Bel pulang sekolah telah berbunyi, seperti biasa Cha Soo dan teman-temannya pergi ke luar gedung sekolah bersama. Heejung, dia adalah gadis cantik yang pandai bermain piano. Nayeon, dia bagaikan model di kelas dan memiliki pacar yang sangat tampan. Doyeon, dia yang paling tomboy diantara mereka berempat, dan Seohyun, dia yang paling kaya diantara mereka dan memiliki Ibu yang menghargai kedisiplinan. Mereka adalah teman-teman Cha Soo saat di sekolah. Cha Soo sendiri adalah gadis yang dibilang cukup pintar tapi entahlah tidak semua guru-guru menyukai siswa pintar. Ia juga sering menyebabkan guru jengkel terutama guru konseling, guru-guru di sana sangat sering berurusan dengannya. Mungkin karena ia adalah siswa yang suka telat berangkat ke sekolah atau selalu melanggar tata tertib sekolah.
"Kurasa aku harus pergi duluan," kata Nayeon tiba-tiba.
"Sekarang? kenapa?" tanya Doyeon. Nayeon pun langsung melambaikan tangan kepada seorang pria jangkung dengan wajah semulus salju yang sekarang berdiri dengan mobil sportnya itu.
"Pacarku sudah menungguku. Da...," ujar Nayeon tersenyum ke arah teman-temannya itu dan berlari menuju pria idamannya.
"Nayeon, benar-benar sangat beruntung memilikinya," ujar Seohyun sambil menatap Nayeon pergi.
"Mereka akan putus," kata Doyeon tiba-tiba.
"Kau ini bilang apa! Bagaimana kau mengatakan itu pada temanmu sendiri," balas Seohyun.
"Dia selalu seperti itu. Lihatlah mungkin sekitar 2 minggu lagi kita akan melihat dia menangis-nangis lagi," ucap Doyeon.
"Hei!" Seohyun memukul lengan Doyeon yang membuatnya terkejut sekarang.
"Aahh kau ini! Jika kau cemburu pada Nayeon lampiaskan padanya bukan padaku," balas Doyeon dengan nada tinggi.
"Cemburu? kau kira aku seperti apa huh?" Selagi Seohyun dan Doyeon berdebat lagi, Cha Soo melihat ke parkiran sepeda untuk melihat keberadaan Doyoung, Cha Soo selalu berangkat dengannya ke tempat latihan.
"Kau akan latihan lagi?" tanya Heejung
"Iya seperti biasa," jawabnya pada Heejung.
"Kalau begitu aku duluan ya, Doyoung kelihatannya sudah datang," pamitnya kemudian pada Heejung ditengah-tengah perdebatan Doyeon dan Seohyun.
"Baiklah...hati-hati," kata Heejung sambil melambaikan tangan dan dibalas oleh Cha Soo.
Ia pun bergegas pergi ke arah parkiran sepeda. Ia melihat Doyoung sedang berjongkok di samping ban sepedanya itu. Cha Soo pun segera menghampirinya.
"Apa ada masalah?" tanyanya dan membuat Doyoung sedikit terkejut.
"Aah...kurasa ban sepedaku kempes, aku tidak bisa pulang nanti," jawab Doyoung sambil memegang bannya itu.
"Benarkah?" Cha Soo pun ikut berjongkok untuk memastikan.
"Di tempat latihan ada pompa sepeda, kau bisa menggunakannya," ujar Cha Soo.
"Benarkah? Kalau begitu aku bisa menggunakannya nanti," ujar Doyoung sembari terus memegang bannya.
"Karena itulah ayo cepat, aku akan kena marah kakakku jika belum sampai sana," ajak Cha Soo lalu bergegas berdiri.
"oh Baiklah," ujar Doyoung lalu segera berdiri.
Doyoung pun segera menuntun sepedanya. Jarak sekolah bela diri mereka tidak terlalu jauh dari sekolah jadi mereka selalu berjalan menuju ke sana. Sepupu laki-laki Cha Soo adalah salah satu senior disana, dia adalah petarung hebat dan dialah yang mengajari Cha Soo selama ini. Sekolah bela diri mereka juga menyediakan asrama bagi siswanya terutama yang jauh-jauh ke sini untuk belajar bela diri. Terkadang Cha Soo juga menginap di sana. Ia sering menghabiskan waktu di sana. Ia juga petarung handal di kalangan perempuan tapi tidak pernah menang kompetisi. Baginya, hal itu tidak masalah karena ia menggunakan kemampuannya untuk melindungi dirinya sendiri sebab berada jauh dari keluarganya. Hal itu membuatnya terpaksa mandiri terutama dalam perlindungan diri meskipun di sini ada bibi dan sepupu laki-lakinya.
