Aaera hanya diam saja diperlakukan seperti itu oleh Gia. Ia merasa diterbangkan ke atas awan karena Sean sendirilah yang memintanya datang. Di saat dia belum sempat membalas ucapan Gia lagi. Pria itu muncul dari arah belakang dan langsung bicara ke sang mertua."Tante, aku mau pergi keluar sebentar.""Sean kondisimu masih lemah, kamu baru saja keluar dari rumah sakit, mau ke mana?"Gia jelas melarang sang mantu. Suaminya tadi sudah tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh Sean, dia juga tidak mungkin berbuat hal yang sama. Apalagi jika sampai membiarkan dua orang ini pergi, bisa-bisa Zie kecewa. "Sean, kamu bisa pergi besok tapi tidak hari ini. Kamu baru saja keluar dari rumah sakit kondisimu kurang baik," kata Gia sambil memandangi wajah menantunya. Setelah itu dia menatap tajam Aaera dan kembali bicara. "Seharusnya kamu tahu kalau Sean masih butuh istirahat, kalau kamu benar peduli kamu pasti tidak akan mau pergi ke luar bersama Sean yang kondisi kesehatannya baru saja membaik.
Zie masih tak percaya dengan kebenaran yang dia dapat dari Bagus. Marsha menjuluki pria itu gigolo insyaf tadi. Mereka bertiga sepakat untuk membantuk sebuah group chat untuk membahas masalah penjebakan Zie yang didalangi oleh mantan sekretarisnya sendiri. "Kenapa Emma melakukan itu apa salahku?" Zie bergumam sampai tak sadar kalau Doni dan Anna mendengar. Ia merasa tidak pernah melakukan kesalahan apa-apa. Selama ini dia selalu berusaha menjadi orang yang baik dan berjalan di jalan yang lurus. Namun, ternyata menjadi orang baik pun tak selamanya menjamin orang akan berbuat baik pada dirinya. Zie juga harus menahan rasa marah karena mengetahui kebenaran pasal Doni yang hendak mencelakai Sean, tapi harus berpura-pura tidak tahu dan tetap membiarkan pria itu mengawalnya. Ada dua nama yang sudah Zie curigai, jika bukan Pak Farhan mungkin Surya. "Apa ada masalah, Bu?" tanya Anna. Ia sadar sikap Zie berubah setelah keluar dari butik tadi. "Tidak, aku hanya sedang memikirkan kondi
Sean seperti baru sadar setelah mendapat bentakan dari sang istri. Apalagi Zie memasang muka masam dengan bibir yang sudah maju dua senti. Pria itu kicep, bingung tak bisa berkata-kata lagi. "Haruskah aku dulu mengabadikan TKP agar kamu percaya?" Sewot Zie. "Kamu itu amnesia di saat yang tidak tepat tahu, kita bahkan sudah melakukan itu lagi untuk yang ke dua kali?""Melakukan itu? Kapan?" Tanya Sean dengan bodohnya. "Kamu amnesia jadi tidak ingat, dasar!" Zie frustrasi, dia bahkan ingin menangis dan tertawa di saat yang bersamaan karena tingkah Sean dan perdebatan ini. Andai rasa cintanya tak sedalam samudra dan seluas dunia, Zie pasti sudah membeli panci seperti Marsha dan menggetok kepala suaminya ini, siapa tahu memori Sean yang hilang langsung kembali. "Sudahlah jangan membahas masa lalu, lagipula semua juga sudah lewat.""Tapi kenapa kamu membenciku hanya karena pikiran bodoh seperti itu?" Zie membentak sampai pria itu menjauhkan wajah karena kaget. "Karena, itu.... "Sean
