Pada malam pertama sepeninggal Ocean Vagano itu, seisi Puri Vagano yang terlelap lelah disentakkan oleh bunyi pecahan bagai ledakan maha dahsyat yang menggetarkan dinding ruangan seisi bangunan tua besar itu.
Lilian dan Kate Forrester mendadak sontak terjaga di kamar tidur masing-masing.
Ada apa? Gempa bumi? Mengapa hanya terdengar sekali saja, lalu setelah keadaan sunyi kembali, masih membuat sekujur tubuh mereka merinding hingga kini tanpa alasan?
"Perasaan ini, sama seperti tiga tahun silam saat Earth muncul dan Pedang Terkutuk beraksi.." Lilian bermonolog.
Wanita itu segera bangkit, sementara Kate malah membenamkan diri dalam-dalam di balik selimut. Ia tak pernah merasa ketakutan, selalu cuek dan sok berani. Apalagi nanti sekembalinya Ocean kemari, sudah pasti ia akan bertanggungjawab atas perbuatannya kemarin, jadi Kate harus belajar untuk tak takut, apapun yang terjadi! 'Tentu bunyi itu bukan pertanda apa-apa, mungkin ada hewan liar dari hutan m
Sementara itu, Emily dan Avalanche alias Earth sudah jauh pergi dari Evertown yang sedang dihebohkan dengan berbagai berita yang sebenarnya jarang dikonsumsi kota kecil yang tenang itu. Earth terakhir terlihat saat menggendong tubuh Emily yang masih pingsan keluar dari M's Brew yang sedang terbakar. Melewati deretan petugas damkar, pewarta dan polisi yang berdatangan untuk memadamkan api sekaligus berusaha mencari petunjuk yang ada. Eagle Eyes dan kru-nya berhasil selamat, pula semua penonton dan pengunjung kafe yang malam itu keluar dari ruangan yang penuh asap. Hanya beberapa karyawan yang berada di dapur yang sempat pingsan lantaran menghirup banyak asap, karena dekatnya lokasi mereka dengan titik api. Namun tak ada korban jiwa. Hanya saja, karena kebakaran itu terlalu spontan dan luar biasa, bangunan M's Brew mengalami kerusakan parah, sehingga tak bisa dipergunakan untuk sementara waktu. Semua CCTV yang ada juga terbakar sehingga sulit untuk menyelidiki
Sementara Kai dan Aina di pulau terpencil tak dikenal itu semakin akrab saja. Cuaca dan hawa tropis yang selalu beraroma laut dan buah-buahan memang membawa Kai semakin jauh dari kehidupan lamanya yang mulai terlupakan. "Aina, kau belum pernah bersama-sama seorang pria sebelumnya?" selidik Kai pada suatu malam saat mereka sedang duduk berdua di tepi pantai, malam-malam indah yang seperti biasanya. "Terus terang, belum. Aku beberapa saat silam masih tinggal bersama keluargaku dan mereka siap menikahkanku dengan pemuda manapun yang kusukai, karena usiaku sudah mencukupi. Namun aku memilih untuk pergi dengan alasan ingin bekerja mencari ikan, mencoba peruntunganku di sisi lain pulau ini. Dan di sinilah kita berada," kisah Aina malu-malu. Ia belum ingin duduk berdekatan dengan Kai, walaupun diam-diam ia sering memandang pemuda asing itu dengan sudut mata hitamnya, "bagaimana denganmu, masih belum bisa mengingat asalmu?" "Ya, kurasa aku masih hilang ingatan. Kepal
Sementara itu. Xander yang masih berada di Rumah Sakit Evertown bersama sang pengemudi mobil yang 'menabrak' Erato masih dalam dilema yang amat sangat. Haruskah ia segera mencari Emily yang hilang, atau tetap berada di tempat ini menunggu kehadiran yang berwajib, alias polisi? Namun sang pengemudi mobil tak ingin ia pergi dulu. Maka mereka duduk menunggu hingga polisi datang dan bersama-sama menjelaskan duduk perkara dan kronologinya. Polisi yang bertugas datang sedikit terlambat malam itu karena harus menangani kasus terbakarnya M's Brew. Xander turut melaporkan hilangnya Emily kepada mereka. Sayangnya, polisi hanya bisa berjanji untuk mencaritahu sesegera mungkin dan mengabari. Mereka belum bisa mengabarkan jumlah korban maupun orang yang hilang dalam kebakaran terheboh selama beberapa dekade terakhir di kota kecil yang biasanya tenang itu. Sang pengemudi mobil yang kooperatif berjanji untuk menanggung biaya pengobatan Erato, dan kemudian bebas pergi setelah berjan
