Arka membenahi kera bajunya dengan kasar, matanya menatap Bayu tanpa berkedip, seakan meremehkan, dengan bibirnya yang terus menyeringai.Sementara itu, Intan yang berdiri lemas dan sesekali terhuyung, bersender di pilar rumah Kinara, menatap Arka tanpa berkedip. Tatapan mata tajam Arka yang dilayangkan pada Bayu, membuatnya semakin terlihat tampan dan berwibawa, dengan tubuh tinggi, tegap, dan kekar, membuatnya semakin mempesona. Namun sangat disayangkan, Arka tidak mudah untuk dirayu, terbukti ketika dirinya mencoba merayu Arka beberapa menit lalu.***Beberapa menit yang lalu.Intan yang masih terduduk di teras rumah, merasa dirinya tidak memiliki tenaga, hanya untuk sekedar berdiri. Tak berselang lama, sebuah mobil mewah berwarna putih, berhenti di halaman rumah Kinara, membuat Intan penasaran dengan sosok yang tengah mengemudikan mobil semewah itu.Intan semakin intens memperhatikan seorang pria tampan berperawakan tinggi, tegap dan kekar, keluar dari pintu mobil yang perlahan ter
"Hentikan tingkah konyolmu itu Mas! pergilah! urusi Istri barumu itu!" ucap Kinara lantang sembari membuang muka, merasa enggan untuk menatap wajah Bayu yang terus menatapnya dengan raut wajah penuh penyesalan.Bayu tertunduk sejenak, setelah itu berbalik, menuntun Intan untuk segera memasuki rumahnya, tanpa mengucapkan sepatah kata. Sesekali melirik Kinara yang sangat enggan untuk menatap ke arahnya."Ra! Apa hatimu terasa sakit melihat Suamimu bersama wanita itu?" tanya Arka lirih, ketika menyadari Kinara yang masih terdiam. Kinara menghela nafas berat, hingga akhirnya memaksakan senyum simpul di bibirnya."Tidak!" dalihnya. Namun Arka sangat mengenal Kinara, Arka bisa membedakan mana senyuman asli dan palsu milik Kinara dengan mudah. Arka menghembuskan nafas panjang."Oke! aku sangat mengerti kondisimu saat ini, semua ini akan cepat berlalu, percayalah padaku!" ucap Arka berusaha meyakinkan Kinara, sembari mengusap lembut puncak kepalanya untuk sekedar meringankan beban pikiran. Ki
Kinara begitu tersentak mendengar usulan Arka untuk membuat Intan kapok tinggal satu rumah dengannya."Percaya deh! setelah ini wanita itu akan kapok untuk tinggal di sini lagi!" ucap Arka mencoba meyakinkan Kinara, namun Kinara masih merasa ragu. Bagaimana jika aksinya ketahuan oleh Bayu? Kinara tidak bisa membayangkan, akan semarah apa Bayu padanya.Arka menatap wajah Kinara yang menampakkan keraguan di sana. Sebenarnya Arka tahu, Kinara bukanlah orang licik yang akan memainkan trik murahan seperti ini, namun usulannya kali ini hanya semata-mata untuk membantu Kinara yang hatinya merasa gundah."Baiklah! lupakan saja usulanku tadi!" Arka mengambil kembali sebotol cabe bubuk dari tangan Kinara, namun dengan cepat, tangannya di tepis oleh Kinara."Akan ku lakukan!" ucap Kinara penuh keyakinan. Membuat Arka mengembangkan senyum simpul yang menghiasi bibirnya."Oke! semoga berhasil! Aku pamit pulang, akan segera aku serahkan berkas-berkas ini pada pengacara yang akan mengurusi perceraia
Keesokan harinya.Setelah menyelesaikan pengiriman pesanan kuenya, Kinara bersantai ria, menemani sang putra bermain mobil mainannya."Sayang!" teriak Bayu dari dalam rumah. Kinara hanya terdiam, dirinya tidak mengetahui, siapa sebenarnya yang Bayu panggil? dirinya atau istri barunya?"Sayang? kamu nggak masak lagi hari ini?" Bayu menghampiri Kinara yang berada di ruang tamu. Kinara yang terduduk di lantai bersama sang putra, hanya mendongak menatap Bayu yang berdiri di depannya, tanpa mengucapkan sepatah kata."Ini sudah siang Sayang! kalau harus makan di luar tidak akan sempat! aku akan terlambat masuk kantor hari ini!" rengek Bayu. Kinara hanya menghela nafas panjang, melengkungkan bibirnya, seolah-olah tengah memaksakan senyum di sana."Mas .. hari ini kamu libur dulu ya? kita akan makan di restoran mewah hari ini," ucap Kinara lembut, dengan rasa muak yang sebenarnya menyesakkan dada. Membuat Bayu cukup tersentak dengan ucapan Kinara padanya."Sayang! aku belum ada uang! aku belu