"Hah... Apa? Apa Mama bilang?" Aaera tak bisa membalas Mauren, dia meletakkan baju yang baru saja dia beli ke ranjang. Setelah diusir oleh Gia kemarin, dia pergi ke mall dan melampiaskan kekesalannya dengan berbelanja. "Jauhi Sean! Dia itu suami orang," tegas Mauren. "Tidak, Mama tidak bisa melarangku mendekati Sean."Aaera membuang muka, dia bahkan mendekat ke pintu kamar dan membukanya lebar-lebar untuk meminta Mauren pergi dari sana. "Mama lebih baik pergi dari pada kita harus bertengkar."Mauren tak percaya putrinya bisa memiliki sifat jahat seperti ini. Ia pun menghubungi Daniel, mencoba meminta pria itu itu membawa Sean ke luar negeri untuk menjauhkannya dari Aaera. ☘️☘️"Mauren bilang dia juga tidak bisa menasihati Aaera dan malah memintaku untuk membawa Sean ke luar negeri dengan alasan berobat."Siang itu, Daniel sengaja datang ke kantor besannya. Di sana Gia dan Ghea pun ikut datang karena ingin membicarakan masalah putra putri mereka. "Apa Sean mau? Apa kamu yakin di
“Aaera ini tempat umum meski kita di ruangan terpisah dari yang lain, tapi melakukan perbuatan seperti itu aku rasa sangat memalukan. Aku juga heran kenapa kamu terlihat seperti sudah terbiasa datang ke sini.”Aaera menyambar gelas kristal di meja dan menenggaknya. Ia pikir Sean akan berubah dan mudah dipengaruhi setelah kehilangan ingatan, tapi nyatanya sama. Pria ini masih saja seperti anak mami yang tidak boleh melanggar ini itu dan banyak pertimbangan .“Kamu sama saja," ketus Aaera. Di tempat lain, Zie bertemu dengan Emma. Ia sengaja meminta gadis itu datang ke sebuah restoran mewah dengan alasan ingin mentraktirnya makan sebelum pemilihan wali kota.Emma yang tidak curiga pun memenuhi undangan Zie, dia merasa ini hanya undangan makan biasa. Namun, tak disangka adalah sebuah jebakan yang disiapkan oleh Zie, Bagus dan Marsha.Emma menyisir sekeliling, dia nampaknya senang karena bisa datang ke sebuah resto mewah yang hanya orang tertentu yang bisa makan di sana. Bahkan dia menden
Namun, Zie salah karena Emma malah mengancam dengan berkata akan melaporkan bahwa dirinya sudah melakukan tindakan pembulian, dan pengancaman. Marsha dan Bagus yang mendengar cukup terkejut, mereka memandangi Zie yang tak nampak menunjukkan gurat ketakutan.“Lakukan dan mari kita lihat siapa yang akan lebih hancur,” ucap Zie sambil menarik satu sudut bibir. “Kamu pikir sedang berhadapan dengan siapa? ucapanmu tidak akan ada yang mempercayai, apalagi pemilihan tinggal hitungan hari.”Marsha seketika merinding, dia tak pernah melihat Zie bicara sesombong ini. Ia pun melirik Emma yang tak berkutik. Gadis itu takut dan menelan ludahnya sesekali.“Jadi selama aku masih baik, katakan siapa orang yang memintamu berbuat jahat padaku!“I..i..itu.”Emma akhirnya mengatakan siapa dalang di balik perbuatannya. Ia pun memohon ke Zie untuk tidak membocorkan bahwa dia lah yang mengatakan kebenaran ini. Zie yang sudah menduga pun nampak dingin menyikapi, hingga dia menerima pesan suara dari Marsha da
Zie membasuh tubuhnya di dalam kamar mandi, dia berdiri tepat di bawah shower mencoba mendinginkan pikirannya yang carut marut sejak pagi. Kini dia harus memikirkan rencana bagaimana membuat Joni mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya. Dan satu-satunya cara memang dia harus menjadi wali kota dan menekan pria itu dari sisi siapa yang paling berkuasa.Rambut Zie sudah basah sepenuhnya, dia memandangi perutnya yang terlihat membuncit dan bahkan bergerak-gerak beberapa kali. Meski hatinya begitu kacau tapi dia masih bisa tersenyum seolah bercanda dengan anaknya yang ada di kandungan.“Apa kamu kedinginan? Tenang saja! setelah ini Mama akan membuatkanmu cokelat hangat dan roti panggang, terdengar enak bukan?” Zie mengusap muka. Ia seperti tertampar realita, tak boleh terlalu berharap pada manusia. Terutama Sean yang dia pikir cintanya tak sedalam seperti dirinya.“Dia bahkan melupakan malam itu, malam saat kami bercinta sebagai pasangan suami istri yang sah, apa yang kamu hara
