Semua keluarga berkumpul di ruangan dokter yang bertanggungjawab atas Sean siang itu. Para wanita nampak duduk di kursi, sedangkan Daniel dan Airlangga berdiri di belakang. Mereka tak sabar untuk mendengarkan penjelasan dokter tentang apa yang dialami oleh Sean.“Dari hasil MRI terjadi sedikit cidera di bagian ini.”Semua orang menatap ke gambar citra kepala Sean dan fokus, mereka memilih diam meski sebenarnya tidak begitu paham dengan bagian yang ditunjuk.“Bisa Anda jelaskan apa itu, Dok?” tanya Daniel. Ia yakin bukan hanya dirinya yang tidak paham tapi semua orang kecuali dokter itu sendiri. “Bentuknya seperti kacang almond,”imbuhnya.“Bagian otak ini bernama amigdala, dia memiliki peran penting dalam menentukan seberapa kuat ingatan untuk disimpan. Dari kondisi yang pasien alami juga dari keterangan Anda, kemungkinan pasien mengalami amnesia retrograde.”“Am-nesia, Dok? tapi bagaimana bisa dia mengingat kenangan yang jauh lebih lama?” tanya Zie dengan sedikit emosional. Gia sampai
“Jangan berbuat kasar ke Zie, dia sedang mengandung anak Sean!”Raiga menatap nyalang Aaera. Ia bahkan mencekal tangan gadis itu dan menghempaskannya ke sisi badan. Aaera pun tak bisa berkata-kata, dia menoleh Sean seolah mencari bantuan.“Sean!”panggilnya dengan nada memelas.“Rai, apa yang kamu lakukan?” bentak Sean, dia bahkan turun dari atas ranjang dan mendorong tubuh sang adik dengan muka marah. “Jangan berbuat kasar pada Aaera, kamu lupa? dia calon kakak iparmu,”imbuhnya.“Kamu yang lupa, kamu mengalami amnesia dan tidak ingat kalau sudah menikah dengan Zie, dan kini dia sedang mengandung anak kalian.”Raiga begitu marah, meski tahu akan kondisi kakaknya, tapi dia tak terima Zie diperlakukan sangat kejam seperti ini. Apalagi Aaera, wanita itu tiba-tiba saja datang dan peduli. Padahal sudah memutuskan tali pertunangan dengan Sean dengan alasan yang tidak jelas.“Asal kamu tahu, wanita ini sudah memutuskan pertunangan kalian tanpa alasan yang jelas.”Ucapan Raiga membuat Aaera k
Satu jam kemudian, Daniel dan Ghea baru bisa masuk ke kamar rawat inap sang putra. Mereka benar-benar menunggu Aaera pergi. Entah sudah berapa banyak gadis itu meracuni pikiran Sean, yang jelas mereka yakin kalau Sean pasti bisa diajak bicara baik-baik.Daniel mendekat dan berkata ingin menyampaikan sesuatu ke sang putra. Namun, Sean terlihat dingin dan hanya mengangguk kecil tanpa mau menoleh.“Sean, meski kamu kehilangan ingatan tapi kamu sudah dewasa. Jadi Papa harap kamu bisa bijak dalam menentukan sikap.”“Katakan apa yang ingin Papa sampaikan! tidak perlu berbelit,”kata Sean tanpa basa-basi.“Sean, kamu sudah menikah dengan Zie. Dia juga sedang mengandung anak kalian, jadi bersikap baik lah. Kamu dan Aaera sudah berpisah, bahkan dia yang memutuskan tali pertunangan kalian.” Daniel mencoba bicara dengan nada lembut. Ia tidak ingin membuat Sean emosi dan marah seperti saat bicara ke Raiga tadi. “Kalau kamu tidak percaya tanya ke tante Mauren. Papa yakin dia tidak akan berbohong me
