"Aku pulang dulu, pokoknya Kamu harus menikahiku secepatnya!" perintah Intan, dia merasa ketakutan dengan reaksi Bayu ketika mendengar berita kehamilannya, hingga membuatnya memutuskan untuk segera pergi dari sana.Bayu meringis frustasi, dia benar-benar bingung untuk saat ini, apa yang harus dia lakukan sekarang?***Malam pun telah tiba, Kinara yang tengah bermain dengan Nathan pun di kejutkan dengan kepulangan suaminya."Tumben jam segini sudah pulang," sinis Kinara ketika Bayu menghampiri mereka yang tengah bermain di teras rumah."Iya, hari ini tidak ada lembur," jawab Bayu dengan suara beratnya.Kinara menyadari sikap Bayu yang tidak beres, dia yakin jika Intan sudah menceritakan semua hal yang terjadi pagi tadi pada suaminya, hingga membuat Bayu menjadi seperti ini.Kinara di kejutkan dengan Bayu yang secara tiba-tiba memeluknya dari samping, nafasnya terdengar sangat berat, membuat Kinara tidak tega untuk menepisnya."Ra! aku menyayangimu dan Anak kita," ucap Bayu dengan mata
Kini Bayu harus menerima sikap Kinara yang terasa dingin, karena semua itu adalah akibat dari perbuatannya.Bayu tertunduk untuk beberapa saat, hingga akhirnya dia memutuskan untuk pergi bekerja tanpa ada Kinara yang mencium punggung tangannya.Kinara mengintip mobil Bayu yang perlahan menghilang dari halaman rumah, sebenarnya dia mendengar teriakkan suaminya, namun dia memilih untuk tidak pernah peduli, perasaan pedih dalam hatinya perlahan menghilang, hati itu kini telah mati rasa, itu akan membuatnya meninggalkan Bayu tanpa setetes pun air mata di kemudian hari.***"Mas Bayu!" Terdengar suara lantang di iringi hentakan kaki dari arah belakang Bayu yang hendak memasuki kantornya, Bayu menoleh mencari sumber suara yang tak asing di telinga."Lagi-lagi tidak mengangkat teleponku! Kamu ini sebenarnya kenapa sih!?" pekik Intan dengan suaranya yang meninggi.Bayu menatapnya dengan malas, sebenarnya tidak ingin membuang energi untuk menghadapi Intan, namun suara Intan yang terus meninggi
"Ini kantor? kamu mau ngapain di sini!? lebih baik pulang saja!" usir Bayu."Aku nggak mau!" ucapnya penuh keyakinan.Intan tetap kekeuh dengan keputusannya, meski beberapa kali Bayu mencoba mengusirnya dari sana.Akhirnya, Bayu yang telah putus asa, menyetujui permintaan Intan untuk menunggunya di tempat parkir.***Sore hari pun telah tiba, Intan masih sabar menunggu Bayu di tempat semula, hingga Bayu keluar dari kantornya."Aduh! orang ini kenapa keras kepala banget sih!?" gumam Bayu dari kejauhan, ketika menyadari Intan yang masih menunggunya di samping mobil.Bayu mengira, jika Intan hanya menggertaknya, dan akan segera pergi dari sana. Namun ternyata Intan benar-benar menunggunya hingga pulang bekerja.Bayu secara diam-diam berjalan keluar dari kantor, menutupi wajahnya dengan tas kerjanya, beberapa kali mengintip Intan dari celah tasnya, nampaknya Intan tidak mengetahui keberadaannya saat ini.Bayu berlari tunggang langgang, menuju jalan besar untuk mencari ojek. Hari ini dia d
"Kamu siapa!? kenapa malam-malam berada di sini!?" ucap satpam seolah tengah menginterogasi Intan yang masih menggosok-gosok matanya yang terasa berat.Intan yang baru menyadari kedatangan salah seorang satpam, bergegas bangkit dari duduknya, beberapa kali menepuk pantatnya yang terlihat kotor setelah duduk di lantai paving."Saya menunggu pacar saya Pak, namanya Mas Bayu, apakah Bapak bisa memanggilkannya sebentar?" ucap Intan sopan kepada bapak-bapak satpam yang telah berumur."Neng! sebaiknya lihat jam deh!"Mendengar ucapan sang satpam, Intan pun dengan penasaran merogoh ponsel miliknya di dalam tas untuk sekedar melihat jam, betapa terkejutnya dia, melihat waktu yang kini telah menunjukkan pukul setengah satu lagi, pantas saja kantor terlihat sepi, tapi kenapa sampai sekarang Bayu belum juga menampakkan batang hidungnya? sebenarnya kemana Bayu pergi? apakah lembur sampai selarut ini? Beberapa pertanyaan mulai melintas dalam pikirannya."Jadi, apakah Mas Bayu sedang lembur?""Haha