Intan melirik sekilas ke arah Bayu, tatapan Bayu seakan menyuruhnya untuk menuruti permintaan Kinara. Membuatnya terpaksa menahan alat vitalnya yang semakin memanas."Oke! aku akan ikut!" ucap Intan lirih. Akhirnya Intan kembali mengikuti langkah Kinara, yang membawanya menuju keramaian.'Kenapa Kinara membawaku ke tempat seramai ini? apa jangan-jangan semua ini perbuatan Kinara?' batin Intan. Dirinya begitu cemas. Bagaimana jika dirinya tidak bisa menahan panas pada alat vitalnya terlalu lama?"Silahkan duduk!" ucap Kinara ramah, menyadari Intan yang tak kunjung menduduki kursi yang dipilihkan nya."Iya!" Intan dengan sangat terpaksa menuruti semua perintah Kinara padanya. Bayu terus mempelototinya dari samping, membuatnya tidak bisa berkutik sedikitpun."Pesanlah apapun yang kalian suka!" ucap Kinara ramah pada Intan dan Bayu yang duduk bersebelahan, sembari menyodorkan sebuah buku menu."Pesanlah! aku akan memakan apapun yang kamu pesan," ucap Bayu pada Kinara, sembari memberikan k
"Apa maksudmu!?" Bayu menatap wajah Intan dengan tajam, dengan aura mengintimidasi yang kental. Seketika mengingatkan Intan akan ancaman Bayu semalam.'Gawat! kalau terus seperti ini Mas Bayu bisa membunuhku!' batin Intan, dirinya merasa cemas. Dengan cepat dirinya meraih dompet kecil miliknya yang tergeletak di atas meja, dengan cepat berlari membelah keramaian, meninggalkan Kinara dan Bayu yang masih menjadi pusat perhatian di sana.Bayu tidak berniat untuk mengejar Intan, justru dengan begini, dirinya bisa terbebas dari gangguan Intan untuk sementara. Bayu yakin, dalam waktu dekat ini, Intan tidak akan berani mencarinya.Namun Bayu masih kebingungan, apa maksud dari tuduhan Intan pada Kinara? apa yang sudah Kinara lakukan padanya?Bayu menatap Kinara yang masih duduk dengan santai sambil sesekali menyeruput minumannya. Seakan tidak mempedulikan sama sekali jika dirinya kini tengah menjadi pusat perhatian."Ra! apa maksud tuduhan Intan yang dilayangkan padamu tadi?" Bayu memberanikan
Sementara itu, Arka yang tengah berpakaian serba hitam, layaknya seorang detektif, menghampiri resepsionis di hotel Angkasa, seperti permintaan Kinara padanya."Permisi! apakah barusan ada seorang pria yang cek in di hotel ini? Namanya Damar," ucap Arka sopan pada resepsionis hotel."Maaf sebelumnya Kak! apakah Kakak mempunyai hubungan keluarga dengan yang bersangkutan? jika tidak, maafkan saya jika tidak bisa memberi tahu, karena ini adalah privasi pelanggan," ucap resepsionis wanita itu dengan ramah.Arka terdiam sejenak, berpikir dengan keras, mencoba mencari cara agar dirinya bisa mengetahui nomor kamar yang dipesan oleh pria bernama Damar.'Sebenarnya Damar itu siapa sih?' batin Arka merasa penasaran."Begini Mbak, sebenarnya saya adalah tetangga Damar, ayahnya baru saja meninggal, dan keluarganya menyuruh saya untuk mencarinya, karena beberapa hari ini Damar tidak bisa dihubungi oleh keluarga," ucap Arka memelas, dengan tangis yang dibuat-buat. Tangannya sesekali mengusap mata, s
Arka segera berganti baju, bergegas keluar dari hotel itu. Arka segera merogoh saku celananya, mengambil ponselnya untuk menghubungi Kinara. Kinara pun dengan cepat mengangkat panggilan telepon dari Arka."Halo Ka?" ucap Kinara dari seberang telepon."Aku sudah meletakkan kamera tersembunyi di kamar itu, dan aku melihat Intan di sana," ucap Arka antusias."Iya, pria itu memang salah satu mainan baru milik Intan," jelas Kinara dari seberang telepon, membuat Arka begitu tersentak dengan ucapannya."Benarkah? astaga! untung saja aku tidak termakan trik murahannya kemarin." Arka menghela nafas lega, merasa bangga dengan imannya yang kuat."Hahaha .. memangnya trik apa yang digunakannya padamu?" Kinara merasa penasaran, karena kemarin dirinya juga tidak sempat bertanya pada Arka."Dia pura-pura jatuh di hadapanku, berharap aku menangkapnya, tapi aku berhasil menghindar, setelah itu memohon padaku untuk membantunya berdiri, tapi aku mengacuhkannya, membuatnya kesal, sampai berteriak memanggi