“Kalo yang pas jasnya dipinjemin ke saya pakai parfum apa?” tanya Karra.“Itu Bvlgari yang Pour Homme,” kata Endra. Dia lalu melipat laptopnya.Karra mengangguk-angguk. Walaupun dia tidak yakin harga parfum itu tak akan ramah dengan kantongnya, dia tetap berniat membeli parfum itu. Dia ingin mencium aroma Endra lebih lama dan lebih puas.***Saat sedang mengecek IHSG di internet, fokus Endra teralih pada judul berita di browsernya yang menyangkut Evolution.“Ricuh, konser Evolution terpaksa dibubarkan”Endra akhirnya membaca artikel itu sampai habis. Dia lalu terpikirkan Dania. Apa kejadian itu yang membuat suasana hati Dania memburuk sehingga gadis itu tak mau merespon panggilannya? Dia lalu berinisiatif untuk mencoba menelepon Dania lagi. Namun, sebelum dia sempat mengambil ponselnya, benda pipih yang dia letakkan di atas nakas itu sudah berbunyi dulu.Senyum Endra terkembang saat melihat nama Dania di layar ponselnya.“Gimana kabar kamu? Aku kangen banget,” kata Endra.“Baik. By th
Sisil menyempatkan untuk mengecek akun Instagramnya keesokan harinya. Dia penasaran saat story Zevan muncul di pojok paling kiri. Dia lalu melihat story laki-laki itu. di story-nya Zevan meminta maaf kepada Evolutioner yang datang atas ketidaknyamanan yang tercipta. Dia juga meminta para fans agar ke depannya bisa selalu tertib di setiap konser. Dia juga menulis kalau dia merasa terpukul dan sangat sedih atas kejadian itu. Di bait paling akhir, dia menulis kalau dia berharap ke depannya kejadian semacam itu tidak terulang lagi.Untuk menghargai kebesaran hati Zevan, Sisil lalu merepost story laki-laki itu. Di keterangan ceritanya dia menulis. ‘Sejauh ini, kamu dan semua personel Evolution sudah melakukan yang terbaik. Kita bisa ngelewatin ini semua. Let’s fighting until the last day’.Sisil tersenyum lega saat siang harinya dia melihat Zevan sudah bisa tersenyum lagi saat latihan. Dia juga tampak bersemangat lagi seolah-olah kejadian buruk itu tak pernah terjadi. Di sela-sela latihan,
“Gila, segabut itu lo?” kata Sisil.Dania tertawa hambar. “Ya mau gimana lagi. punya pacar cowok modelannya kayak Endra itu riskful. Lengah dikit bisa disamber orang,” katanya.“Iya sih. Semakin keren dan semakin famous pasangan kita, justru semakin rawan buat disambit orang. Tapi bukannya cewek-cewek banyak yang bermimpi menjadi istrinya CEO ya?” kata Sisil. Dia lalu terbahak.“Mereka belum tau aja. Belum ngerasain. Sama kayak gue dulu pas denger Evolution mau konser keliling Indonesia seneng banget. Karena gue pikir kapan lagi gitu kan bisa keliling Indonesia. Mana bisa sekalian liburan. Tapi malah ujung-ujungnya gue kangen rumah. Kangen kasur, bantal sama guling gue di rumah,” balas Dania.Sisil tertawa. “Ya, manusia itu kebanyakan kayak gitu. Suka berekspektasi berlenihan. Padahal segala hal yang kelihatannya sempurna dari luar juga punya sisi buruknya sendiri.”“Eh, iya Sil, gue mau tanya sesuatu sama lo dari kemaren nggak sempet,” kata Dania. Dia penasaran sekali dengan penyakit
Setelah Dania memutuskan sambungan telepon, Rita segera mengirim chat kepada fotografer kenalannya yang anak seorang dokter. Dia menjelaskan semua yang Dania ceritakan padanya.Rita menghembuskan napas lega karena kenalannya itu merespon chatnya dengan cpat. Laki-laki itu bilang kalau dia akan menanyakan tentang Zevan pada ayahnya.***Rita melakukan pose sesuai dengan arahan Danu, si fotografer. Dia berfoto beberapa kali dengan pose berdiri. Setelah itu dia berbaring miring. Dalam posisi itu, diambil gambarnya beberapa kali juga.“Nice,” kata Danu setelah mengambil gambar beberapa kali.Rita lalu berdiri. “Kita jadi makan di mana?” tanyanya.Tadi pagi, sebelum berangkat pemotretan, Danu mengirim chat kepadanya kalau laki-laki itu ingin mengajaknya makan siang sambil mengobrol tentang Zevan. Tanpa pikir panjang, Rita menyetujuinya karena gadis itu juga penasaran dengan sakit yang diderita Zevan.“Lo ada janjian makan siang sama dia?” tanya Lea.Rita mengangguk. “Iya,” jawabnya.“Lo ya