Sementara, Emily masih berada dalam 'penguasaan' Earth di sebuah hutan yang sunyi. Masih terombang-ambing antara ingin kembali kepada Xander yang 'ditinggalkannya' begitu saja tanpa kabar di M's Brew di Evertown, atau tetap bersama Earth yang tak mungkin akan mengizinkannya pergi lagi. "Emily, sudah dua kali kita melakukan itu. Kau bisa berterusterang kepadaku, apakah kau mulai bisa menyukaiku walau sedikit?" Earth masih memeluknya erat, seakan tak ingin melepaskannya untuk selama-lamanya. Emily gemetaran, walau pelukan Earth terasa hangat. Di bawah siraman cahaya mentari, pemuda itu sama sekali tak seperti saat mereka masih di Pulau Vagano tiga tahun silam. Tubuhnya bersih, mulus, wajahnya bercahaya. Emily sungguh merasakan perbedaan yang signifikan antara Earth Si Bungsu Terkutuk di masa lalu dengan Avalanche Si Barista di masa kini. "Aku belum tahu. Tiba-tiba saja kau muncul kembali. Terlalu mendadak bagiku. Dan aku sudah punya kekasih yang mencintaiku. Xa
Lama Earth terdiam, sementara dalam hatinya, Emily sangat yakin bahwa pemuda itu takkan pernah berkata ya. 'Ia sangat membenci keluarganya, tanah kelahirannya, jadi ia takkan pernah mau! Maka aku akan bebas pergi, karena ia tentu akan menolak mentah-mentah semua permintaanku yang sukar ini!' demikian Emily berusaha untuk membuat Earth mundur perlahan dengan syarat yang sedemikian berat. Berada kembali di tanah kelahirannya tentu saja bukan pilihan terbaik bagi Earth yang tak ingin mengenang masa lalunya yang begitu kelam dan menyedihkan. Pergi sejauh-jauhnya, bila perlu! "Baiklah, Emily! Demi kau, hari ini juga kita akan segera kembali ke Pulau Vagano!" di luar dugaan, Earth menyanggupi permintaan Emily yang paling sukar itu. "A, a, a, apaaaa?" Emily terperangah tak percaya, "Earth, bagaimana mungkin kau mau? Ocean dan Sky bisa membunuhmu, apalagi bila kau membawaku kesana! Pedang Terkutuk itu tentunya masih ada dan kali ini hidupmu bisa berakhir di ujungnya!
Kate masih belum terlalu percaya bila Katy betul-betul serius ingin menyakitinya, walau sebenarnya ia betul-betul mulai dilanda sebuah perasaan yang sangat tak enak."Ayolah, Adikku! Letakkan saja pedang-pedangan yang kau dapatkan entah darimana itu dan berdamai sajalah denganku! Kau nanti juga akan mendapatkan jodohmu sendiri. Kembar Vagano tidak hanya Tuan Muda Ocean! Masih ada 2 adiknya yang sama-sama tampan dan bisa kaupilih sendiri nanti!" ia tertawa gelisah sementara Katy masih mendesaknya hingga jauh mundur ke dalam kamar, bahkan hingga ia terjatuh ke atas ranjangnya sendiri."Tidak, Kak! Aku ingin hanya diriku saja yang menjadi kekasih, tunangan dan kelak istri Ocean Vagano! Karena kau adalah sainganku! Dalam cinta, tak pernah ada yang namanya teman, sahabat bahkan saudara sekalipun!" Katy tersenyum sinis sambil tetap menggenggam hulu pedang terkutuk Dangerous Attraction yang belum pernah Kate lihat sebelumnya."Lalu, apa yang kau inginkan? Membunuhku? C
Semalam-malaman, beberapa jam lamanya Lilian bersama beberapa petugas jaga terkurung di museum perpustakaan hampir merasa putus asa karena 'dikungkung' oleh suatu kekuatan tak kasat mata yang seakan-akan 'menguasai' Puri Vagano. Mereka telah mencari celah di dinding, jendela, serta mencoba semua kemungkinan lain untuk keluar. Tak berhasil. Semua seakan-akan rapat tertutup, bahkan kaca jendela menolak untuk dibuka dari dalam.Sementara di bawah sana, tanpa mereka ketahui, seorang penghuni lama sekaligus tuan rumah, Sky Vagano sang kembar tengah, telah tiba kembali di kediamannya sendiri. Merasa heran karena tak ada seorang penjagapun di puri, sementara pintu-pintu utama tak terjaga dan dengan mudah dibuka dari luar."Pagi yang senyap di Pulau Vagano, dan tak ada penyambutan kepulangan sama sekali. Baiklah, ini memang sangat mendadak! Huh, semoga Lilian tak mengabaikan 'tugasnya'. Berarti benar dugaanku, ada hal yang tak beres di sini! Syukurlah aku kembali! Lilian! Penj
Sementara jauh di lantai dasar, kedua Kembar Cantik Forrester masih saling kejar. Katy yang masih dibawah pengaruh misterius tentu saja takkan menyerah sebelum mencapai tujuannya."Bersiaplah untuk mati, Kate! Kau takkan pernah bisa menghindar dariku ataupun takdir yang menunggumu!""Tidak! Tinggalkan aku saat ini juga! Kau bukan dirimu sendiri, Katy! Sadarlah! Kumohon, ingatlah bahwa kau adikku! Adik takkan membunuh kakak sendiri walau demi cinta!"Sepanjang perjalanannya mencari pintu menuju Lorong Bawah Tanah, Kate Forrester berusaha keras menghalang-halangi adiknya sambil mencoba semua pintu di lorong yang ia duga pernah dilaluinya beberapa saat silam bersama Ocean dan Lilian. Dijatuhkannya semua vas bunga besar-besar dan pajangan berharga yang ia temui, tak peduli bahwa tuan rumah puri bisa saja marah besar bila mengetahui perbuatannya itu.Demi keselamatannya, ia tak peduli. Sayangnya, perbuatan Kate itu percuma saja. Katy tetap mengejarnya dan mela