“Apa Zie?”Marsha yang tak sadar mengurai pelukan, hingga pria yang tak lain adalah Bagus itu hampir kabur dan Zie berteriak dengan suara lantang.“Berhenti! jangan berani-beraninya kamu melangkah!”Marsha menoleh, dia heran melihat Bagus tak bergerak dengan sebelah kaki sedikit terangkat belum menapak lantai.“Apa kamu kenal dia? Dia itu pegawai ceroboh yang membuat bajumu tak jadi dalam satu waktu,” terang Marsha.“Lebih dari itu, Sya.”Zie berdiri, dia menarik kerah bagian belakang Bagus hingga pria itu mau tak mau mundur ke belakang. Bagus menunduk seakan enggan menatap wajah Zie yang berdiri di depannya.“Kamu, kamu pria gigolo itu ‘kan?” tanya Zie dengen sorot mata tajam.“Apa? gi-gi-gi-gigolo?” Marsha terbata-bata, dia memandang wajah Zie dan Bagus bergantian. Pikirannya sudah macam-macam. Di mana, kenapa, bagaimana bisa sahabatnya mengenal seorang gigolo?Akhirnya karena ketakutan Bagus menuruti perintah Zie untuk duduk, ruang tunggu butik itu seketika berubah menjadi ruang si
Sean nampak memindai ruang tamu rumah Airlangga. Ia merasa tidak asing dengan ruangan itu tapi juga tidak bisa mengingat kenangannya di sana. Airlangga yang menyusul masuk hanya bisa memerhatikan sang menantu yang kebingungan. Ia pun mempersilahkan Sean menuju kamarnya dan Zie.“Kenapa di bawah? Apa benar ini kamarku? Bukankah ini bukan kamar utama? Apa Om memperlakukanku berbeda selama ini? begitukah?” cerocos Sean dengan sorot curiga.Airlangga hanya bisa membuang napas kasar, dia sendiri bingung bagaimana menjelaskan kalau Sean sendirilah yang menginginkan pindah kamar, karena takut kandungan Zie kanapa-kenapa. Meski menantunya itu tidak ingat, tapi akhirnya Airlangga memutuskan untuk memberitahu alasannya.“Beberapa saat yang lalu kandungan Zie mengalami sedikit masalah, sehingga dia harus bedrest. Kamu meminta pindah kamar karena tidak ingin melihat Zie naik turun tangga.”“Benarkah? kalau begitu ada kamar kosong ‘kan di atas. Aku akan memakai kamar itu,”ujar Sean tanpa sedikitp
Aaera hanya diam saja diperlakukan seperti itu oleh Gia. Ia merasa diterbangkan ke atas awan karena Sean sendirilah yang memintanya datang. Di saat dia belum sempat membalas ucapan Gia lagi. Pria itu muncul dari arah belakang dan langsung bicara ke sang mertua."Tante, aku mau pergi keluar sebentar.""Sean kondisimu masih lemah, kamu baru saja keluar dari rumah sakit, mau ke mana?"Gia jelas melarang sang mantu. Suaminya tadi sudah tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh Sean, dia juga tidak mungkin berbuat hal yang sama. Apalagi jika sampai membiarkan dua orang ini pergi, bisa-bisa Zie kecewa. "Sean, kamu bisa pergi besok tapi tidak hari ini. Kamu baru saja keluar dari rumah sakit kondisimu kurang baik," kata Gia sambil memandangi wajah menantunya. Setelah itu dia menatap tajam Aaera dan kembali bicara. "Seharusnya kamu tahu kalau Sean masih butuh istirahat, kalau kamu benar peduli kamu pasti tidak akan mau pergi ke luar bersama Sean yang kondisi kesehatannya baru saja membaik.