"Oh astaga...kurasa ban depanku juga kempes," gerutu Doyoung saat mereka sedang berjalan menyusuri gang.
"Kau harusnya pergi dengan pamanmu saja yang memiliki rumah di dekat asrama," saut Cha Soo sambil memakan eskrim yang ia beli di toko dekat sekolah tadi.
"Pamanku pengrajin kayu dan keramik jika aku disana aku pasti akan diminta untuk bekerja bukan sekolah," ujar Doyoung. Cha Soo hanya terkekeh mendengarnya.
"Tapi boleh aku bertanya? bagaimana kau bisa masuk di penggerak social?" tanya Cha Soo yang masihh penasaran.
"Entahlah...aku benar-benar tidak tahu," jawab Doyoung sembari menaikkan kedua pundaknya.
"Kau harusnya bertanya dulu sebelum kau menerimannya," gerutu Cha Soo. Doyoung hanya tersenyum.
"Kurasa guru-guru sangat menyukaimu, kau tampan, gesit, murid pintar di sekolah, dan kau adalah atlet. Wahh kurasa aku iri padamu," ujar Cha Soo sedikit cemberut ke arah Doyoung namun dia hanya terkekeh.
"Murid pintar? Kau lebih pintar daripada aku, kau bahkan selalu mendapat nilai tertinggi di matematika, sejarah, dan sains. Kau bahkan pintar bahasa inggris," kata Doyoung.
"Benar dan hanya itu yang kuungguli darimu lagipula bahasa inggrisku ini hanya keberuntungan karena aku memang tinggal di Amerika tau! Berhentilah mengataiku pintar bahasa inggris," Doyoung hanya terkekeh mendengarnya. Saat sudah memasuki gerbang sekolah bela diri tiba-tiba Jihyo, teman latihan Cha Soo memanggilnya dari balik gubuk sebelah Doyoung dan Cha Soo berjalan ini.
"Soo-ah. kemarilah!" Mendengar Jihyo memanggil dirinya, ia pun menyuruh Doyoung untuk pergi duluan memompa sepedanya. Ia segera berlari ke arah Jihyo setelah Doyoung pergi.
"Ada apa?" tanya Cha Soo.
"Apa sekolahmu barusan mengalami masalah?" Pertanyaan Jihyo membuat Cha Soo bingung.
"Masalah? Sekolah kami baik-baik saja," balas Cha Soo.
"Benarkah? Apa mereka tidak mengurus kasus siswa yang membuat onar diluar sekolah?" Cha Soo terkejut dengan pertanyaan Jihyo.
"Membuat onar diluar sekolah? Tidak mungkin , sekolah ku bahkan akan mengadakan wajib kedisiplinan tahun ini. Kau tahu syaratnya seperti apa kan? Sekolah tidak memiliki kasus siswa yang membuat keributan di luar sekolah," ujar Cha Soo.
"Hei!" Jihyo memukul lengan Cha Soo itu.
"Ah! Apaa!!" Cha Soo lalu meneriaki Jihyo namun segera dibungkam olehnya.
"Kemarilah!" Jihyo menyeretnya ke arah belakang gubuk itu di mana posisi mereka sekarang mengarah ke jalan langsung. Cha Soo membelalakan mata melihat apa yang terjadi di pinggir jalan itu.
"Itu siswa sekolahmu kan? Seragam kalian sama," kata Jihyo lalu melepaskan bungkamannya. Cha Soo terkejut melihat biang kerok sekolah yang baru saja membuat keributan tadi siang dan membuatnya mengobati korban mereka. Taeyong, Moonbin, dan Haechan, mereka bertiga berhadapan dengan polisi di samping mobil polisi juga. Ia mengernyitkan dahi melihat kejadian ini dan mulai penasaran. Apa yang mereka lakukan?
"Soo-ah! Kau tidak apa? Kenapa diam saja?" Jihyo menyenggol lengannya.