Intan yang awalnya menaruh curiga terhadapnya, mendadak menepis semua pemikiran aneh, setelah mendengar ucapan sopan pemuda itu."Masnya ini Ojek?" tanya Intan sedikit ragu-ragu, yang hanya di balas anggukan oleh pria itu."Perkenalkan! nama saya Damar!" Sang pria memberikan jabat tangan secara paksa pada Intan.Intan dengan cepat menghempaskan tangan Damar yang tidak mau melepaskan jabat tangan mereka, berjalan menjauh dari Damar yang tengah menatapnya."Mbak! kenapa takut begitu sih? saya nggak gigit kok," ucapannya santai.Intan menghentikan langkahnya, berdiam diri untuk sejenak, mencoba menghilangkan rasa takutnya, jika dia terus seperti ini, dirinya bahkan tidak bisa pulang sampai pagi, apa lagi sekarang ini tubuhnya terasa berat sekali."Baiklah! antarkan saya pulang sekarang!" ucap Intan lirih, dirinya yang awalnya tertunduk, memberanikan diri untuk menatap wajah Damar.'Ternyata tidak buruk juga, orang ini ternyata lebih tampan dari Mas Bayu,' batinnya.Intan tanpa sadar ters
Tak sampai di situ, tangan nakal Damar menyelusup masuk ke dalam kemeja coklat milik Intan, tangan kirinya menyelusup ke dalam bra, memainkan ujung buah dada Intan di dalam sana. Sementara tangan kanannya bersusah payah membuka resleting celana pendek milik Intan."Akh! ja-jangan .. Ahh!" pekik Intan ketika tangan kanan Damar berhasil memasuki celananya, memainkan gumpalan daging kecil di sana, membuat tubuh Intan menggelinjang hebat."Akh!" pekik Intan, merasakan sensasi yang luar biasa ketika Damar meremas gundukan kembarnya secara kasar, sembari terus memainkan lidahnya di telinga dan tengkuk milik Intan."Apakah kamu menikmatinya?" bisik Damar, ketika menyadari bagian bawah Intan yang terasa basah. Intan hanya mengangguk pasrah tanpa perlawanan, sensasi seperti ini telah lama di nantikannya dari Bayu, namun belakangan ini, sikap Bayu mendadak berubah terhadapnya, tak pernah lagi menyentuh tubuhnya seperti dulu."Bi-bisakah jan-jangan melakukannya di si-sini?" ucap Intan terengah-e
Intan terkejut bukan main, melihat alat vital Damar yang telah mengeras, menampakkan urat-urat kecil di sana, itu bukan ukuran orang normal, besarnya hampir menyerupai kepalan tangan orang dewasa, dengan panjang yang luar biasa, membuat Intan sangat ingin segera mencobanya."Akh! sa-sakit! pe-lan sedikit!" pekik Intan ketika tanpa sadar, si joni dengan paksa mencoba memasuki lubang kenikmatannya. Namun Damar seakan tuli, dia mengacuhkan Intan yang terus meronta sembari meringis kesakitan."Akh!" pekik Damar ketika berhasil menerobos pertahanan Intan di bawah sana, terlihat darah segar yang mulai mengucur, ini memang bukan pertama kalinya untuk Intan, namun karena ukurannya yang sangat besar, membuat Intan harus merasakan perih di area kewanitaannya, hingga membuatnya meneteskan air mata.Tanpa aba-aba, Damar mempercepat temponya, memompa tubuh Intan, hingga membuat Intan kewalahan mengatur nafas."Pe-pelan sedikit!" ucap Intan dengan nafasnya yang tersengal, namun lagi-lagi Damar tida
"Ikut aku!" Bayu dengan cepat menarik tangan Intan untuk mengikuti langkahnya, sementara seorang pria tua yang tengah menggendong sebuah map, dengan pakaian rapi berjas, terlihat terus mengikuti mereka.Bayu seketika menghentikan langkahnya, melihat seorang pria tua yang tidak berhenti mengikuti mereka."Bapak ini siapa?" Bayu spontan bertanya pada bapak tua itu."Penghulu, yang akan menikahkan kita hari ini!" jawab Intan datar, membuat Bayu seketika terkejut mendengar hal itu."Apa!?" Bayu kembali menatap tajam ke arah Intan, ada perasaan tidak terima dalam hatinya, nafasnya menderu, giginya bergemeretak, dengan tangan yang mengepal sempurna. Seakan telah siap untuk bertinju dengan lawannya.Namun Bayu tak bisa melakukan hal itu pada Intan, dirinya hanya bisa pasrah. Bayu nampak beberapa kali memijat keningnya, dirinya benar-benar merasa frustasi dengan semua ini. Karena sebuah penghianatan, dirinya harus hidup dalam kehancuran, di ombang-ambing oleh ombak kehidupan, tanpa sebuah pil