Hari pemilihan pun tiba, Zie ditemani Airlangga dan juga Gia ikut memberikan suaranya. Semua orang berharap dirinya menang agar bisa membawa perubahan. Setelah selesai Zie pun melakukan syukuran kecil-kecilan di kantor tim suksesnya, dengan memanggil beberapa pedagang kaki lima untuk menyajikan hidangan ke para pendukung yang datang.Surya nampak senang, dia dan Zie kini sedang berbincang dan mereka pun saling melempar candaan.“Aku yakin kamu pasti menang, segala berita miring tentangmu tak membuat orang-orang kehilangan antusias untuk tetap memilihmu.”“Jikapun aku menang, semua ini karena dukunganmu dan orang-orang, jadi aku harus berterima kasih,” jawab Zie dengan senyuman lebar.Sementara itu, Sean duduk di sofa ruang kerjanya sambil menatap televisi. Ia memandangi wajah Zie yang nampak semringah saat melakukan wawancara dengan beberapa wartawan. Sean mencoba mengingat-ingat kembali kenangan yang mungkin saja dia lupakan tentang wanita itu, hingga lagi-lagi kepalanya terasa seper
Hari itu Sean dan Zie menemani Lea bermain bersama Keenan di taman. Putra dan putri mereka itu tampak bermain prosotan juga ayunan bersama. Zie duduk tidak jauh dari mereka, dia sangat bahagia melihat Keenan dan Lea yang begitu akur. “Yura masih bersikeras tidak mau melihat kondisi ayahnya. Dia tampaknya sekarang benar-benar tidak peduli,” ucap Zie dengan tatapan tertuju ke Keenan dan Lea. Sean menghela napas kasar, hingga kemudian membalas, “Yura masih menganggap kalau kecelakaan yang menimpanya dulu memang disengaja. Sampai sekarang Yura juga sangat yakin jika pak Aris memang dalangnya, padahal yang sebenarnya itu murni kecelakaan. Kakaknya saja yang sengaja membuat isu itu agar Yura membenci papanya, kemudian pergi dan tidak mengharapkan warisan karena terlanjur benci.” Sean menjelaskan panjang lebar akan fakta yang memang diketahuinya. “Hem … tapi Yura sebenarnya juga sudah tahu, dan dia bilang tidak butuh warisan. Buatnya yang terpenting bisa hidup tenang dan Raiga terus mencin
Setelah perbincangan malam itu, hari berikutnya Yura dan Raiga pun menemui Mita yang sudah kembali masuk penjara. Di sana mereka bicara di ruang khusus yang memang disediakan untuk menjenguk narapidana.“Kami sengaja ke sini karena ingin meminta izin darimu. Kami berniat mengadopsi bayimu,” ujar Yura menyampaikan maksud kedatangannya dan sang suami, sesuai dengan apa yang sudah mereka sepakati.Mita terkejut mendengar ucapan Yura, bahkan menatap mantan teman kuliahnya itu seolah tidak percaya.“Aku akan meminta pengacara untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Kami juga akan memberimu sejumlah uang, agar nanti saat kamu keluar dari penjara, kamu bisa memulai hidup baru yang lebih baik,” ucap Raiga.“Kamu harus berjanji, tidak akan pernah bertanya, mendekati, atau berpikir untuk melihat anak itu lagi, setelah kamu setuju untuk melimpahkan hak asuhnya kepada kami.”Raiga sengaja menegaskan agar Mita tidak sembrono dan dikemudian hari mengakui anak itu sebagai anaknya.Mita hany