"Mungkin orangtua mereka ada yang bekerja di polisi dan harus mengatakan sesuatu pada anaknya, bukankah ini hal biasa? Ayahmu juga kadang menjemputmu dengan mobil polisi. Ayahmu polisi kan?" katanya sambil mengarah ke Jihyo.
"Lihatlah sekali lagi, sekarang mereka di borgol," Cha Soo menengok ke arah mereka yang sekarang sedang di borgol itu lalu mereka bertiga masuk ke mobil polisi. Haehan dan Moonbin berada di mobil yang sama tetapi Taeyong ia masuk di mobil polisi belakangnya. Kejadian ini membuatnya bingung ia mulai berpikir aneh-aneh. Tentu saja sekolahnya jarang sekali mendapat laporan keributan di luar sekolah atau bahkan murid yang berhadapan dengan polisi. Jika ada masalah dengan polisi, maka polisi akan datang ke sekolah dan mengambil anak itu. Namun, ini di luar sekolah dan mereka bertiga juga terlihat tenang saat ditangkap.
"Tidak Mungkin, sekolah kami mengadakan wajib kedisiplinan tahun ini," gerutunya pada Jihyo.
"Lalu tadi? Apakah sekolahmu menyembunyikan sesuatu?" tanya Jihyo penasaran.
"Aihh tidak mungkin, mungkin mereka ketahuan mengendarai mobil sendirian, mereka belum punya SIM," ujar Cha Soo lalu bergegas berdiri.
"Lagian aku tidak mau tahu. Aku tidak akan ikut campur," lanjutnya lalu segera pergi dan disusul oleh Jihyo.
"Kau yakin karena itu?" tanya Jihyo lagi."
"Berhentilah, aku tidak peduli. Sudah kubilang apapun itu aku tidak mau tahu, itu bukan urusanku," Cha Soo meninggikan nadanya, setelah itu Jihyo mengangguk.
"Soo-ah" panggil Jihyo lagi.
"Apa kau tahu? Sekolah ini kedatangan murid baru," lanjutnya.
"Kenapa kau memberitahuku, untuk apa kita mengurus anak-anak kecil yang baru mendaftar dan menjadi anak baru di sini," ujar Cha Soo terlihat tidak peduli.
"Ini bukan anak kecil. Ini anak pindahan. Dia seusia kita," Lagi-lagi perkataan Jihyo membuat Cha Soo menengok ke arahnya.
"Pindahan? Kalau begitu sama saja dia mendaftar lagi dan mengulangi dari awal walaupun terlambat ‘kan?" Tiba-tiba Jihyo tersenyum lebar dan berjalan ke depan Cha Soo.
"Ini akan menjadi senior kita," Kali ini Cha Soo membelalakkan mata lagi.
"Senior? Mana bisa? Bukannya walupun pindahan atau anak baru tetap harus mengulangi dari awal?" Cha Soo memasangg wajah tidak percaya.
"Harusnya begitu tapi dia selisih satu tingkat dibawah kakak sepupumu,"
Cha Soo menganga mendengarnya.
"Apa? Hei!! itu menyalahi aturan," Jihyo hanya tersenyum lebar mendengarnya. Namun Cha Soo lebih terkejut lagi melihat seorang pria datang di belakang Jihyo.
"Kenapa wajahmu seperti itu?" Jihyo bertanya.
"Karena dia terlambat, dia takut sekarang," kata pria itu tiba-tiba dan mengagetkan Jihyo itu. Jihyo langsung pergi ke samping Cha Soo setelah menyadari kakak sepupu Cha Soo itu.
"Oppa, Kau pasti menungguku bukan? hehe," kata Cha Soo sambil tersenyum.
"Ganti bajumu dan segera bergabung dengan lainnya sekarang!" perintah kakak sepupunya yang membuat dirinya dan Jihyo berlari terbirit-birit.
"Dia dari Sekolah Akademi Wushu di Cina? Bukankah lebih baik di sana daripada di sini? Wushu di sekolah ini memang bagus tapi tidak lebih bagus di Cina bukan?" Cha Soo kembali mengobrol dengan Jihyo sambil pendinginan setelah latihan tadi. Mereka berada di bawah pohon tepatnya di pinggir lapangan.
"Entahlah…yang jelas dia pasti hebat sekali," ujar Jihyo yang sedang duduk itu.
