Zie tak bisa langsung menjawab saat Sean menawarkan uang sebesar itu. Dia memang putri seorang pengusaha tapi punya tabungan sebesar itu di rekening belum pernah di alami. Zie menelan ludah, di berdehem dan berniat membuka air mineral yang ada di dekatnya tapi tidak bisa. Sean yang melihat pun menyambar lalu membukakan untuk Zie. Dia mencibir lalu menarik dua sudut bibir lagi. "Membuka tutup botol air mineral saja tidak bisa, apa lagi membesarkan anak seorang diri.""Sombong sekali! Lihat saja nanti," balas Zie. Ia menuangkan air mineral itu ke gelas lalu menoleh untuk menenggaknya. "Jadi kapan kita akan menikah? Besok?""Uhuk! jangan gila, kamu pikir menikah seperti membeli gorengan di pinggir jalan?"Zie mengusap bibir yang basah. Ia cemberut melihat Sean yang seenaknya saja bicara. Gadis itu malah semakin curiga kenapa Sean sangat ingin bertanggungjawab menikahinya, padahal kalau dipikir pria itu bisa mengiyakan saja penolakannya, selesai. "Perutmu itu semakin lama akan semakin
❤Selamat Membaca❤ Ghea nampaknya lega mendengar informasi yang disampaikan oleh suaminya. Daniel baru saja menerima pesan dari Airlangga yang berkata bahwa Zie sudah memutuskan untuk menerima pernikahan dengan Sean. Keduanya pun sepakat mengundang keluarga Airlangga untuk makan malam bersama sebagai bentuk persetujuan pernikahan putra putri mereka. Zie agaknya kaget, dia bahkan bingung saat pagi itu papanya memberitahu kalau mereka akan pergi makan malam di rumah Daniel hari Sabtu ini. "Haruskah pakai acara makan malam?" Zie ragu, tapi bahkan sebelum mendengar jawaban dari Airlangga dia memilih menundukkan kepala. Sang adik yang duduk dibangku SMA seolah melihat kegundahan hati Zie, hingga remaja bernama Gani itu meminta izin untuk berangkat sekolah bersama sang kakak. "Gani berangkat sama kak Zie ya, boleh 'kan?" Tanya Gani dengan wajah penuh harap. "Memang motormu kenapa?" "Tidak kenapa-napa, hanya ingin diantar, apa tidak boleh?" Gani memandang Airlangga yang bertanya den
❤Selamat Membaca❤Semua orang begitu terkejut mendengar ucapan Raiga, bahkan Sean sampai melotot ke sang adik karena ucapannya itu. Zie sendiri terlihat santai, bahkan tersenyum ke Raiga. Dia tahu jika pria itu pasti hanya bercanda.Sean lantas menoleh Zie, sedikit kesal melihat wanita yang akan jadi istrinya itu malah tersenyum ke sang adik. “Apa yang kamu bicarakan, Rai?” Daniel menengahi melihat Sean yang tidak senang.Raiga sendiri kemudian memilih diam, meski sempat melirik Zie dan Sean secara bergantian. Jiwa usilnya meronta melihat dua mahkluk itu. Setelah kondisi sedikit santai dan tidak tegang seperti tadi. Sean pun membuka pembicaraan lagi.“Aku akan menuruti semua kemauan Zie."Para orangtua kembali terkejut hingga menatap Sean secara bersamaan, mereka saling pandang dan pada akhirnya menerima keputusan Zie dan Sean, tidak ada satu pun yang kembali memprotes hal itu.Mereka pun kembali makan malam dengan khidmat. Tidak ada pembahasan berat, hanya pembicaraan tentang bisni
