(Point-of-view kembar Vagano tak dikenal:)
'Aku tak tahu mengapa malam ini aku begitu nekad melakukan semua ini. Bila saja aku tak punya belas kasihan, kubiarkan saja Emily di sana sekalian kunikmati keseluruhannya, sisa-sisa tubuhnya dan hidupnya. Sebab bagaimanapun ia disukai dan menyukai Ocean, kurasa begitu. Ia tak mengenalku. Ia bukan siapa-siapaku.
Namun tidak. Aku sangat cemburu dan marah, tapi belum saatnya kulampiaskan. Maka kubawa tubuhnya naik perlahan kembali ke kamarnya lewat pohon dengan susah-payah karena memanjat sambil membawa tubuh seseorang tak semudah kedengarannya.
"Peluk aku erat, aku akan menaruhmu di balkon lalu pergi."
"Mengapa kita lewat sini, Ocean?" Emily merasa heran.
"Aku harus pergi. Kau masuk dan segera bebersih saja dan beristirahat."
"Jangan tinggalkan aku."
"Aku harus pergi."
Emily dalam jubah ksatria lamanya dan tanpa apa-apapun lagi di dalamnya kuletakkan saja di balkon dan aku seger
(Point-of-view Emily:) 'Astaga. Earth, betulkah dia orang yang kusangka sebagai Ocean tadi? Dia masih hidup? Diakah yang pertama kali kudengar erangannya pada malam-malam pertamaku di sini dan kemudian terulang lagi sehingga aku begitu ketakutan dan lari ke kamar tidur Ocean? Diakah yang mengintaiku dalam berbagai kesempatan, termasuk... yang menyelamatkanku hingga dua kali walau dalam keadaanku yang paling polos dan terbuka? Aku sungguh merasa malu dan betul-betul risih, bila begitu, bisa saja lelaki tak kukenal itu memperlakukanku apa saja. Tapi tidak, dia tak begitu. Earth, penghuni Lorong Bawah Tanah yang kerap diberi makan Hannah! Dialah yang kucari-cari selama ini! Hannah... !!! Dia merencanakan sesuatu! Dia sangat berbahaya!' Emily langsung berdiri dan menghambur keluar dari ruang perpustakaan. Sudut Pandang / point-of-view Earth Vagano : 'Malam itu hujan berhenti, namun aku tak bisa tidur
Emily dan kedua kembar tampan Vagano tak menyadari bahwa Hannah sedari awal mendengarkan dan sabar menunggu momen-momen kelengahan mereka. Saat mereka berkumpul ia sengaja menyediakan teh hangat yang ternyata lebih istimewa daripada yang biasa ia sajikan..."Astaga, aku kok tiba-tiba mengantuk.." Emily melepaskan genggaman tangan Ocean yang berusaha memberinya ketenangan."Nanti.. pagi-pagi sekali baru kita bertindak, aku mau ke kamar dulu. Besok akan kuberitahu kalian.." Emily hendak berdiri, namun tiba-tiba ia terkulai.Ocean dan Sky berdiri, mereka kompak mencegah Emily terjatuh ke lantai, namun mereka juga tiba-tiba diserang oleh rasa kantuk yang luar biasa."Aduh, kenapa aku juga mengantuk.."Ocean maupun Sky buru-buru menggotong Emily bersama-sama ke sofa terdekat, lalu mereka sendiri segera duduk di sofa-sofa tunggal sebelah Emily dan segera terpulas."Ya, ya, obat tidur itu akan bekerja selama beberapa jam, selain mengantuk lelah dan cemas,
(Point-of-view Earth Vagano:) 'Aku tiba juga di bangunan tinggi yang selalu memancarkan cahaya berputar di puncaknya yang disebut mercu suar itu. Aku tahu seseorang yang tinggal di sana adalah orang yang Emily baru temui, dan aku harus menemuinya juga karena aku harus tahu siapa dia! Aku tak ingin langsung masuk, kedatanganku pada dini hari ini tentu akan dianggap sebagai pencuri. Maka aku mencoba mencari jendela atau apapun untuk menyelinap masuk. Sayangnya jendela-jendela yang ada terlalu tinggi dan tak ada pohon di sekitar menara itu untuk kugapai. Tiba-tiba seekor kuda dan seorang penunggangnya mendekat. Segera aku bersembunyi di balik pohon-pohon terdekat dan mengintip apa yang akan terjadi. Aku mulai merasakan firasat buruk menghujam jantungku, orang itu sepertinya kukenal dengan cukup baik. Sosok wanita tua. Si Tua !!! Malam itu berkabut, namun berkat cahaya rembulan yang temaram serta mataku yang terlatih dalam ke
(Point-of-view Earth Vagano:) 'Aku tahu nyawa wanita tua yang dipanggil Lilian itu dalam bahaya besar. Walau Si Tua itu satu-satunya orang yang 'kukenal' dan telah memberiku makan selama puluhan tahun, secara literal, 'memberiku hidup', namun tetap saja ia bukan seseorang yang paling kusayangi dan kukasihi. Maka aku mendekat dan berusaha mencegahnya melakukan hal yang buruk kepada Lilian. Dan benar, Si Tua tak berlama-lama menyembunyikan benda tajam itu dan menodongkannya ke hadapan Lilian, "Dini hari ini adalah saat-saat terakhirmu, Lilian mantan sahabatku. Kau takkan pernah melihat mentari pagi lagi! Karena sudah terlalu lama kau menyimpan rahasia keluarga lelaki yang aku cinta sekaligus aku benci, dan hari ini juga rahasia itu harus ikut bersamamu menuju liang kuburmu!" Dan Si Tua langsung bergerak maju hendak menghujamkan pisau yang ia bawa ke tubuh wanita bernama Lilian itu.. Tapi dalam duniaku, dimana aku sudah be
