Share

184. Kegagalan

Rara Anjani menghentikan tungkainya. Kemudian ia mundur dan menyembunyikan tubuhnya di ambang pintu ruang pribadi Patih Astagina itu. Sungguh ia tak kuasa melihat Arya dipeluk oleh Jenar. Rasanya sungguh menderita, nyaris serupa rasanya saat dilecehkan oleh mendiang Prabu Ranajaya.

“Apa ini? Mengapa rasanya begitu sakit? Mereka bibi dan kemenakan, bukan?” batin Rara Anjani. Dari sela-sela daun pintu, ia masih dapat menyaksikan Jenar melerai pelukannya dan mulai berbincang ringan dengan Arya.

Arya tampak tersenyum kecil. Pemuda itu memang menyadari kehadiran kekasihnya. Namun tak bisa berbuat banyak karena tak mungkin meminta seorang raja untuk pergi, padahal masih begitu antusias berbincang dengannya.

“Syukur lah kau sudah sadar,” lirih Jenar dengan senyum indah mengurai di bibirnya.

“Terima kasih sudah membantuku, Bibinda,” balas Arya. Wajah mereka berdua begitu dekat. Arya bahkan mampu melihat perubahan-perubahan dan tambahan riasan di wajah cantik Jenar.

“Kau ini bicara apa? Selain
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status