"Apa dia diijinkan tidak mengulang karena sehebat itu?" tanya Cha Soo sambil merenggangkan tangan.
"Tentu saja! Dia petarung yang handal tau! kurasa dia akan ditakuti," jawab Jihyo.
"Kalau begitu kenapa dia tidak bertarung dengan kakakku dulu sebelum dia masuk sini sehingga banyak yang percaya jika dia memang petarung hebat," gerutu Cha Soo.
"Aigoo. Kau terlihat meremehkan sekali. Dia ini sangat hebat, kita harusnya senang dengan begitu dia akan sering memenangkan kompetisi dan sekolah kita menjadi terkenal," balas Jihyo dengan nada tinggi.
"Aish...kita tidak perlu memenangkan banyak kompetisi untuk menjadi terkenal," ujar Cha Soo dengan tatapan sinis.
"Tetap saja. Sekolah kita perlu dilihat oleh orang-orang, banyak orang yang meremehkan ilmu bela diri," balas Jihyo.
" Baiklah, terserah kau saja," ujar Cha Soo sembari menggelengkan kepala karena perkataan Jihyo.
"Oh. Lihatlah," ujar Jihyo tiba-tiba saat melihat seorang laki-laki di lantai 2 yang sedang berjalan dengan Ji Sung, mereka terlihat saling bercanda dan tertawa.
"Kurasa itu orangnya," kata Jihyo sambil tersenyum. Cha Soo melihat laki-laki dengan topi hitam itu merangkul Ji Sung sambil mengatakan sesuatu padanya. Jihyo antusias melihat mereka, dia berkali-kali bergumam padaku.
"Ayo kembali. Sudah hampir larut," ajak Cha Soo pada Jihyo yang masih melihat laki-laki itu.
"Ayolahh," Cha Soo menarik lengan Jihyo yang tidak kunjung berdiri itu.
"Ahh Soo-ah tunggulah sebentar," rengek Jihyo namun Cha Soo tetap menariknya untuk pergi.
Cha Soo berjalan menuju kamar asrama setelah makan bersama Jihyo tadi dan ia pun sudah pulang lebih dulu di jemput ayahnya. Cha Soo akan menginap di asrama ini, ia merasa lelah sekali. Saat sedang berjalan menuju kamarnya, ia berpapasan dengan kakak sepupunya di lorong. Kelihatannya ia akan menginap juga malam ini.
"Kau sudah istirahat?" tanya sepupunya yang bernama Wang Jiar dan biasa dipanggil Jiar.
"Ohh ,aku akan mandi setelah ini," Jawabnya.
"Baguslah. Aku baru saja menyetok sabun dikamar," ujar Jiar
"Oh iya, Oppa kurasa aku akan menginap malam ini. Aku lelah sekali," Jiar menganggukkan kepala mendnegarnya.
"Baiklah kalau begitu, baju-baju cadanganmu ada di lemari," ujar Jiar memberi tahu.
"Baiklah, aku akan mandi sekarang," kata Cha Soo lalu Jiar bergegas pergi meninggalkannya.
Cha Soo pun pergi menuju kamarnya di asrama. Kamarnya dan kamar Jiar bersebelahan dan ada pintu yang menghubungkan kamar mereka berdua. Asrama di sini sangat nyaman karena seperti berada di tengah desa. Sebenarnya sekolah bela diri ini sangatlah luas bahkan didalamnya juga terdapat rumah-rumah bagi para karyawan yang bekerja di sini, sekolah ini tidak hanya untuk belajar bela diri tapi juga sebagai sumber pekerjaan bagi orang-orang sekitar yang kebetulan tidak memiliki latar belakang yang cukup untuk dapat bekerja di tempat yang bagus. Bahkan guru-gurunya di sekolah ini banyak yang tidak sekolah sebenarnya, tapi menurut Cha Soo mereka juga sama pintarnya dengan para sarjana. Ia merasa tenang berada di sekolah ini. Saat masuk ke sini, ia merasa seperti berada di dunia yang berbeda. Banyak moral yang diajarkan di sini. Ia merasa nyaman berjalan di sekitaran lorong ini. Udara malam yang berada di bangunan ini sangat segar dan membuatnya sesekali tersenyum menikmati karena merasa nyaman.