Fathan lalu tancap gas. Dia menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia tak akan membiarkan Rita lolos.Mobil Fathan terhenti di parkiran kos laki-laki itu. Setelah turun, Dia lalu menarik Rita keluar dari mobilnya. Dia terus mencengeram pergelangan tangan gadis itu kuat-kuat. gadis itu tidak boleh kabur. Duia baru melepaskan Rita setelah masuk kamar dan mengunci kamarnya. Dia menghempaskan tubuh Rita hingga gadis itu terjatuh ke lantai.Rita mengaduh. Dia lalu menggosok-gosok pantatnya.Fathan lalu berjalan mendekati Rita. Dia mencengkeram dagu gadis itu. “Harus berapa kali gue bilang kalo gue nggak suka lo jalan sama cowok lain! Lo nggak idiot kan? Kalo nggak harusnya lo paham sama kata-kata gue dan nggak perlu harus gue ulang-ulang!” kata Fathan.“Tadi aku ada obrolan penting sama dia, Yang. Aku mau minta tolong dia. Terus dia ngajak ngobrol sambil makan di restoran. Jadi, ya nggak mungkin aku nolak orang aku butuh,” kata Rita.Fathan tertawa hambar. “Ada kepentingan apa mema
“Nggak. Gue nggak akan bilang siapa-siapa,” sahut Rita, “percaya sama gue.”“Thanks ya, Ta,” kata Dania.Setelah memutus sambungan telepon, dia lalu berjalan mendekati ranjang.***Karra meletakkan kopi Endra di atas meja. Wanita itu tak langsung kembali ke ruangannya. Dia duduk di kursi yang ada di depan meja Endra. Dia mengamati wajah Endra dengan tatapan kagum. laki-laki itu ungguh rupawan. Seandainya saja kedekatannya dengan Endra bisa lebih dari sekedar bos dan sekertaris.“Ehm.”Deheman Endra itu membuyarkan pikiran Karra.“Kerjaan lo selesai belom? Malah ngelamun di sini?” kata Endra.“Udah dong,” sahut Karra, “pak Endra saja lemot. Kerja dai pagi sampe jam sembilan malem nggak selesai-selesai.Endra terbahak. “Sialan lo!” katanya.“Pak Endra ...,” kata Karra. Dia masih menatap wajah Endra dengan tatapan takjub.“Hmm ...,” sahut Endra. Pandangannya tak teralih dari layar laptop.“Pak Endra pernah nggak sih jenuh gitu sama dunia Pak Endra. Sama kerjaan. Sama rutinitas yang gini-
Setibanya di loby, Endra meminta petugas hotel untk uk mengecek kamar yang kosong. Setelah mendapatkan kunci, Endra lalu membawa Karra ke kamar itu.“Makasih, Pak,” kata Endra pada si satpam setelah tubuh Karra dibaringkan di ranjang.“Sama-sama, Pak,” kata satpam itu. Setelah, memberikan tas Karra, dia lalu berjalan keluar kamar.Endra lalu mengunci pintu. Setelah meletakkan tas Karra di nakas, dia lalu kembali ke ranjang. Dia duduk di tepi ranjang dan memperhatikan Karra yang terbaring telentang. Dia sempat menelan ludah saat melihat dada Karra bagian atas yang menyembul karena bajunya yang seperti kemben itu agak melorot. Namun, Endra mencoba menguasai pikirannya agar tetap waras. Dia lalu melepaskan jasnya dan memakaikan jas itu ke tubuh Karra.“Kar ... Karra,” kata Endra sambil menepuk-nepuk pipi Karra pelan setelah dia menutupi tubuh Karra bagian atas dengan jasnya.Karra tak berreaksi. Gadis itu tetap memejamkan matanya.Lantaran mengantuk berat, Endra akhirnya memutuskan untuk
Setelah hampir setengah jam berlalu, Dania masih menangis. Bahkan dia tetap tak bisa menghetikan tangisnya saat Sisil sudah bangun dan berjalan menghampirinya.“Dan, lo kenapa?” tanya Sisil.Dania tak menjawab. Gadis itu masih sesengggukan.Sisil lantas berjalan ke meja rias. Dia mengambil tissue yang ada di atas sana. Dia lalu menyodorkan tissue itu ke hadapan Dania.Dania mengambil banyak sekali tissue lalu mengusap air mata berikut lendir yang keluar dari hidungnya.“Thanks,” kata Dania.“Lo kenapa?” tanya Sisil. Dia membungkuk, memperhatikan raut wajah Dania. Dari matanya yang bengkak dan hidungnya yang memerah, dia tahu kalau Dania sudah menangis sangat lama.Dania masih tak menyahut. Dia mengambil napas dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan. Melihat itu, Sisil mengusap-usap pundak Dania. Gadis itu butuh tenang sulu sebelum bisa dia ajak bicara.“Udah tenang?’” kata Sisil saat melihat tangis Dania mulai reda.Dania mengangguk. Dia lalu mengeluarkan cairan dari hidungnya lagi