"Jadi akhirnya kamu mau menikah dengan manusia gelato itu?”Zie memukul punggung tangan kiri Marsha yang ada di atas meja, sedangkan tangan kanannya sibuk menyuapkan slice cake yang tengah viral dan digandrungi orang-orang. Sekitar sepuluh menit yang lalu mereka baru saja tiba di sebuah cake shop dan setelahnya hampir semua meja terisi.“Bisa tidak kamu itu mengecilkan volume suara? Apa kamu ingin semua orang di sini tahu aku mau menikah?” amuk Zie.“Heh … lihat penampilanmu. Masker, kacamata hitam, hoodie, siapa yang akan mengenalimu? Kamu mirip artis Korea yang sedang menyamar dari kejaran Dispack.” Marsha balik mengamuk, dia bahkan mencebikkan bibir lalu menerima uluran tisu dari Zie karena bibirnya nampak belepotan.“Aku hanya akan menikah di rumah setelah itu sudah, aku akan tetap tinggal di rumah papa.”Zie menoleh ke kiri dan kanan, sebelum membuka masker dan menyeruput orange juice yang dia pesan tanpa gula. Semua makanan asam sedang menjadi incarannya, berbeda dengan Marsha y
"Kalian bisa tidak lebih mendekat satu sama lain!" titah Raiga saat ingin mengambil foto Sean dan gadis yang kini resmi menjadi kakak iparnya. Zie tak menyangka hanya dalam sekejap mata statusnya berubah menjadi istri Sean. Hal yang sangat dia harapkan sejak lama, tapi jelas bukan dengan cara hamil duluan seperti ini. Acara akad nikah itu ditutup dengan makan bersama, nampak jelas rasa lega di wajah kedua orangtua, bahkan Airlangga sejak selesai akad terus saja tersenyum sambil sesekali memandangi putrinya dan Sean. Namun, senyuman Airlangga tak bertahan lama saat Zie berkata tidak akan ikut pulang ke rumah Daniel saat Ghea mengajaknya. "Zie!" "Papa sudah janji," ucap Zie dengan suara yang ditekan. Ghea lantas mengangguk, dia memberi kode ke Airlangga untuk tidak memaksa Zie, karena semua ini memang sudah kesepakatan bersama. Namun, alangkah kagetnya mereka saat Sean buka suara. Bahkan Zie tak percaya dan termenung beberapa detik. "Kalau kamu ingin ke rumah bilang saja, aku
"Dia tidak akan macam-macam, tenang saja!"Zie meraih tangan Gani dan menggoyangkannya ke kanan dan kiri.Mendapat perhatian dari Gani jelas membuat Zie bahagia, adiknya yang memang sangat menyayanginya itu tanpa sungkan memberikan perhatian yang begitu besar dan tulus. Gia yang mendengarnya pun bangga, karena Gani tumbuh menjadi anak yang baik dan bahkan memiliki rasa kepedulian dan tanggung jawab yang tinggi."Berapa hari kakak akan tinggal di rumah pria itu?"Bak guru BP Gani bertanya dengan nada suara tegas, pantas saja dia terpilih menjadi ketua osis, modelan seperti dia ini jelas ditakuti oleh murid lain. "Besok sore paling sudah pulang." Urat di wajah Gani seketika mengendur, tapi giliran Gia yang heran karena artinya Zie berencana hanya semalam saja berada di rumah keluarga suaminya. "Kenapa tidak sampai Senin pagi?" Zie dan Gani sama-sama menatap Gia, meski tak memiliki hubungan darah, tapi keduanya sangat sayang ke wanita yang dengan tulus mendidik dan merawat mereka itu
Zie mencoba menenangkan hati dan pikirannya, perlahan dia menoleh karena yakin Sean pasti sudah merapikan baju dengan benar. Wanita itu mengulum bibir, dia bingung harus berbuat apa karena sekarang hanya berdua dengan pria dingin nan manis yang sejak remaja dia kagumi di dalam kamar.“Kamu tahu?”Zie menggeleng cepat, bahkan saat Sean belum juga menyelesaikan ucapannya.Pria itu mengedikkan bahu, bahkan masih tak mau memperlihatkan senyuman meski geli dengan tingkah Zie.“Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu,”tutur Sean.“Bicarakan? Soal apa?” tanya Zie dengan raut muka panik.Zie benar-benar takut. Takut kalau Sean tiba-tiba membahas kejadian di malam mereka menghabiskan waktu bersama untuk bercinta. Melihat gelagat Zie yang kurang nyaman, Sean memutuskan menunda niatan. Ia meminta sang istri untuk berganti baju atau sekadar cuci muka lebih dulu. Sean bilang masih bisa menunggu Zie untuk melakukan semua itu.“Aku akan menunggu, buat dirimu nyaman karena apa yang akan aku