Kini Cha Soo mulai merasa sangat tidak nyaman dengan rambut berminyaknya sekarang, ia berencana akan keramas saat mandi nanti. Saat hampir sampai di kamarnya, tiba-tiba ia melihat seorang laki-laki berjaket hitam berdiri di depan pintu kamar Jiar yang berada di sebelah kamarnya itu, ia merasa tidak asing dengannya. Laki-laki itu melihat Cha Soo sekarang. Ia pun teringat sekarang bahwa dia adalah laki-laki yang ia lihat dari lapangan bersama Jihyo tadi. Posturnya proporsional, bentuk badannya lumayan atletis dan terlihat jika dia memang pandai bela diri ataupun olahraga.
"Oh...kau," sahutnya saat berpapasan dengan Cha Soo.
"Kau pasti murid sekolah ini. Boleh aku bertanya, apakah pemilik kamar ini ada didalam?" tanyanya sambil tersenyum dan menunjuk kamar Jiar.
"Kurasa orangnya sedang keluar," balas Cha Soo.
"Benarkah? Padahal aku memerlukan sesuatu. By the way apa kau sudah tau siapa aku?" tanya laki-laki itu.
"Kau murid pindahan," Jawab Cha Soo singkat.
"Benar. Aku baru saja pindah ke sini, sebelumnya boleh aku bertanya kau berada di tingkat berapa?" Pertanyaannya membuat Cha Soo mengernyitkan dahi.
"Maaf. Kenapa kau bertanya?" tanya Cha Soo sedikit tersenyum.
Ia mulai berpikir curiga apakah laki-laki itu ingin membandingkan tingkatnya sekarang atau mungkin dia akan memberitahu bahwa dia berada 3 tingkat diatasnya.
"Aku hanya memastikan bahwa aku memang senior kalian di sini karena aku baru pindah dan tiba-tiba mereka langsung merekrutku untuk menjadi pelatih kalian, apa aku kelihatan sehebat itu?" ujarnya sambil tersenyum bangga.
Cha Soo menaikkan alisnya heran bahwa laki-laki yang baru ditemuinya ini ternyata lumayan menyebalkan. Terlihat dari wajahnya yang santai saat mengatakan hal itu pada Cha Soo.
"Ah...benarkah? Kalau begitu kau akan mendampingi kami nantinya," jawab Cha Soo dengan senyum canggung.
"Jadi kau benar dibawahku?" balasnya sambil mengangguk-angguk setelah mengetahui hal itu.
"Kurasa kau tidak usah kawatir aku tidak akan memberi hukuman saat berlatih nanti, aku sangat handal," lanjutnya dengan senyuman percaya diri.
Mendengar hal itu, membuat Cha Soo mulai kesal. Ia terlihat tidak berminat meneruskan pembicaraan dengan orang yang baru ia temui itu. Ia menghela napas lalu berusaha tersenyum dihadapannya. Ia menahan emosi sekarang, jangan sampai pukulannya melayang pada orang yang baru ia temui itu.
"Ah aku Zhong Chenle, aku dari Cina tapi aku tidak tinggal disana aku tinggal di Amerika," Dia tersenyum dengan bangga sambil menjulurkan tanganya pada Cha Soo.
"Ah...tidak usah terlalu berlebihan, kita akan bertemu saat berlatih besok ‘kan?" jawab Cha Soo sambil tersenyum sok ramah, perlahan senyuman laki-laki itu mulai memudar.
"Kurasa orang ini akan segera datang, tunggulah sebentar. Aku permisi dulu," lanjut Cha Soo lalu meninggalkannya dengan keadaannya yang masih menjulurkan tangan untuk bersalaman. Sungguh laki-laki sombong pikir Cha Soo.
**************************************************************************
Oppa : Panggilan perempuan pada laki-laki yang lebih tua
Aigoo : Astaga/Ya ampun
Cha Soo berjalan dari Asrama Bela Diri menuju SMA Seongnam, sekolahnya. Ia sangat senang suasana di pagi hari ini. Sesekali ia melakukan pemanasan dengan melatih pernapasannya. Baginya, ini baik untuk ritme pernapasan dan peredaran darah. Hal ini membuatnya ingin berangkat terlambat ke sekolah karena ingin menghabiskan udara segar yang menemani perjalanannya ini sampai dirinya melihat Doyoung dengan sepedanya. Doyoung menyeberang dari jalan raya yang belum padat kendaraan itu untuk menghampirinya."Kau sudah memompa semuanya?" tanya Cha Soo sembari melirik ke ban sepeda Doyoung.
