badai dahsyat. Kecuali tentunya...
Sesosok tubuh terkapar tak berdaya di atas pasir di kejauhan. 'Manusia! Hidup atau mati?' demikian ia terkesiap.
Gadis itu segera mendekat dan duduk memeriksa. Tubuh itu tertelungkup penuh luka, bajunya compang camping, namun ia masih bernapas pelan, ma
Sementara itu, kembali ke malam di M's Brew. Xander yang masih duduk di kursi meja malam kencan menunggu kembalinya kekasihnya Emily Stewart yang pergi entah kemana, mulai merasa gelisah. Begitu pula dengan sang penyanyi yang malam itu melakukan 'live show'-nya, Eagle Eyes, alias Sky Vagano.Kedua orang yang saling tak mengenal itu sama-sama memikirkan gadis yang sama tanpa mereka sadari.Dimana Emily Stewart berada? Hanya seorang gadis lain yang tahu. Seorang pelayan berambut pirang yang berdiri di pojokan, yang sesekali mondar-mandir ke dapur dan ke ruang utama melayani tamu-tamu. Siapa lagi, bila bukan 'partner' kerjasama Ava, Erato.Erato yang diam-diam memendam perasaan aneh dalam hati saat sedang dalam misi 'membantu' adik tirinya itu. Erato alias Lara, tersenyum puas menatap lancarnya permainan mereka.'Earth pasti sudah berhasil melakukan dan memiliki Emily saat ini, dan kini giliranku untuk melakukan apa yang kuinginkan. Mencoba memasukkan Xander
Sementara itu, jauh di pulau terpencil tak dikenal bersuasana tropis, sang pemuda tampan berambut cokelat panjang dan bermata biru yang ditemukan seorang gadis lokal perlahan mulai pulih. Berkat perawatan telaten yang gadis itu lakukan, pemuda itu berangsur-angsur menemukan kekuatannya kembali setelah hampir beberapa hari kehilangan tenaga. "Siapa namamu?" tanya pemuda itu kepada dewi penyelamatnya, yang berkulit kuning kecokelatan dan berambut dan bermata hitam bagaikan malam. "Namaku Ainanani, atau panggil saja Aina. Senang bisa berkenalan dengan Anda. Maafkan bahasaku yang asing, karena aku kurang mengerti bahasa internasional," gadis itu menyahut malu. Ia masih sedikit segan, pemuda itu sangat menarik, dan diam-diam parasnya mulai menawan hati perawannya. Pemuda asing itu telah ia berikan baju dari kulit yang ia buatkan dari hasil perburuan hewan. Pakaian yang pertama kali dikenakannya telah nyaris hancur serta robek-robek. Semuanya telah Aina singkirkan,
Kembali ke malam kencan dan konser mini Eagle Eyes di M's Brew. 'Dimana Emily? Mengapa ia pergi lama sekali?' Xander sudah hendak berangkat menyusul kekasihnya ke belakang, mulai merasakan ada hal yang tidak beres sedang terjadi.Namun sebelum ia sempat melaksanakan hal itu, tetiba seseorang mendatanginya. Gadis pelayan alias 'waitress' yang sudah beberapa kali ia lihat di M's Brew, namun belum benar-benar ia kenal. Gadis berpapan nama 'Erato'."Maafkan saya, Tuan. Saya yakin, Anda sedang mencari Nona Muda cantik yang datang bersama Anda, kekasih Anda? Gadis manis yang bergaun pink?""Ya! Apakah Anda melihatnya, Nona... Erato?" Xander tadinya tak antusias dan mengira pelayan itu hanya datang untuk menawarkan tambahan menu, namun mendengar apa yang ditanyakan pelayan itu, ia begitu terkejut, "Dimana ia berada sekarang? Apakah ia memerlukan bantuanku?""Kulihat ia bersama seseorang keluar meninggalkan kafe ini ke tempat lain di seberang jalan. Bukan saya in
Sementara itu jauh di Puri Vagano, kembali ke tengah malam senyap itu, ke ruangan museum-perpustakaan dimana Katy Forrester sedang berjalan menuju kaca tebal dimana Dangerous Attraction selama ini terpajang. Entah didorong oleh kekuatan supranatural apa, gadis itu melangkah masuk dengan mantap. Mungkinkah kekuatan yang tak bisa terpuaskan walau sudah tertidur selama tiga tahun? Menyeringai senang, seakan tahu bahwa benda tajam di balik kaca tebal yang tersiram cahaya lampu display itu menunggu kehadirannya. Disentuhkannya kedua telapak tangannya ke kaca, dan perlahan sekali mendorongnya. Seharusnya kaca tebal itu tak bisa tergeser, benda itu dirancang khusus untuk tahan terhadap pukulan, benturan dan bahkan senjata api sekalipun. Namun dorongan Katy yang begitu ringan berhasil menggesernya hingga terjatuh dari meja display, hancur berkeping-keping di atas lantai marmer yang tak berkarpet. Meskipun suaranya menggema di seluruh penjuru Puri
