“Ini daftar nama para anggota yang menjadi relawan dari yayasan yang Anda sebutkan. Hanya ada lima perempuan.” Jim menyodorkan beberapa lembar kertas yang harusnya dia berikan sejak kemarin ke Daniel. Atasannya itu meraih dan langsung membaca tiap informasi meski tidak secara detail. Jim tahu apa yang Daniel inginkan, sehingga tanpa dia mintapun sekretarisnya itu sudah memberi biodata lengkap gadis-gadis itu, termasuk pekerjaan dan latar belakang orangtua. “Apa Anda ingin saya menemui mereka satu persatu?” Jim bertanya. Ia tahu bahwa Daniel tidak ingin masalah ini berlarut-larut, jadi dia harus bergerak cepat. Daniel sejatinya melakukan ini hanya untuk menjaga nama baik dan harga diri Raiga. Tidak seperti sang putra sulung, putra bungsunya itu memiliki citra hangat, baik, dan bukan tipikal pria brengsek - yang suka meniduri banyak wanita macam dirinya saat masih muda. “Lakukan itu, tapi kamu harus menyiapkan pertanyaan yang tepat, jangan sampai malah menimbulkan masalah,”ucap Danie
“Tidak perlu sedih, aku hanya bercanda.”Sean menoleh Zie yang duduk memangku Ken di pesawat yang akan membawa mereka ke pulau Kilikili. Kemarin, dia merasa sangat bersalah karena sudah membuat wanita itu menangis karena pertanyaannya.Zie tak bisa menjawab, dan Sean memutuskan untuk tidak mencecarnya lagi. Ia memilih beranjak dari kursi untuk memeluk istrinya itu, Sean menyesal karena membuat Zie mendapat kenangan yang buruk saat menikmati gelato kesukaannya.“Sini, sama uncle!” Raiga meraih Ken dari gendongan Zie. Ia mengajak keponakannya itu berjalan di dalam pesawat agar Zie bisa makan.“Perjalanan ini pasti akan memberi kenangan indah untuk kita, bukankah begitu?” tanya Airlangga sambil menyantap makan siang yang cukup mewah di pesawat itu.Daniel mengangguk, dia juga senang bisa pergi liburan bersama dengan besannya.“Tapi bukankah ini lucu? Sean dan Zie pergi honeymoon membawa rombongan,”kelakar Daniel.Semua orang yang mendengarnya pun tertawa. Apa yang dikatakan Daniel memang
Bulu halus yang ada di sekitar tengkuk Zie seketika menari-nari. Bisikan nakal Sean membuat libidonya naik, dia memejamkan mata sambil menggigit bibir bawah. Membiarkan Sean menyentuh lengan dan membalik pelan tubuhnya.Zie dan Sean kini saling berhadapan, mereka sama-sama tersenyum memandangi wajah satu sama lain. Perlahan Sean membelai pipi Zie penuh cinta, sebelum menyantuh bibir ranum wanita itu dengan jari telunjuk dan menyanjungkan kata-kata mesra.“Lihat bibir ini, dia sangat menggoda, ini milikku.” Sean mengecup bibir Zie, setelahnya kembali berkata-“Lihat hidung ini, dia membuat wajahmu semakin rupawan.”Satu ciuman mendarat ke hidung bangir Zie, membuatnya memejamkan mata. Rasanya sangat bahagia, Sean mengabsen setiap pahatan di wajah Zie lalu memberikan kecupan di sana.“Sean, kamu sangat manis,”puji Zie mendapat perlakuan yang sangat romantis dari sang suami.Sean tak bisa menahan gejolak yang sudah merajai dirinya, hingga membungkam mulut Zie dengan sebuah ciuman yang cu
Raiga duduk sendirian di tepi pantai setelah berbincang dengan Daniel, dia merasakan kedamaian berada di sana, hingga malah berbaring sambil menutup matanya dengan lengan.Kenangan di malam dia tidur bersama wanita - yang tidak dia ingat wajahnya kembali melintas. Meskipun hanya beberapa detik, tapi cukup membuat Raiga kembali merasa berdosa.Raiga hanya ingat malam itu seorang warga di desa tempatnya menjadi relawan mengadakan hajatan, setelah pesta usai beberapa pemuda menawarinya minum-minum. Ia terlalu lena hingga mabuk, dan saat akan kembali ke rumah tempatnya tinggal dia berpapasan dengan seorang wanita yang juga teler sepertinya.Saat bangun, Raiga mendapati dirinya setengah telanjang berada di kamar. Hal yang tidak dia ceritakan secara detail ke Daniel karena dia merasa sangat malu. Teman satu timnya sudah terlelap dan dia malah bercinta dengan gadis tak dikenal itu. Beruntung sang papa tidak menanyakan kronologi kejadiannya dengan detail.“Aku bahkan tidak menutup jendela, un
