Sementara itu, tak jauh dari trotoar dimana Emily sedang berjalan bersama Xander, tepatnya di balik counter M's Brew yang mulai didatangi beberapa pelanggan yang sedang menyesap kopi, Ava dan Erato masih terlibat dalam 'perang dingin'.
Avalanche, alias Earth, mulai merasa terganggu dengan ikut campurnya Erato, gadis pelayan kafe rekan kerjanya yang diam-diam 'menaruh perhatian' pada apa yang terjadi.
Gadis misterius yang sama-sama bermata biru itu masih membisikkan niatnya, perlahan sekali agar tak ada yang mendengar.
"Ingat, Ava, alias Earth, aku bisa, dan harus membantumu memisahkan kekasihnya dari gadis itu. Bila tidak, aku akan bilang Pak Manajer bila kau kemarin meninggalkan pekerjaan karena.. Dan aku, bisa juga membuka identitasmu di depan pasangan itu, yang kuyakini bila si guru muda wanita sebenarnya kau kenali..""Cukup, diam kau, Erato!" tegas Ava, "aku tahu, kau sebenarnya memiliki kepentingan di sini. Aku belum tahu siapa kau, hanya saja, aku t
(POV Emily Stewart:) "Ayo, Em, kita singgah di kafe, minum kopi hangat dulu, kutraktir. Kau belum sempat sarapan, nanti kau lapar. Take away saja!" Aku mulai ragu-ragu dan segan saat Xander menarikku sambil kami melangkahkan kaki menuju kafe M'Brew. Tapi karena kekasihku Utampak begitu antusias dan ceria melihatku hari ini kembali 'bangkit', rasanya sungguh tak tega bila aku harus kembali menolak ajakannya. "Malas ah, aku mau langsung berangkat ke sekolah saja, nanti kita terlambat, malu!" "Sebentar saja, kita bisa minum sambil jalan kali ke sekolah! Bila kau lapar, beli satu roti atau donat juga boleh!" Wajahnya berseri-seri, sungguh tak ingin kulihat ia cemas lagi karena memikirkanku. Akhirnya kuturuti ajakannya dengan enggan. Kami ternyata sepasang pelanggan pertama. Hanya ada seorang pelayan sedang berbenah. Kulihat yang berdiri di counter adalah dia, barista kopi yang bernama Ava. Menyapa kami ramah, tak terlalu akrab, formal, bia
Sudut Pandang / 'point-of-view' Sky Vagano : 'Kota kecil Evertown adalah tempat berikutnya yang kutuju dalam rencana tour kecilku. Di sini tak seramai kota besar lainnya di Evermerika, masih begitu tenang dan damai. Tak banyak mobil dan motor melintas, hanya sesekali saja. Penduduk yang kebanyakan keluarga baru, pekerja muda dan mahasiswa-mahasiwsi serta anak-anak sekolah menengah adalah sasaran pendengar musikku. Dan seperti biasa, aku selalu mencari gadis bernama Emily. Di semua kota yang sudah kukunjungi selama hampir 3 tahun, diam-diam kuselidiki info tentang semua 'Emily-emily' yang ada di sana. Kugunakan jasa detektif atau apapun. Namun belum berhasil juga kutemui satupun gadis atau wanita muda bernama Emily Rose Stewart. Beberapa malam lagi aku akan manggung malam di sebuah kafe baru bernama M's Brew. Menariknya, kafe kecil yang konon mulai ramai pengunjung itu dimiliki The Miles Company. Nama yang mengingatkanku pada seseorang dari masa lalu.
Sekali lagi Ocean Vagano dihadapkan pada ujian paling mengasyikkan sekaligus menantang yang ia harus hadapi seorang diri. Rasanya seperti kisah dalam Kitab Suci dimana Hawa sedang mengulurkan sebuah apel, 'buah terlarang' yang konon kata Ular sangat nikmat rasanya.'Emily, seandainya kau yang ada di sini, ada di atas peraduanku, tentunya kita sudah sangat bahagia sekarang. Begitu banyak gadis yang ingin berdua saja denganku di pulau pribadi ini. Namun mengapa hanya kau yang ada dalam pikiranku, walau sudah tiga tahun lamanya kau pergi dari sini?'"Kau tunggu apa lagi, Tuan Muda Vagano?" tantang Kate Forrester sekali lagi, "jangan-jangan, kau memang tak menyukai wanita?" gadis itu sedikit mengejek, "are you not man enough for me?" tambahnya dengan aksen Everopa yang kental."Aku, aku.."Belum sempat Ocean menyahut, tetiba terdengar ketukan di pintu."Uhh, maaf. Segera berpakaian dan pergi dari kamarku!" Ocean merasa inilah kesempatannya untuk 'kabur
Kira-kira kemana salah satu Kembar Cantik Forrester, Si Bungsu Katy, pergi menghilang begitu saja menjelang tengah malam? Puri Vagano ini memang tempat yang privat, nyaman dan mewah, namun itu bukan jaminan.Begitu banyak lokasi misterius di sini, yang bahkan Ocean, Sky Sang Pewaris, dan Emily saat itu belum bisa pecahkan.Kembar tampan Vagano saja tak begitu hafal lorong-lorong dan tempat, apalagi tamu-tamu mereka yang kadang suka iseng menguji nyali 'berpetualang' menjelajahi puluhan ruangan, coba memasuki puluhan pintu di puluhan koridor besar dan panjang-panjang yang mewah, namun sepi dan kelam.Puri tua itu ibarat Istana megah Versailles di Everance, salah satu negara di Everopa yang terkenal dengan banyaknya pintu dan ruangan mewah.Barangsiapa terlena dan tak waspada, bisa tersesat di dalamnya. Dan bukan tak mungkin, bisa terhilang selamanya...Kini Ocean, Kate Sang Kakak, Lilian dan seorang petugas jaga sedang berkeliling puri mencari jejak