“Masalahnya ada orang jahat yang mengincarku. Jika sampai pernikahan ini terpublis, apa kamu pikir semua akan baik-baik saja? Mungkin apa yang aku ucapkan sama sekali tidak penting bagimu maka dari itu kamu lupa, aku sudah bilang ada orang yang dengan sengaja memberiku obat perangsang malam itu,” balas Zie. “Dan aku harus menemukan siapa dia,”imbuhnya.“Apa kamu detektif? Apa kamu polisi? Bagaimana caranya menangkap orang jahat itu?”“Aku sudah memiliki beberapa nama, jadi tidak perlu cemas. Setelah pemilihan wali kota berakhir aku akan mulai menyelesaikan masalah ini.”“Bagaimana kalau kamu terpilih? Bukankah survei di banyak tempat menunjukkan kamu memiliki peluang menang? Atau jangan-jangan survei itu palsu dan timmu yang membayar?” tuduh Sean.“Sembarangan, aku bukan orang seperti itu.”Muka Zie seketika berubah garang, dia merasa tidak senang dengan tuduhan Sean yang terkesan menyudutkan dan meremehkan. Zie yang kesal memilih menghempaskan tubuh ke ranjang. Ia memeluk guling dan
Hari itu Sean dan Zie menemani Lea bermain bersama Keenan di taman. Putra dan putri mereka itu tampak bermain prosotan juga ayunan bersama. Zie duduk tidak jauh dari mereka, dia sangat bahagia melihat Keenan dan Lea yang begitu akur. “Yura masih bersikeras tidak mau melihat kondisi ayahnya. Dia tampaknya sekarang benar-benar tidak peduli,” ucap Zie dengan tatapan tertuju ke Keenan dan Lea. Sean menghela napas kasar, hingga kemudian membalas, “Yura masih menganggap kalau kecelakaan yang menimpanya dulu memang disengaja. Sampai sekarang Yura juga sangat yakin jika pak Aris memang dalangnya, padahal yang sebenarnya itu murni kecelakaan. Kakaknya saja yang sengaja membuat isu itu agar Yura membenci papanya, kemudian pergi dan tidak mengharapkan warisan karena terlanjur benci.” Sean menjelaskan panjang lebar akan fakta yang memang diketahuinya. “Hem … tapi Yura sebenarnya juga sudah tahu, dan dia bilang tidak butuh warisan. Buatnya yang terpenting bisa hidup tenang dan Raiga terus mencin
Setelah perbincangan malam itu, hari berikutnya Yura dan Raiga pun menemui Mita yang sudah kembali masuk penjara. Di sana mereka bicara di ruang khusus yang memang disediakan untuk menjenguk narapidana.“Kami sengaja ke sini karena ingin meminta izin darimu. Kami berniat mengadopsi bayimu,” ujar Yura menyampaikan maksud kedatangannya dan sang suami, sesuai dengan apa yang sudah mereka sepakati.Mita terkejut mendengar ucapan Yura, bahkan menatap mantan teman kuliahnya itu seolah tidak percaya.“Aku akan meminta pengacara untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Kami juga akan memberimu sejumlah uang, agar nanti saat kamu keluar dari penjara, kamu bisa memulai hidup baru yang lebih baik,” ucap Raiga.“Kamu harus berjanji, tidak akan pernah bertanya, mendekati, atau berpikir untuk melihat anak itu lagi, setelah kamu setuju untuk melimpahkan hak asuhnya kepada kami.”Raiga sengaja menegaskan agar Mita tidak sembrono dan dikemudian hari mengakui anak itu sebagai anaknya.Mita hany