Zie masih tak percaya dengan kebenaran yang dia dapat dari Bagus. Marsha menjuluki pria itu gigolo insyaf tadi. Mereka bertiga sepakat untuk membantuk sebuah group chat untuk membahas masalah penjebakan Zie yang didalangi oleh mantan sekretarisnya sendiri. "Kenapa Emma melakukan itu apa salahku?" Zie bergumam sampai tak sadar kalau Doni dan Anna mendengar. Ia merasa tidak pernah melakukan kesalahan apa-apa. Selama ini dia selalu berusaha menjadi orang yang baik dan berjalan di jalan yang lurus. Namun, ternyata menjadi orang baik pun tak selamanya menjamin orang akan berbuat baik pada dirinya. Zie juga harus menahan rasa marah karena mengetahui kebenaran pasal Doni yang hendak mencelakai Sean, tapi harus berpura-pura tidak tahu dan tetap membiarkan pria itu mengawalnya. Ada dua nama yang sudah Zie curigai, jika bukan Pak Farhan mungkin Surya. "Apa ada masalah, Bu?" tanya Anna. Ia sadar sikap Zie berubah setelah keluar dari butik tadi. "Tidak, aku hanya sedang memikirkan kondi
Sean seperti baru sadar setelah mendapat bentakan dari sang istri. Apalagi Zie memasang muka masam dengan bibir yang sudah maju dua senti. Pria itu kicep, bingung tak bisa berkata-kata lagi. "Haruskah aku dulu mengabadikan TKP agar kamu percaya?" Sewot Zie. "Kamu itu amnesia di saat yang tidak tepat tahu, kita bahkan sudah melakukan itu lagi untuk yang ke dua kali?""Melakukan itu? Kapan?" Tanya Sean dengan bodohnya. "Kamu amnesia jadi tidak ingat, dasar!" Zie frustrasi, dia bahkan ingin menangis dan tertawa di saat yang bersamaan karena tingkah Sean dan perdebatan ini. Andai rasa cintanya tak sedalam samudra dan seluas dunia, Zie pasti sudah membeli panci seperti Marsha dan menggetok kepala suaminya ini, siapa tahu memori Sean yang hilang langsung kembali. "Sudahlah jangan membahas masa lalu, lagipula semua juga sudah lewat.""Tapi kenapa kamu membenciku hanya karena pikiran bodoh seperti itu?" Zie membentak sampai pria itu menjauhkan wajah karena kaget. "Karena, itu.... "Sean
Hari itu Sean dan Zie menemani Lea bermain bersama Keenan di taman. Putra dan putri mereka itu tampak bermain prosotan juga ayunan bersama. Zie duduk tidak jauh dari mereka, dia sangat bahagia melihat Keenan dan Lea yang begitu akur. “Yura masih bersikeras tidak mau melihat kondisi ayahnya. Dia tampaknya sekarang benar-benar tidak peduli,” ucap Zie dengan tatapan tertuju ke Keenan dan Lea. Sean menghela napas kasar, hingga kemudian membalas, “Yura masih menganggap kalau kecelakaan yang menimpanya dulu memang disengaja. Sampai sekarang Yura juga sangat yakin jika pak Aris memang dalangnya, padahal yang sebenarnya itu murni kecelakaan. Kakaknya saja yang sengaja membuat isu itu agar Yura membenci papanya, kemudian pergi dan tidak mengharapkan warisan karena terlanjur benci.” Sean menjelaskan panjang lebar akan fakta yang memang diketahuinya. “Hem … tapi Yura sebenarnya juga sudah tahu, dan dia bilang tidak butuh warisan. Buatnya yang terpenting bisa hidup tenang dan Raiga terus mencin
Setelah perbincangan malam itu, hari berikutnya Yura dan Raiga pun menemui Mita yang sudah kembali masuk penjara. Di sana mereka bicara di ruang khusus yang memang disediakan untuk menjenguk narapidana.“Kami sengaja ke sini karena ingin meminta izin darimu. Kami berniat mengadopsi bayimu,” ujar Yura menyampaikan maksud kedatangannya dan sang suami, sesuai dengan apa yang sudah mereka sepakati.Mita terkejut mendengar ucapan Yura, bahkan menatap mantan teman kuliahnya itu seolah tidak percaya.“Aku akan meminta pengacara untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Kami juga akan memberimu sejumlah uang, agar nanti saat kamu keluar dari penjara, kamu bisa memulai hidup baru yang lebih baik,” ucap Raiga.“Kamu harus berjanji, tidak akan pernah bertanya, mendekati, atau berpikir untuk melihat anak itu lagi, setelah kamu setuju untuk melimpahkan hak asuhnya kepada kami.”Raiga sengaja menegaskan agar Mita tidak sembrono dan dikemudian hari mengakui anak itu sebagai anaknya.Mita hany