Ternyata Erato, alias Lara, yang belum juga membukakan identitasnya sebagai 'kakak tiri' Ava alias Earth, betul-betul menepati janjinya. Pemuda itu heran juga, gadis yang baru dikenalnya ini sangat tertarik untuk 'membantunya', entah dengan tujuan apa! Ia sesungguhnya curiga dan kurang senang. Namun di lain pihak, ia juga penasaran. Maka dibiarkannya kali ini Erato melaksanakan rencana gilanya. Ava alias Earth ingin tahu tempat tinggal Emily Rose Stewart secepat-cepatnya, mungkin bila dilakukan sendiri, amarahnya bisa meledak sewaktu-waktu. Bahkah bukan tak mungkin, Alexander Chan-Meyer, kekasih gadis itu, bisa ia cekik dan habisi dengan tangan hampa! 'Aku bahkan tak butuh pedang terkutuk 'Dangerous Attraction', tanganku saja sudah cukup untuk melampiaskan semua dan mengakhiri nyawa pemuda itu dalam sekejap!' demikian Ava sering membatin. 'Namun tidak, tidak, tidak! Aku tak boleh bertindak gegabah. Emily tak boleh menerimaku dalam keadaan berduka dan me
Erato alias Lara tentu saja tak mengalami kesulitan, dengan cepat segera menemukan dua sosok tamu M's Brew yang sudah familiar di matanya.Emily dan Alexander. Guru-guru muda yang konon berpacaran dan 'dibenci' siswi-siswi remaja Evertown High yang tadi Lara 'pergoki'bergosip di koridor.Mereka duduk berdua berdampingan di pojokan kantin, masih menikmati hidangan penutup dalam diam. Sesekali lirik-lirikan, seperti orang-orang pacaran diam-diam pada umumnya.Lara belum pernah pacaran dan merasa untuk seumur hidupnya mungkin takkan pernah jatuh cinta. Apalagi setelah membaca surat wasiat Hannah, almarhumah ibunya, yang menderita gegara cinta!Namun mengintip kemesraan Emily dan Alexander, pemuda tampan blasteran Everasia dan Evermerika itu, entah mengapa Lara merasa cemburu. Tiba-tiba saja ia berempati pada siswi-siswi remaja tadi, ingin berteriak 'betapa tak adilnya dunia ini!' dan merebut Alexander dari sisi Emily!'Ha ha ha, pikiran gila!' u
Lara yang seumur hidup tak pernah menyukai pria, tak ingin berkencan atau melakukan apapun, baru kali ini tergoda untuk mengintip sejenak apa yang pasangan Alexander dan Emily, dua guru muda yang sebetulnya 'tak memiliki urusan apa-apa' dengan dirinya. Lara hanya ingin membantu adik tirinya memperoleh alamat Emily dan berencana untuk pulang. Namun kali ini godaan itu begitu berat hingga ia mengurungkan niat untuk segera pergi. Hari semakin sore dan suasana Evertown begitu sepi. Lara mendekat ke rumah sewaan yang kebetulan memiliki sisi berjendela deret kecil-kecil dan tinggi. Kamar Emily berada di pojokan, sehingga mudah sekali bagi orang iseng untuk mengintai dari taman halaman di sekitarnya. Tak perlu memanjat tinggi, sebab lanskap berbukit-bukit di taman sudah memberikan 'undakan' yang cukup tinggi. Sosok Lara yang jangkung juga menolongnya untuk melihat ke dalam ruangan. 'Apa-apaan ini? Aku tak tahu mengapa aku begini! Hah, sudah telanjur basah. Aku lihat
Kaki Lara gemetar. Selama 27 tahun hidupnya ia tak pernah ingin atau tertarik pada hal-hal seperti ini. Kesendiriannya sudah cukup baginya, dan ia selalu merasa tak membutuhkan siapa-siapa. Melihat sepasang manusia bercumbu bukan kesukaannya, bahkan ia merasa geli dan jijik. Namun hari ini, tepatnya di sore menjelang malam hari yang sunyi di Evertown, tembok tinggi, tebal dan keras yang ia dirikan selama ini runtuh seketika. Ia merasa shock, matanya terbuka, barangkali seperti kisah dalam kitab suci yang ia baca, saat Hawa mengetahui bahwa ia dan Adam 'bersalah' dan sadar bahwa mereka tak mengenakan apa-apa, tepatnya setelah menikmati buah terlarang dan ditegur Sang Pencipta. 'Astaga. Tak heran Avalanche menikmati ini. Ia tentu mengalami hal yang sama sebelumnya entah dimana. Apakah ia terobsesi kepada Emily? Dan mengapa, aku juga? Aku tak pernah suka pria. Aku tentu saja tak suka wanita. Milik Emily sama saja dengan milikku. Namun Xander... '