“Tapi memangnya Lea boleh punya adik?” tanya Lea ke Yura, dia menatap wanita itu penuh harap.Yura menoleh Ghea, hingga kemudian mencoba memanfaatkan keinginan Lea untuk membujuk Raiga.“Kalau gitu ngomong ke papa, bilang Lea mau bayi ini jadi adik Lea. Gimana?” Yura mencoba memprovokasi karena mungkin jika Lea yang meminta hasilnya akan berbeda.Lea terlihat senang, hingga kemudian kembali menatap bayi Mita.Raiga baru saja selesai menangani pasien, dia cukup terkejut melihat Yura, Ghea, dan Lea di sana, karena mereka tidak mengatakan jika akan berkunjung ke klinik.“Papa.” Lea langsung berlari ke arah Raiga, kemudian meminta gendong.Raiga pun senang, dia menggendong Lea bahkan mencium pipi bocah itu penuh kasih sayang.“Kenapa kalian tidak memberi tahu kalau mau ke sini?” tanya Raiga sambil menggendong Lea. “Hanya kebetulan mampir, sekalian mau melihat bayinya Mita, katanya ada di sini,” jawab Ghea.Raiga menoleh ke bayi Mita yang tampak menggeliat di dalam box, kemudian kembali me
“Harusnya kita makan siang bukan makan sore seperti ini.” Raiga tampaknya merasa kasihan ke Yura yang harus menunggu dia membantu persalinan Mita tadi. “Tidak apa-apa, aku masih bisa menahan rasa lapar, lagipula aku senang melihat kakak bisa membantu persalinan ibu hamil dengan selamat.” Yura tersenyum lebar. Ia bahkan menyodorkan sendok ke depan mulut Raiga, dan pria itu tanpa ragu menerima suapannya. “Polisi tadi datang ‘kan?” Tanya Raiga. Masalah Mita sepertinya menjadi topik yang menarik untuk mereka bahas. Baik Raiga dan Yura tak menyangka kalau Mita berujung menjadi PSK dan hamil anak salah satu pelanggannya. Karena membahas soal bayi yang baru saja dilahirkan wanita itu, Yura pun memberanikan diri untuk bertanya bagaimana kalau mereka mengadopsi seorang bayi. Bukankah banyak anak yang butuh orangtua asuh di luaran sana. “Bagaimana menurut kakak? Apa kita harus mengadopsi anak?” Mendengar pertanyaan itu, pikiran Raiga pun langsung tertuju ke Mita. Mungkinkah Yura ingin men
Enam Bulan KemudianHari itu Yura baru saja mengantar Lea yang kemarin menginap bersamanya ke rumah Zie. Dia berada di mobil dan kini sedang menelepon Raiga. Setelah masalah Lea selesai hubungan mereka masih sangat harmonis. Riaga sendiri kini sudah tidak bekerja di rumah sakit karena fokus mengurus klinik bersalin miliknya sendiri.“Apa kakak sibuk? Aku sudah mengantar Lea ke apartemen kak Zie. Bagaimana kalau kita keluar untuk makan siang bersama?” tanya Yura.Dia seberang sana, Raiga tampak memulas senyum bahagia sambil membubuhkan tanda tangan ke berkas yang dipegang oleh perawat.“Tentu, aku tidak mungkin menolak ajakan makan siang dari wanita —yang selalu bisa membuatku merasa menjadi pria paling beruntung di dunia," jawabnya merayu.Yura pun tertawa mendengar ucapan Raiga, pria itu senang sekali menggombal dan membuat hatinya berbunga-bunga. Jika dipikir lagi, mungkin ini adalah hikmah dari kejadian yang menimpa rumah tangga mereka. Bukannya renggang hubungan keduanya malah ber
Hari berikutnya, baik Yura dan Zie terlihat sudah bisa menjaga perasaan dan sikap masing-masing. Keduanya bertatap muka meski tidak saling sapa, tapi tidak seemosi semalam. “Mama.” Lea langsung mendekat ke Yura, bahkan langsung memeluk wanita itu. Zie sedikit iri melihat hal itu, tapi dia mencoba menahan diri meski ada rasa sesak yang tak terelakkan melihat Lea yang memeluk Yura penuh kasih sayang. “Lea mau mandi, sambil main busa,” celoteh anak itu. Yura pun mengangguk sambil tersenyum, dia kemudian menggandeng Lea untuk pergi mandi, sedangkan Zie hanya bisa memandangi keduanya, tanpa bisa berbuat apa-apa karena takut membuat Lea sedih. Saat sudah berkumpul untuk sarapan bersama, mereka bersikap wajar meski wajah mereka terlihat begitu tegang. “Aku minta izin untuk bermain dengan Lea sebentar, Kak. Setelah itu baru kita bicara,” ujar Yura ke Zie. Ia memulas senyum tipis saat sang kakak ipar menganggukkan kepala tanda setuju. Yura pun mengajak Lea ke halaman samping. Dia sama se