“Tapi memangnya Lea boleh punya adik?” tanya Lea ke Yura, dia menatap wanita itu penuh harap.Yura menoleh Ghea, hingga kemudian mencoba memanfaatkan keinginan Lea untuk membujuk Raiga.“Kalau gitu ngomong ke papa, bilang Lea mau bayi ini jadi adik Lea. Gimana?” Yura mencoba memprovokasi karena mungkin jika Lea yang meminta hasilnya akan berbeda.Lea terlihat senang, hingga kemudian kembali menatap bayi Mita.Raiga baru saja selesai menangani pasien, dia cukup terkejut melihat Yura, Ghea, dan Lea di sana, karena mereka tidak mengatakan jika akan berkunjung ke klinik.“Papa.” Lea langsung berlari ke arah Raiga, kemudian meminta gendong.Raiga pun senang, dia menggendong Lea bahkan mencium pipi bocah itu penuh kasih sayang.“Kenapa kalian tidak memberi tahu kalau mau ke sini?” tanya Raiga sambil menggendong Lea. “Hanya kebetulan mampir, sekalian mau melihat bayinya Mita, katanya ada di sini,” jawab Ghea.Raiga menoleh ke bayi Mita yang tampak menggeliat di dalam box, kemudian kembali me
“Harusnya kita makan siang bukan makan sore seperti ini.” Raiga tampaknya merasa kasihan ke Yura yang harus menunggu dia membantu persalinan Mita tadi. “Tidak apa-apa, aku masih bisa menahan rasa lapar, lagipula aku senang melihat kakak bisa membantu persalinan ibu hamil dengan selamat.” Yura tersenyum lebar. Ia bahkan menyodorkan sendok ke depan mulut Raiga, dan pria itu tanpa ragu menerima suapannya. “Polisi tadi datang ‘kan?” Tanya Raiga. Masalah Mita sepertinya menjadi topik yang menarik untuk mereka bahas. Baik Raiga dan Yura tak menyangka kalau Mita berujung menjadi PSK dan hamil anak salah satu pelanggannya. Karena membahas soal bayi yang baru saja dilahirkan wanita itu, Yura pun memberanikan diri untuk bertanya bagaimana kalau mereka mengadopsi seorang bayi. Bukankah banyak anak yang butuh orangtua asuh di luaran sana. “Bagaimana menurut kakak? Apa kita harus mengadopsi anak?” Mendengar pertanyaan itu, pikiran Raiga pun langsung tertuju ke Mita. Mungkinkah Yura ingin men
Enam Bulan KemudianHari itu Yura baru saja mengantar Lea yang kemarin menginap bersamanya ke rumah Zie. Dia berada di mobil dan kini sedang menelepon Raiga. Setelah masalah Lea selesai hubungan mereka masih sangat harmonis. Riaga sendiri kini sudah tidak bekerja di rumah sakit karena fokus mengurus klinik bersalin miliknya sendiri.“Apa kakak sibuk? Aku sudah mengantar Lea ke apartemen kak Zie. Bagaimana kalau kita keluar untuk makan siang bersama?” tanya Yura.Dia seberang sana, Raiga tampak memulas senyum bahagia sambil membubuhkan tanda tangan ke berkas yang dipegang oleh perawat.“Tentu, aku tidak mungkin menolak ajakan makan siang dari wanita —yang selalu bisa membuatku merasa menjadi pria paling beruntung di dunia," jawabnya merayu.Yura pun tertawa mendengar ucapan Raiga, pria itu senang sekali menggombal dan membuat hatinya berbunga-bunga. Jika dipikir lagi, mungkin ini adalah hikmah dari kejadian yang menimpa rumah tangga mereka. Bukannya renggang hubungan keduanya malah ber
Hari berikutnya, baik Yura dan Zie terlihat sudah bisa menjaga perasaan dan sikap masing-masing. Keduanya bertatap muka meski tidak saling sapa, tapi tidak seemosi semalam. “Mama.” Lea langsung mendekat ke Yura, bahkan langsung memeluk wanita itu. Zie sedikit iri melihat hal itu, tapi dia mencoba menahan diri meski ada rasa sesak yang tak terelakkan melihat Lea yang memeluk Yura penuh kasih sayang. “Lea mau mandi, sambil main busa,” celoteh anak itu. Yura pun mengangguk sambil tersenyum, dia kemudian menggandeng Lea untuk pergi mandi, sedangkan Zie hanya bisa memandangi keduanya, tanpa bisa berbuat apa-apa karena takut membuat Lea sedih. Saat sudah berkumpul untuk sarapan bersama, mereka bersikap wajar meski wajah mereka terlihat begitu tegang. “Aku minta izin untuk bermain dengan Lea sebentar, Kak. Setelah itu baru kita bicara,” ujar Yura ke Zie. Ia memulas senyum tipis saat sang kakak ipar menganggukkan kepala tanda setuju. Yura pun mengajak Lea ke halaman samping. Dia sama se
