(Point-of-view Earth Vagano:)
'Aku tiba juga di bangunan tinggi yang selalu memancarkan cahaya berputar di puncaknya yang disebut mercu suar itu. Aku tahu seseorang yang tinggal di sana adalah orang yang Emily baru temui, dan aku harus menemuinya juga karena aku harus tahu siapa dia!
Aku tak ingin langsung masuk, kedatanganku pada dini hari ini tentu akan dianggap sebagai pencuri.
Maka aku mencoba mencari jendela atau apapun untuk menyelinap masuk. Sayangnya jendela-jendela yang ada terlalu tinggi dan tak ada pohon di sekitar menara itu untuk kugapai.
Tiba-tiba seekor kuda dan seorang penunggangnya mendekat. Segera aku bersembunyi di balik pohon-pohon terdekat dan mengintip apa yang akan terjadi.
Aku mulai merasakan firasat buruk menghujam jantungku, orang itu sepertinya kukenal dengan cukup baik.
Sosok wanita tua. Si Tua !!!
Malam itu berkabut, namun berkat cahaya rembulan yang temaram serta mataku yang terlatih dalam ke
(Point-of-view Earth Vagano:) 'Aku tahu nyawa wanita tua yang dipanggil Lilian itu dalam bahaya besar. Walau Si Tua itu satu-satunya orang yang 'kukenal' dan telah memberiku makan selama puluhan tahun, secara literal, 'memberiku hidup', namun tetap saja ia bukan seseorang yang paling kusayangi dan kukasihi. Maka aku mendekat dan berusaha mencegahnya melakukan hal yang buruk kepada Lilian. Dan benar, Si Tua tak berlama-lama menyembunyikan benda tajam itu dan menodongkannya ke hadapan Lilian, "Dini hari ini adalah saat-saat terakhirmu, Lilian mantan sahabatku. Kau takkan pernah melihat mentari pagi lagi! Karena sudah terlalu lama kau menyimpan rahasia keluarga lelaki yang aku cinta sekaligus aku benci, dan hari ini juga rahasia itu harus ikut bersamamu menuju liang kuburmu!" Dan Si Tua langsung bergerak maju hendak menghujamkan pisau yang ia bawa ke tubuh wanita bernama Lilian itu.. Tapi dalam duniaku, dimana aku sudah be
(Point-of-view Earth Vagano:) 'Aku tak tahu apa yang harus kulakukan dengan tubuh Si Tua yang kini tergeletak di hadapanku, tentunya belum mati, karena aku tak setega itu. Aku memang Makhluk Terkutuk yang hina, tapi rasa kemanusiaanku masih ada, seberapapun kecilnya. "Siapa kau?" ulang wanita tua yang tadi nyaris menjadi korban."Aku, aku.." tudung pada jubahku belum berani kuungkap. Siapa wanita ini, aku bahkan tak tahu karena Si Tua belum pernah menyebutkan nama atau memperlihatkan fotonya."Mari kulihat!" dengan berani, wanita yang telah kuselamatkan itu membungkuk dan menyingkapkan tudungku.Dan betapa terkejutnya ia saat melihatku."Oh Tuhan, oh Tuhan... Kau masih hidup! Kau benar-benar masih hidup! Ini sebuah keajaiban!" wanita itu berubah gembira dan betul-betul sudah tak takut lagi kepadaku."Kau adalah kembar ketiga Vagano yang hilang selama hampir dua puluh tiga tahun! Kau adalah Earth Vagano!" ia memelukku seketika dengan sangat gembira hing
Sementara itu Emily dan kedua kembar Vagano di puri masih mencari-cari Hannah mulai dari sekitar puri hingga berakhir di istal dekat perkebunan. Saat Ocean memeriksa kuda-kuda, ternyata benar, seekor kuda telah digunakan dan hilang dari sana. "Hannah pasti mendengar kalau aku menyebut tentang kembaran kalian dan Doc Lilian!" pendapat Emily yang belum begitu banyak bicara. "Barangkali ia menuju ke mercu suar!" "Aku akan segera menyusul Hannah, kemungkinan besar ia berada di sana saat ini!" Ocean segera mempersiapkan pelana dan naik ke atas kuda putihnya, Silver Sea. "Aku mau ikut!" ujar Emily. "Eh, tidak!" Ocean turun lagi dari Silver Sea. Kali ini ia tak ingin bertaruh lagi dengan keselamatan Emily. "Pembunuh kemarin masih berkeliaran dan sekarang Hannah menghilang! Kemungkinan besar dialah pelakunya, orang yang sudah memelihara kami selama hampir 23 tahun! Kau lebih aman berada di sini bersama Sky! Kalian berdua selidiki saja bagaimana cara k
"Apakah Hannah ada di tempat ini? Aku perlu segera bicara dengannya. Kumohon, Doc Lilian.""Uhh, aku..." Lilian masih berusaha mencegah agar Ocean tak membuka pintu untuk masuk ke dalam rumah mercu suarnya.Wanita itu bukannya tak ingin melaporkan kejadian buruk yang nyaris menimpanya dini hari tadi. Hanya saja ia masih ingin merahasiakan keberadaan Earth, yang ia rasa belum siap untuk bertemu dengan kedua saudara kembarnya termasuk Ocean."Hannah sudah pergi dari sini. Ya, tadi memang ia datang kemari. Ingin bicara tentang... kondisi Emily. Ya, ia bilang bila Emily sudah membaik, lalu pergi lagi."Tubuh tinggi tegap Ocean nyaris tak dapat dihalangi oleh wanita setengah baya yang sedikit berusia lebih tua daripada almarhumah ibunya itu. Namun Lilian berdiri di pintu, masih ngotot tak mengizinkan Ocean masuk. Ia tak mau bila Earth maupun Hannah diusik, karena ia telah berpikir cukup jauh."Biasanya aku percaya kepadamu, Dokter. Namun mengapa hari ini ka
