Sementara itu, Arka yang tengah berpakaian serba hitam, layaknya seorang detektif, menghampiri resepsionis di hotel Angkasa, seperti permintaan Kinara padanya."Permisi! apakah barusan ada seorang pria yang cek in di hotel ini? Namanya Damar," ucap Arka sopan pada resepsionis hotel."Maaf sebelumnya Kak! apakah Kakak mempunyai hubungan keluarga dengan yang bersangkutan? jika tidak, maafkan saya jika tidak bisa memberi tahu, karena ini adalah privasi pelanggan," ucap resepsionis wanita itu dengan ramah.Arka terdiam sejenak, berpikir dengan keras, mencoba mencari cara agar dirinya bisa mengetahui nomor kamar yang dipesan oleh pria bernama Damar.'Sebenarnya Damar itu siapa sih?' batin Arka merasa penasaran."Begini Mbak, sebenarnya saya adalah tetangga Damar, ayahnya baru saja meninggal, dan keluarganya menyuruh saya untuk mencarinya, karena beberapa hari ini Damar tidak bisa dihubungi oleh keluarga," ucap Arka memelas, dengan tangis yang dibuat-buat. Tangannya sesekali mengusap mata, s
Arka segera berganti baju, bergegas keluar dari hotel itu. Arka segera merogoh saku celananya, mengambil ponselnya untuk menghubungi Kinara. Kinara pun dengan cepat mengangkat panggilan telepon dari Arka."Halo Ka?" ucap Kinara dari seberang telepon."Aku sudah meletakkan kamera tersembunyi di kamar itu, dan aku melihat Intan di sana," ucap Arka antusias."Iya, pria itu memang salah satu mainan baru milik Intan," jelas Kinara dari seberang telepon, membuat Arka begitu tersentak dengan ucapannya."Benarkah? astaga! untung saja aku tidak termakan trik murahannya kemarin." Arka menghela nafas lega, merasa bangga dengan imannya yang kuat."Hahaha .. memangnya trik apa yang digunakannya padamu?" Kinara merasa penasaran, karena kemarin dirinya juga tidak sempat bertanya pada Arka."Dia pura-pura jatuh di hadapanku, berharap aku menangkapnya, tapi aku berhasil menghindar, setelah itu memohon padaku untuk membantunya berdiri, tapi aku mengacuhkannya, membuatnya kesal, sampai berteriak memanggi
Intan merasa ketakutan, ketika angin mulai meniup ke arahnya, tubuhnya terpontang-panting ke segala arah."Tuhan tolong aku!" gumam Intan, sembari mencengkeram kuat tali yang menggantungnya.Intan menuruni tali itu dengan perlahan, tak mempedulikan banyaknya orang yang berteriak-teriak memanggilnya dari bawah."Hey turun!" teriak salah seorang karyawan hotel dari bawah. Namun Intan seakan tuli, dirinya tidak menghiraukan teriakan-teriakan orang di sekitarnya."Nona! jangan bertindak gegabah, mari bicarakan masalahnya baik-baik, saya tidak akan membawa anda ke kantor polisi," teriak manager hotel dari balkon ketika menyadari aksi nekat Intan. Dirinya mengira Intan berniat untuk mengakhiri hidupnya, padahal sebenarnya Intan tengah berusaha kabur darinya. Mendengar hal itu, membuat wajah Intan berbinar."Benarkah? anda tidak akan membawa saya ke kantor polisi?" teriak Intan dari bawah, masih bergelayut di tali yang dijuntaikannya."Iya! saya berjanji!""Baiklah kalau begitu, tarik saya k
Beberapa minggu berlalu begitu cepat. Intan tiba-tiba menghilang begitu saja dari peradaban, berita kehilangannya hingga di sebar di televisi. Dirinya menjadi buronan polisi, setelah film porno bersama sang kekasih yang tersebar luas di media sosial.Bayu merasa sangat terpuruk dengan berita yang tengah menyeret dirinya. Dirinya menjadi lelucon di tempat kerjanya, karena sang istri yang telah dinikahinya secara siri, tiba-tiba tersandung skandal video porno bersama seorang pria asing. Bayu beberapa hari tidak masuk kerja karena kejadian itu. Dirinya seringkali melamun di kesendiriannya, seolah telah kehilangan semangat untuk melakukan aktivitas apapun. Dirinya masih tidak menyangka, seorang wanita yang dulu sangat dicintainya mendadak berubah menjadi wanita murahan, yang mau dibawa kesana-kemari oleh pria asing yang bahkan baru dikenalnya. Dan dengan bodohnya Bayu mengkhianati Kinara yang selalu setia terhadapnya, demi wanita murahan yang suka mengobral dirinya di pinggir jalan.Bayu