(Point-of-view Earth Vagano:) 'Aku tak tahu apa yang harus kulakukan dengan tubuh Si Tua yang kini tergeletak di hadapanku, tentunya belum mati, karena aku tak setega itu. Aku memang Makhluk Terkutuk yang hina, tapi rasa kemanusiaanku masih ada, seberapapun kecilnya. "Siapa kau?" ulang wanita tua yang tadi nyaris menjadi korban."Aku, aku.." tudung pada jubahku belum berani kuungkap. Siapa wanita ini, aku bahkan tak tahu karena Si Tua belum pernah menyebutkan nama atau memperlihatkan fotonya."Mari kulihat!" dengan berani, wanita yang telah kuselamatkan itu membungkuk dan menyingkapkan tudungku.Dan betapa terkejutnya ia saat melihatku."Oh Tuhan, oh Tuhan... Kau masih hidup! Kau benar-benar masih hidup! Ini sebuah keajaiban!" wanita itu berubah gembira dan betul-betul sudah tak takut lagi kepadaku."Kau adalah kembar ketiga Vagano yang hilang selama hampir dua puluh tiga tahun! Kau adalah Earth Vagano!" ia memelukku seketika dengan sangat gembira hing
Sementara itu Emily dan kedua kembar Vagano di puri masih mencari-cari Hannah mulai dari sekitar puri hingga berakhir di istal dekat perkebunan. Saat Ocean memeriksa kuda-kuda, ternyata benar, seekor kuda telah digunakan dan hilang dari sana. "Hannah pasti mendengar kalau aku menyebut tentang kembaran kalian dan Doc Lilian!" pendapat Emily yang belum begitu banyak bicara. "Barangkali ia menuju ke mercu suar!" "Aku akan segera menyusul Hannah, kemungkinan besar ia berada di sana saat ini!" Ocean segera mempersiapkan pelana dan naik ke atas kuda putihnya, Silver Sea. "Aku mau ikut!" ujar Emily. "Eh, tidak!" Ocean turun lagi dari Silver Sea. Kali ini ia tak ingin bertaruh lagi dengan keselamatan Emily. "Pembunuh kemarin masih berkeliaran dan sekarang Hannah menghilang! Kemungkinan besar dialah pelakunya, orang yang sudah memelihara kami selama hampir 23 tahun! Kau lebih aman berada di sini bersama Sky! Kalian berdua selidiki saja bagaimana cara k
"Apakah Hannah ada di tempat ini? Aku perlu segera bicara dengannya. Kumohon, Doc Lilian.""Uhh, aku..." Lilian masih berusaha mencegah agar Ocean tak membuka pintu untuk masuk ke dalam rumah mercu suarnya.Wanita itu bukannya tak ingin melaporkan kejadian buruk yang nyaris menimpanya dini hari tadi. Hanya saja ia masih ingin merahasiakan keberadaan Earth, yang ia rasa belum siap untuk bertemu dengan kedua saudara kembarnya termasuk Ocean."Hannah sudah pergi dari sini. Ya, tadi memang ia datang kemari. Ingin bicara tentang... kondisi Emily. Ya, ia bilang bila Emily sudah membaik, lalu pergi lagi."Tubuh tinggi tegap Ocean nyaris tak dapat dihalangi oleh wanita setengah baya yang sedikit berusia lebih tua daripada almarhumah ibunya itu. Namun Lilian berdiri di pintu, masih ngotot tak mengizinkan Ocean masuk. Ia tak mau bila Earth maupun Hannah diusik, karena ia telah berpikir cukup jauh."Biasanya aku percaya kepadamu, Dokter. Namun mengapa hari ini ka
Lilian membeku ketakutan sekali lagi. Ocean melangkah masuk dan menelusuri seluruh penjuru ruangan rumah mercu suar kecilnya. Buru-buru wanita itu berdiri di depan anak tangga menuju ke ruang atas menara, cemas bila Ocean akan naik ke sana.Namun pemuda itu ternyata tak peduli pada tangga lagi. "Iya, Dokter benar. Memang tak ada siapa-siapa di sini. Sebaiknya aku segera kembali. Namun bila kau melihat atau bertemu dengan Hannah lagi, sebaiknya segera melaporkan kepadaku! Mulai hari ini, ia adalah buronan kami! Ia mungkin adalah pelaku pembunuhan dan juga seorang musuh dalam selimut. Aku tahu, aku harus percaya pada Emily. Setelah kemunculannya di sini, begitu banyak hal aneh terjadi dan terungkap. Aku harus menggali sejarah keluargaku, dan juga menemukan adikku Earth, hidup atau mati. Juga mengapa ayahku meninggal dunia. Serta mematahkan Kutukan Angka Tiga yang masih menjadi teka-teki itu." Ocean keluar dan segera menaiki kuda putihnya Silver Sea, sementar