Lilian membeku ketakutan sekali lagi. Ocean melangkah masuk dan menelusuri seluruh penjuru ruangan rumah mercu suar kecilnya. Buru-buru wanita itu berdiri di depan anak tangga menuju ke ruang atas menara, cemas bila Ocean akan naik ke sana.Namun pemuda itu ternyata tak peduli pada tangga lagi. "Iya, Dokter benar. Memang tak ada siapa-siapa di sini. Sebaiknya aku segera kembali. Namun bila kau melihat atau bertemu dengan Hannah lagi, sebaiknya segera melaporkan kepadaku! Mulai hari ini, ia adalah buronan kami! Ia mungkin adalah pelaku pembunuhan dan juga seorang musuh dalam selimut. Aku tahu, aku harus percaya pada Emily. Setelah kemunculannya di sini, begitu banyak hal aneh terjadi dan terungkap. Aku harus menggali sejarah keluargaku, dan juga menemukan adikku Earth, hidup atau mati. Juga mengapa ayahku meninggal dunia. Serta mematahkan Kutukan Angka Tiga yang masih menjadi teka-teki itu." Ocean keluar dan segera menaiki kuda putihnya Silver Sea, sementar
"Ada apa antara kau dan Emily? Kau telah berjumpa dengannya?" selidik Lilian. Ia gandeng tangan Earth berjalan-jalan di tepi pantai, karena ia tahu Earth selama ini belum pernah sedemikian lama terkena sinar matahari. Pasti dunia luar adalah tempat baru sekaligus masih asing baginya. Mereka berdua berjalan seperti ibu dan anak di atas pasir putih Pulau Vagano yang keindahan alamnya memang masih sangat asri dan menakjubkan. "Ya, tidak secara langsung. Tapi beberapa kali aku menyelamatkan Emily. Gadis itu... disukai Ocean." Earth mulai bercerita dengan suara pelan, takut salah bicara. "Bagaimana kau tahu?" Earth berhenti melangkah. "Beberapa kali aku melihat Ocean begitu mesra menatapnya. Aku tahu aku tak berhak merasa begini. Tapi aku ingin juga diberi kesempatan seperti dia. Aku sudah kehilangan puluhan tahun. Tahun-tahun sebagai seorang anak dan remaja. Kini aku sudah begitu dewasa. Saat melihat Emily, kuakui aku tak sengaja.
Pagi menjelang siang itu Emily segera melancarkan aksinya bersama Sky, turun bersama-sama ke Lorong Bawah Tanah. Mereka membawa perlengkapan yang memadai dan tak lupa gulungan tali panjang untuk menandai jalan. Emily ingat rute dari dapur yang biasa dilalui Hannah, jadi hanya dari awal saja ia bisa menunjukkan pintu untuk turun menuju dunia gelap gulita yang bahkan di siang hari bolong tetap terkesan mengerikan."Duh, betulan, aku gak mau masuk lagi ke bawah sini bila tahu baunya apek dan menyesakkan seperti ini! Istal kuda kami saja jauh lebih baik, padahal setiap hari rabuk kudanya begitu banyak!" cerocos Sky sambil menyorotkan senter besarnya. Emily berjalan di belakangnya, mereka turun dengan sangat hati-hati sebab anak tangga batu itu licin, curam dan penuh lumut.Akhirnya mereka berdua tiba di lorong utama yang berdasar batu lembab dan setengah berlumpur."Sekarang kemana?" Emily melihat banyak sekali perempatan dan persimpangan tak teratur dari sorotan se
Emily dan Sky sama-sama terdiam menyaksikan penemuan mereka di Lorong Bawah Tanah yang begitu menyesakkan dada sekaligus membuat hati nurani terusik. Seseorang yang tadinya berada di sini pasti merasakan kesepian, kemarahan dan penderitaan yang luar biasa. Ini lebih parah daripada penjara. Ini lebih dari sekedar tawanan atau narapidana biasa, bahkan mungkin ia telah menerima siksaan melebihi hewan yang hendak disembelih atau dijagal sebelum dikonsumsi manusia. "Lihatlah ini." sorot Emily dengan senter kecilnya ke pojok ruangan. Beberapa alat penyiksaan masih ada di sana; tongkat kayu berduri, sejenis cambuk atau pecut, dan entah apa lagi namanya, yang jelas ini benda-benda sungguhan seperti yang biasa dipakai tentara abad pertengahan saat menyiksa tawanan perang. Dan semua benda itu adalah saksi bisu sekaligus alat bukti.. "Jangan-jangan... Hannah yang selama ini melakukan semua ini kepada seseorang." ucap Sky menggemak