“Tapi memangnya Lea boleh punya adik?” tanya Lea ke Yura, dia menatap wanita itu penuh harap.Yura menoleh Ghea, hingga kemudian mencoba memanfaatkan keinginan Lea untuk membujuk Raiga.“Kalau gitu ngomong ke papa, bilang Lea mau bayi ini jadi adik Lea. Gimana?” Yura mencoba memprovokasi karena mungkin jika Lea yang meminta hasilnya akan berbeda.Lea terlihat senang, hingga kemudian kembali menatap bayi Mita.Raiga baru saja selesai menangani pasien, dia cukup terkejut melihat Yura, Ghea, dan Lea di sana, karena mereka tidak mengatakan jika akan berkunjung ke klinik.“Papa.” Lea langsung berlari ke arah Raiga, kemudian meminta gendong.Raiga pun senang, dia menggendong Lea bahkan mencium pipi bocah itu penuh kasih sayang.“Kenapa kalian tidak memberi tahu kalau mau ke sini?” tanya Raiga sambil menggendong Lea. “Hanya kebetulan mampir, sekalian mau melihat bayinya Mita, katanya ada di sini,” jawab Ghea.Raiga menoleh ke bayi Mita yang tampak menggeliat di dalam box, kemudian kembali me
“Harusnya kita makan siang bukan makan sore seperti ini.” Raiga tampaknya merasa kasihan ke Yura yang harus menunggu dia membantu persalinan Mita tadi. “Tidak apa-apa, aku masih bisa menahan rasa lapar, lagipula aku senang melihat kakak bisa membantu persalinan ibu hamil dengan selamat.” Yura tersenyum lebar. Ia bahkan menyodorkan sendok ke depan mulut Raiga, dan pria itu tanpa ragu menerima suapannya. “Polisi tadi datang ‘kan?” Tanya Raiga. Masalah Mita sepertinya menjadi topik yang menarik untuk mereka bahas. Baik Raiga dan Yura tak menyangka kalau Mita berujung menjadi PSK dan hamil anak salah satu pelanggannya. Karena membahas soal bayi yang baru saja dilahirkan wanita itu, Yura pun memberanikan diri untuk bertanya bagaimana kalau mereka mengadopsi seorang bayi. Bukankah banyak anak yang butuh orangtua asuh di luaran sana. “Bagaimana menurut kakak? Apa kita harus mengadopsi anak?” Mendengar pertanyaan itu, pikiran Raiga pun langsung tertuju ke Mita. Mungkinkah Yura ingin men
Enam Bulan KemudianHari itu Yura baru saja mengantar Lea yang kemarin menginap bersamanya ke rumah Zie. Dia berada di mobil dan kini sedang menelepon Raiga. Setelah masalah Lea selesai hubungan mereka masih sangat harmonis. Riaga sendiri kini sudah tidak bekerja di rumah sakit karena fokus mengurus klinik bersalin miliknya sendiri.“Apa kakak sibuk? Aku sudah mengantar Lea ke apartemen kak Zie. Bagaimana kalau kita keluar untuk makan siang bersama?” tanya Yura.Dia seberang sana, Raiga tampak memulas senyum bahagia sambil membubuhkan tanda tangan ke berkas yang dipegang oleh perawat.“Tentu, aku tidak mungkin menolak ajakan makan siang dari wanita —yang selalu bisa membuatku merasa menjadi pria paling beruntung di dunia," jawabnya merayu.Yura pun tertawa mendengar ucapan Raiga, pria itu senang sekali menggombal dan membuat hatinya berbunga-bunga. Jika dipikir lagi, mungkin ini adalah hikmah dari kejadian yang menimpa rumah tangga mereka. Bukannya renggang hubungan keduanya malah ber