"Hal ini, jangan katakan pada siapapun dulu!" Sean meminta pada Zie yang sedang mematut diri di depan cermin. Mereka sudah bersiap keluar untuk makan malam, setelah lebih dari lima jam berduaan di kamar. Meski mengajak Keenan, tapi Zie dan Sean benar-benar seperti sedang berbulan madu tanpa membawa anak. "Hanya Papa dan dirimu yang tahu, seperti dirimu, aku sebenarnya takut jika sampai memberi tahu Mama dan dia pasti akan menangis. Bedanya aku tahu kamu lebih kuat dari Mama,"ucap Sean. " Aku tidak sekuat itu Sean, andai kamu tahu,"bisik Zie di dalam hati. Demi Sean, dia pun berpura-pura tegar. Zie melempar senyuman ke Sean dari pantulan cermin. Ia mengangguk kecil dan berkata akan merahasiakan ini sampai Sean mau mengungkapkannya sendiri. "Aku mencintaimu," bisik Sean lantas mencium pipi Zie dengan sangat mesra. Zie terdiam karena dadanya terasa sangat nyeri, dia mengangguk dan tiba-tiba saja tak kuasa menahan air matanya lagi. "Maaf, sepertinya ada bulu mata masuk ke ma
Mata Yura membaca setiap informasi yang tertulis di halaman yang dia temukan. Ia memandang dua profil putra Daniel Tyaga yang dicarinya, satu Sean dan satu Raiga. Bibir Yura bergetar sebentar. Dia merasa lega karena Raiga bukanlah pria beristri seperti apa yang dia pikirkan, dan tanpa sadar Yura mengucapkan kalimat syukur.“Kenapa? apa ada yang salah? kenapa Anda terlihat sangat lega?” selidik Amira.Yura menggeleng, dia jelas tidak akan menceritakan ke siapa pun karena ingin mengubur dalam-dalam rahasia ini. Gadis itu mengucapkan terima kasih ke Amira yang masih kebingungan dengan tujuannya memata-matai Zie tadi.Yura merentangkan tangan ke atas sampai dadanya membusung, dia berlagak seolah baru saja lepas dari satu beban berat setelah mengusir Amira pergi dari kamarnya."Syukurlah aku bukan tidur dengan suami orang,"gumamnya.Yura menjatuhkan tubuh ke kasur. Dia memandang langit-langit kamar sambil memulas senyuman di bibir."Yura anggap saja semua itu hanya mimpi,"ucapnya.Namun, s
Raiga berlari kencang lalu terjun ke air menyelamatkan Amira yang nyaris terbawa ombak, sedangkan Yura hanya bisa terduduk di dengan baju basah dan ponsel yang masih di tangan. Ponselnya bahkan masih tersambung panggilan video. Papanya cemas karena hanya ada suara ribut yang terdengar dan gambar yang kurang jelas.Raiga berhasil membawa Amira ke tepi dan semua orang mendekat untuk memastikan keadaannya termasuk penjaga resort pulau Kilikili.Yura terdiam karena syok dengan apa yang baru saja dia alami, dia seperti kehilangan akal sampai Amira batuk-batuk dan kembali bernapas.“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Raiga yang masih berada di sisi Amira.Amira kaget melihat wajah Raiga sedekat ini dengannya, bahkan rambut pria itu basah dan meneteskan air.“Terima kasih, saya baik-baik saja,”ucap Amira. Dia membuat semua orang lega. “Nona, apa Anda tidak apa-apa?” tanyanya ke Yura.Tatapan semua orang kini beralih ke gadis itu. Yura hanya bisa memandangi Amira dengan penuh rasa bersalah. Ia t
Raiga menggeleng, dia menyangkal kalau sudah mengucapkan sesuatu. Namun, sayangnya Sean sudah mendengar dengan jelas, kakaknya itu pun melepas tangannya yang melingkar lalu membalik badan.“Dia bilang sudah pernah melakukan itu,”ucap Sean.“Rai, kamu ….” Ghea memegangi kening, hingga membuat besannya cemas dan memegang ke dua pundaknya.“Rai, kamu bercanda ‘kan?” tanya Gia mendapati Ghea syok.“Tentu saja! aku bukan seperti Papa saat masih muda, aku pria baik-baik, tadi aku hanya bercanda, Mama tidak perlu memikirkan ucapanku tadi,”ucap Raiga. Ia meraih tangan Ghea dan menunjukkan senyumannya yang paling manis lalu berlari pergi menuju saung lebih dulu.“Aku benar-benar sudah kehilangan akal sehat sampai mengaku sudah meniduri gadis di depan om Air dan tante Gia,” gumam Raiga._Di kamar, Yura membasuh tubuhnya di bawah shower. Ia benar-benar merasa bersalah ke Amira, tapi juga benci karena sudah dimarahi oleh Sean. Yura pikir orang yang tidak mengenal dirinya, tidak boleh seenaknya m