Raiga tidak bisa berkata-kata saat Sean menghajarnya. Seolah pasrah, Raiga membiarkan kakaknya itu memukul wajahnya bertubi-tubi. Zie hanya diam dan Yura pun masih syok sekaligus bingung. Tak tinggal diam, Daniel mencoba melerai dan menjauhkan Sean yang masih memukuli Raiga. “Sudah, kalian seharusnya tenang! Kasihan Lea jika tahu kalian begini. Seharusnya kalian bicara baik-baik agar Lea tidak terkejut atau bingung dengan fakta sebenarnya,” ujar Daniel yang tidak berniat membela salah satu dan berusaha menjadi penengah. Sean pun akhirnya menjauh dari Raiga, tapi tatapan pria itu jelas masih penuh amarah. “Kalian menginaplah di sini dulu. Besok setelah kalian sedikit tenang, kita bicarakan lagi masalah ini dengan baik-baik, serta memikirkan bagaimana ke depannya,” ujar Daniel ke Zie dan Sean. Sean melirik Zie yang mengangguk tanda setuju dengan ide Daniel, hingga akhirnya mereka pun menginap di sana malam itu. Lea sendiri tidur dengan Keenan, Daniel, dan Ghea agar tidak lagi terjad
Setelah menembus jalanan yang sedikit sepi, Sean dan Zie pun sampai di rumah Daniel. Di sana Yura menyambut hangat mereka, meski Zie dan Sean hanya memasang wajah datar.“Ken, ajak Lea main di kamarnya, ya,” pinta Sean ke sang putra.Keenan pun mengangguk, sedangkan Ghea langsung mengajak dan menemani keduanya pergi ke kamar yang terdapat di lantai atas.“Ra, kita perlu bicara!” ujar Sean.Yura bingung karena sikap Sean dan Zie yang berbeda, apalagi Zie terlihat sedih, hingga kemudian membiarkan saja Keenan dan Lea pergi ditemani sang mertua, sedangkan dia ikut Sean dan yang lain ke ruang keluarga untuk bicara.Mereka kini sudah duduk bersama, Yura sendiri menangkap gelagat aneh dari kakak iparnya.“Kami ingin membicarakan sesuatu. Meskipun menyakitkan, tapi kamu harus tahu kalau Raiga selama ini memiliki kebohongan besar,” ujar Sean sambil memberikan ekspresi wajah datar.Yura mencoba menyiapkan hati dengan hal yang akan didengar selanjutnya, meskipun tangannya kini sudah terlihat g
Hari itu adalah hari Yura wisuda. Binar kebahagiaan tampak jelas di wajahnya. Apalagi Raiga datang ke sana bersama Lea. Bocah itu memakai kebaya yang mirip dengannya, Daniel dan Ghea juga hadir sebagai orangtua. Mereka begitu bahagia melihat Yura yang akhirnya bisa menyelesaikan study-nya.Setelah acar seremonial selesai, mereka pun berfoto bersama, Yura terlihat bahagia karena semua orang memberinya selamat, termasuk Lea yang tampak bangga ke prestasi yang diraihnya.“Papa sudah memesan tempat di restoran untuk kita merayakan kelulusan Yura,” ucap Daniel.Yura semakin bahagia karena keluarga sang suami sangat baik, tidak pernah membedakan antara anak dan mantu. Namun, saat tiba di restoran dan sampai waktu makan tiba, Zie, Sean, dan Keenan tidak terlihat di sana, tentu saja hal itu membuat Yura bertanya-tanya.“Apa Kak Sean dan Kak Zie tidak Papa undang?” tanya Yura. “Sean sibuk dan Zie juga, jadi mereka tidak bisa datang," jawab Raiga membuat alasan.Yura pun memaklumi, hingga kem