Hari berikutnya, baik Yura dan Zie terlihat sudah bisa menjaga perasaan dan sikap masing-masing. Keduanya bertatap muka meski tidak saling sapa, tapi tidak seemosi semalam. “Mama.” Lea langsung mendekat ke Yura, bahkan langsung memeluk wanita itu. Zie sedikit iri melihat hal itu, tapi dia mencoba menahan diri meski ada rasa sesak yang tak terelakkan melihat Lea yang memeluk Yura penuh kasih sayang. “Lea mau mandi, sambil main busa,” celoteh anak itu. Yura pun mengangguk sambil tersenyum, dia kemudian menggandeng Lea untuk pergi mandi, sedangkan Zie hanya bisa memandangi keduanya, tanpa bisa berbuat apa-apa karena takut membuat Lea sedih. Saat sudah berkumpul untuk sarapan bersama, mereka bersikap wajar meski wajah mereka terlihat begitu tegang. “Aku minta izin untuk bermain dengan Lea sebentar, Kak. Setelah itu baru kita bicara,” ujar Yura ke Zie. Ia memulas senyum tipis saat sang kakak ipar menganggukkan kepala tanda setuju. Yura pun mengajak Lea ke halaman samping. Dia sama se
Raiga tidak bisa berkata-kata saat Sean menghajarnya. Seolah pasrah, Raiga membiarkan kakaknya itu memukul wajahnya bertubi-tubi. Zie hanya diam dan Yura pun masih syok sekaligus bingung. Tak tinggal diam, Daniel mencoba melerai dan menjauhkan Sean yang masih memukuli Raiga. “Sudah, kalian seharusnya tenang! Kasihan Lea jika tahu kalian begini. Seharusnya kalian bicara baik-baik agar Lea tidak terkejut atau bingung dengan fakta sebenarnya,” ujar Daniel yang tidak berniat membela salah satu dan berusaha menjadi penengah. Sean pun akhirnya menjauh dari Raiga, tapi tatapan pria itu jelas masih penuh amarah. “Kalian menginaplah di sini dulu. Besok setelah kalian sedikit tenang, kita bicarakan lagi masalah ini dengan baik-baik, serta memikirkan bagaimana ke depannya,” ujar Daniel ke Zie dan Sean. Sean melirik Zie yang mengangguk tanda setuju dengan ide Daniel, hingga akhirnya mereka pun menginap di sana malam itu. Lea sendiri tidur dengan Keenan, Daniel, dan Ghea agar tidak lagi terjad
Setelah menembus jalanan yang sedikit sepi, Sean dan Zie pun sampai di rumah Daniel. Di sana Yura menyambut hangat mereka, meski Zie dan Sean hanya memasang wajah datar.“Ken, ajak Lea main di kamarnya, ya,” pinta Sean ke sang putra.Keenan pun mengangguk, sedangkan Ghea langsung mengajak dan menemani keduanya pergi ke kamar yang terdapat di lantai atas.“Ra, kita perlu bicara!” ujar Sean.Yura bingung karena sikap Sean dan Zie yang berbeda, apalagi Zie terlihat sedih, hingga kemudian membiarkan saja Keenan dan Lea pergi ditemani sang mertua, sedangkan dia ikut Sean dan yang lain ke ruang keluarga untuk bicara.Mereka kini sudah duduk bersama, Yura sendiri menangkap gelagat aneh dari kakak iparnya.“Kami ingin membicarakan sesuatu. Meskipun menyakitkan, tapi kamu harus tahu kalau Raiga selama ini memiliki kebohongan besar,” ujar Sean sambil memberikan ekspresi wajah datar.Yura mencoba menyiapkan hati dengan hal yang akan didengar selanjutnya, meskipun tangannya kini sudah terlihat g
Hari itu adalah hari Yura wisuda. Binar kebahagiaan tampak jelas di wajahnya. Apalagi Raiga datang ke sana bersama Lea. Bocah itu memakai kebaya yang mirip dengannya, Daniel dan Ghea juga hadir sebagai orangtua. Mereka begitu bahagia melihat Yura yang akhirnya bisa menyelesaikan study-nya.Setelah acar seremonial selesai, mereka pun berfoto bersama, Yura terlihat bahagia karena semua orang memberinya selamat, termasuk Lea yang tampak bangga ke prestasi yang diraihnya.“Papa sudah memesan tempat di restoran untuk kita merayakan kelulusan Yura,” ucap Daniel.Yura semakin bahagia karena keluarga sang suami sangat baik, tidak pernah membedakan antara anak dan mantu. Namun, saat tiba di restoran dan sampai waktu makan tiba, Zie, Sean, dan Keenan tidak terlihat di sana, tentu saja hal itu membuat Yura bertanya-tanya.“Apa Kak Sean dan Kak Zie tidak Papa undang?” tanya Yura. “Sean sibuk dan Zie juga, jadi mereka tidak bisa datang," jawab Raiga membuat alasan.Yura pun memaklumi, hingga kem