Sementara itu, Kai dan Aina masih menjalani kehidupan yang santai dan jauh dari konflik. Waktu berlalu dengan cepatnya. Kai merasa jauh lebih tenang hanya dalam waktu beberapa hari setelah diselamatkan oleh Aina.Tanpa kesulitan ia segera beradaptasi dengan jadwal dan kebiasaan barunya di pulau tak bernama yang sangat sunyi ini. Bangun pagi-pagi menyambut fajar yang selalu indah merekah di horison diiringi pekik camar di kejauhan, mengisi hari dengan mencari bahan makanan di laut maupun di hutan, serta senja indah dan malam syahdu bersama Aina mengolah makanan dan bersantai.Nyaris tak diingatnya lagi usaha awalnya untuk mengingat-ingat masa lalu yang mengantarkannya ke tempat terpencil ini. Aina membuatnya lupa bahwa ia mungkin sedang dalam misi rahasia.Sebab Aina tak teringat, atau bahkan mungkin tak ingin menunjukkan satu-satunya 'petunjuk' bahwa Kai adalah seorang pria asing yang sedang ada dalam perjalanan penting menuju lokasi penting, atau seseoran
Pada malam pertama sepeninggal Ocean Vagano itu, seisi Puri Vagano yang terlelap lelah disentakkan oleh bunyi pecahan bagai ledakan maha dahsyat yang menggetarkan dinding ruangan seisi bangunan tua besar itu. Lilian dan Kate Forrester mendadak sontak terjaga di kamar tidur masing-masing. Ada apa? Gempa bumi? Mengapa hanya terdengar sekali saja, lalu setelah keadaan sunyi kembali, masih membuat sekujur tubuh mereka merinding hingga kini tanpa alasan? "Perasaan ini, sama seperti tiga tahun silam saat Earth muncul dan Pedang Terkutuk beraksi.." Lilian bermonolog. Wanita itu segera bangkit, sementara Kate malah membenamkan diri dalam-dalam di balik selimut. Ia tak pernah merasa ketakutan, selalu cuek dan sok berani. Apalagi nanti sekembalinya Ocean kemari, sudah pasti ia akan bertanggungjawab atas perbuatannya kemarin, jadi Kate harus belajar untuk tak takut, apapun yang terjadi! 'Tentu bunyi itu bukan pertanda apa-apa, mungkin ada hewan liar dari hutan m
Sementara itu, Emily dan Avalanche alias Earth sudah jauh pergi dari Evertown yang sedang dihebohkan dengan berbagai berita yang sebenarnya jarang dikonsumsi kota kecil yang tenang itu. Earth terakhir terlihat saat menggendong tubuh Emily yang masih pingsan keluar dari M's Brew yang sedang terbakar. Melewati deretan petugas damkar, pewarta dan polisi yang berdatangan untuk memadamkan api sekaligus berusaha mencari petunjuk yang ada. Eagle Eyes dan kru-nya berhasil selamat, pula semua penonton dan pengunjung kafe yang malam itu keluar dari ruangan yang penuh asap. Hanya beberapa karyawan yang berada di dapur yang sempat pingsan lantaran menghirup banyak asap, karena dekatnya lokasi mereka dengan titik api. Namun tak ada korban jiwa. Hanya saja, karena kebakaran itu terlalu spontan dan luar biasa, bangunan M's Brew mengalami kerusakan parah, sehingga tak bisa dipergunakan untuk sementara waktu. Semua CCTV yang ada juga terbakar sehingga sulit untuk menyelidiki
Sementara Kai dan Aina di pulau terpencil tak dikenal itu semakin akrab saja. Cuaca dan hawa tropis yang selalu beraroma laut dan buah-buahan memang membawa Kai semakin jauh dari kehidupan lamanya yang mulai terlupakan. "Aina, kau belum pernah bersama-sama seorang pria sebelumnya?" selidik Kai pada suatu malam saat mereka sedang duduk berdua di tepi pantai, malam-malam indah yang seperti biasanya. "Terus terang, belum. Aku beberapa saat silam masih tinggal bersama keluargaku dan mereka siap menikahkanku dengan pemuda manapun yang kusukai, karena usiaku sudah mencukupi. Namun aku memilih untuk pergi dengan alasan ingin bekerja mencari ikan, mencoba peruntunganku di sisi lain pulau ini. Dan di sinilah kita berada," kisah Aina malu-malu. Ia belum ingin duduk berdekatan dengan Kai, walaupun diam-diam ia sering memandang pemuda asing itu dengan sudut mata hitamnya, "bagaimana denganmu, masih belum bisa mengingat asalmu?" "Ya, kurasa aku masih hilang ingatan. Kepal