Kinara berlari ke dalam kamar, mengunci pintunya, agar tidak ada yang bisa mendengar isak tangisnya. Kinara sudah tidak bisa membendungnya lagi, meskipun dirinya berpura-pura tegar di depan Bayu, namun tak bisa dipungkiri, hatinya tetap merasa sakit.Sakit itu begitu menusuk hati, hingga terasa begitu nyeri. Kinara menangisi dirinya yang terlalu bodoh selama ini, dirinya terus dibohongi oleh Bayu, bahkan dirinya tidak memiliki harga diri di depan mantan suaminya itu. Hati nuraninya tetap merasa iba dengan tangis Bayu, padahal dirinya pun tidak mengetahui tangisnya itu asli atau palsu. Karena selama ini, Bayu selalu menampakkan kepalsuan di depannya.Kinara menghapus air matanya secara kasar, terus memberikan semangat untuk dirinya sendiri. Harus tetap pergi, meskipun perih, namun itu akan menjadikannya lebih kuat di kemudian hari.Kinara menatap sang putra yang tengah tertidur pulas di atas tempat tidur, membuat dirinya cukup terenyuh. Semoga Nathan dan dirinya akan mendapatkan kehidu
"Apa tidak sebaiknya mengontrak rumah dan toko secara terpisah?" ucap Arka."Aku masih belum ada cukup uang, Ka!""Kamu bisa tinggal di rumahku untuk sementara, kasihan Nathan jika harus tinggal di toko seperti itu." Arka memberikan sarannya, harap-harap Kinara akan menerima. Meskipun sebenarnya, ada maksud lain dari semua itu. Dirinya ingin lebih dekat lagi dengan Kinara, siapa tahu, suatu hari nanti mereka akan kembali seperti dulu."Tidak perlu Ka, aku tidak ingin merepotkan orang lain," ucap Kinara."Apa aku masih menjadi orang lain di hatimu Ra? apakah seterusnya akan seperti itu?" Arka sedikit kecewa dengan ucapan Kinara yang masih menganggapnya sebagai orang asing."Sudahlah Arka! aku sama sekali tidak ingin membahas apapun tentang itu!" Kinara merasa begitu kesal dengan ucapan Arka yang selalu menjurus ke masa lalunya.'Padahal, setiap malam aku selalu memimpikan pernikahan denganmu, Kinara! apakah aku tidak akan pernah memiliki kesempatan itu?' batin Arka, hatinya terasa pedi
Sementara itu, Bayu yang meringkuk merasa curiga dengan kondisi rumah yang semakin sunyi. Dirinya berlari menghampiri Kinara yang disangka masih terjebak di dalam rumah. Dan hasilnya nihil, Bayu mendapati pintu yang semula terkunci, kini terbuka dengan lebar.Tubuh Bayu mendadak tidak memiliki energi, tubuhnya meringsut, terduduk lemas di atas lantai. Segala upaya yang telah dia lakukan, berjalan dengan sia-sia, Kinara sudah pergi, entah bagaimana caranya."Kinara! kenapa kamu bisa setega ini terhadapku?" gumam Bayu, kini air mata itu kembali luruh membasahi pipi. Suara isak tangis itu kembali menggema di seluruh penjuru ruangan. Tubuh itu bahkan tak mampu lagi untuk berdiri, rasanya berat sekali.Kebodohan yang selama ini Bayu lakukan, akhirnya membuahkan sebuah karma. Seseorang yang telah dia sia-siakan kini telah pergi, tidak akan ada harapan untuk bertemu dengannya lagi.Bayu menatap foto pernikahannya dengan Kinara di atas dinding. Ada sebuah senyuman kebahagiaan terukir di sana,
Kinara dengan terpaksa mengikuti perintah Arka untuk segera memasuki mobilnya."Kenapa kamu bisa tiba-tiba berada di pasar?" tanya Kinara penasaran, membuat Arka mendadak membeku seketika.'Haduh! aku hampir lupa, seharusnya aku tidak turun dari mobil. Sekarang aku harus beralasan apa? tidak mungkin kan, kalau aku mengaku telah mengikutinya dari tadi' batin Arka dalam hati."Arka! apa kamu mengikutiku? dan kamu juga yang dengan iseng menaruh buket bunga di depan pintuku?" ucap Kinara dengan nada menginterogasi yang kental. Rasa penasarannya tiba-tiba membawanya memikirkan kembali buket bunga yang tergeletak di depan pintunya pagi ini.Mendengar kecurigaan Kinara, Arka semakin terkejut, kenapa Kinara seakan bisa menebak apa yang telah di lakukannya pagi ini? apakah sebenarnya Kinara sudah mengetahui semuanya?"Tidak! aku tidak mengikutimu. Aku juga tidak tahu tentang buket bunga!" Arka terus berdalih untuk menutupi semua kebohongannya. Hal itu dilakukannya semata-mata hanya agar Kinara