Raiga tidak bisa berkata-kata saat Sean menghajarnya. Seolah pasrah, Raiga membiarkan kakaknya itu memukul wajahnya bertubi-tubi. Zie hanya diam dan Yura pun masih syok sekaligus bingung. Tak tinggal diam, Daniel mencoba melerai dan menjauhkan Sean yang masih memukuli Raiga. “Sudah, kalian seharusnya tenang! Kasihan Lea jika tahu kalian begini. Seharusnya kalian bicara baik-baik agar Lea tidak terkejut atau bingung dengan fakta sebenarnya,” ujar Daniel yang tidak berniat membela salah satu dan berusaha menjadi penengah. Sean pun akhirnya menjauh dari Raiga, tapi tatapan pria itu jelas masih penuh amarah. “Kalian menginaplah di sini dulu. Besok setelah kalian sedikit tenang, kita bicarakan lagi masalah ini dengan baik-baik, serta memikirkan bagaimana ke depannya,” ujar Daniel ke Zie dan Sean. Sean melirik Zie yang mengangguk tanda setuju dengan ide Daniel, hingga akhirnya mereka pun menginap di sana malam itu. Lea sendiri tidur dengan Keenan, Daniel, dan Ghea agar tidak lagi terjad
Setelah menembus jalanan yang sedikit sepi, Sean dan Zie pun sampai di rumah Daniel. Di sana Yura menyambut hangat mereka, meski Zie dan Sean hanya memasang wajah datar.“Ken, ajak Lea main di kamarnya, ya,” pinta Sean ke sang putra.Keenan pun mengangguk, sedangkan Ghea langsung mengajak dan menemani keduanya pergi ke kamar yang terdapat di lantai atas.“Ra, kita perlu bicara!” ujar Sean.Yura bingung karena sikap Sean dan Zie yang berbeda, apalagi Zie terlihat sedih, hingga kemudian membiarkan saja Keenan dan Lea pergi ditemani sang mertua, sedangkan dia ikut Sean dan yang lain ke ruang keluarga untuk bicara.Mereka kini sudah duduk bersama, Yura sendiri menangkap gelagat aneh dari kakak iparnya.“Kami ingin membicarakan sesuatu. Meskipun menyakitkan, tapi kamu harus tahu kalau Raiga selama ini memiliki kebohongan besar,” ujar Sean sambil memberikan ekspresi wajah datar.Yura mencoba menyiapkan hati dengan hal yang akan didengar selanjutnya, meskipun tangannya kini sudah terlihat g
Hari itu adalah hari Yura wisuda. Binar kebahagiaan tampak jelas di wajahnya. Apalagi Raiga datang ke sana bersama Lea. Bocah itu memakai kebaya yang mirip dengannya, Daniel dan Ghea juga hadir sebagai orangtua. Mereka begitu bahagia melihat Yura yang akhirnya bisa menyelesaikan study-nya.Setelah acar seremonial selesai, mereka pun berfoto bersama, Yura terlihat bahagia karena semua orang memberinya selamat, termasuk Lea yang tampak bangga ke prestasi yang diraihnya.“Papa sudah memesan tempat di restoran untuk kita merayakan kelulusan Yura,” ucap Daniel.Yura semakin bahagia karena keluarga sang suami sangat baik, tidak pernah membedakan antara anak dan mantu. Namun, saat tiba di restoran dan sampai waktu makan tiba, Zie, Sean, dan Keenan tidak terlihat di sana, tentu saja hal itu membuat Yura bertanya-tanya.“Apa Kak Sean dan Kak Zie tidak Papa undang?” tanya Yura. “Sean sibuk dan Zie juga, jadi mereka tidak bisa datang," jawab Raiga membuat alasan.Yura pun memaklumi, hingga kem