Seorang laki-laki berseragam SMA dengan mengenakan jaket hitam dan name tagnya bertuliskan Zhong Chenle itu sedang berjalan menyusuri koridor lantai 2 di Asrama Sekolah Bela Diri."Hyung!" Tiba-tiba salah satu murid di sekolah itu memanggilnya dan menghampirinya."Ji Sung-ah kau dari mana saja? aku mencarimu," ujar Chenle.
Kelas bahasa korea adalah pelajaran pertama di kelas 2-3. Cha Soo hanya memainkan ponselnya diam-diam sambil sesekali ia mencoret-coret kertasnya, ia sedang mengerjakan pr matematika yang akan dimulai setelah jam kesenian. Anak-anak di kelas ini hanya sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri saat jam bahasa korea. Guru Choi adalah pengampunya, bisa dibilang dia guru yang cukup disepelekan oleh murid-muridnya tapi begitulah Guru Choi, ia tidak merasa disepelekan. Baginya, murid-murid adalah sinar dari pekerjaanya, dia sangat tulus dalam mengajar. Tak terasa bel sudah berbunyi. Saatnya pelajaran Geografi, Chenle yang sedari tadi tert
"Kau akan ke tempat latihan kan?" Tiba-tiba Chenle berjalan menyusul Cha Soo yang sedang terburu-buru ke parkiran sepeda itu."Oh," ucap Cha Soo sambil berjalan dengan cepat. Dia berkali-kali melihat ke sekitaran parkiran sepeda dan seperti mencari sesuatu. Chenle yang melihatnya langsung penasaran."Kau mencari seseorang?" tanya Chenle.
Chenle dan Cha Soo masih berlari mengitari komplek dan senja mulai terlihat, semua murid sudah selesai latihan. Jihyo juga sudah pulang setelah sebelumya menghampiri Cha Soo yang sedang berlari itu."Apa kau sering dihukum?" tanya Chenle di sela-sela berlari."Kenapa kau bertanya?" balas Cha Soo sambil menyeka keringatnya.
Chenle memasukkan bukunya ke dalam laci meja. Ia hendak bersiap-siap untuk pelajaran olahraga. Setelah itu, munculah Jeno dan kawan-kawannya. Mereka sudah berpakaian olahraga. Jeno dan teman-temannya selalu membuat keramaian, kali ini mereka saling melempar baju seragam. Kelas begitu berantakan saat mereka datang. Pada saat itu juga, ponsel Chenle berdering, ia mendapat pesan masuk dari pamannya.~ Ku kirim lokasi Rs. Hansung, jangan lupa ke sana setelah pulang sekolah, dan temui Dokter Cha Sae Rim, ia dokter di Departemen Bedah Jantung.~
"Kenapa ini?" gumam Cha Soo lirih. Matanya mulai terbuka secara perlahan, ia melihat langit ruangan beserta lampu yang menyala. Pandangannya yang awalnya buram perlahan menjadi jelas."Soo-ah, Cha Soo-ah," panggil Doyeon. Cha Soo melihat ke samping kanan dan kiri terlihat Heejung, Naeyeon, Seohyun, dan Doyeon mengitarinya."Soo-ah, kau mendengarku?" tanya Seohyun. Cha Soo yang perlahan sadar itu mulai terbelalak terkejut dan refleks bangun dari baringannya yang membuat teman-temannya ikut terkejut."Hei! Kenapa aku di sini?" tanya Cha Soo bingung."Kau tadi pingsan," jawab Naeyeon."Apa?!!" kaget Cha Soo dengan nada tinggi dan membuat teman-temannya tersentak."Berapa lama?" tanyanya."Sekitar 50 menit, kami juga sudah membawa barang-barangmu ke sini," jawab Doyeon. Cha Soo menganga, ia melihat ke arah kursi yang ditempati tasnya itu. Teman-temannya bingung melihat tingkah Cha Soo yang setelah sadar dari pingsan di lapangan itu.
"Kau hanya kelelahan, apa kau belum sarapan sebelumnya?" tanya seorang dokter umum pada Cha Soo di ruangan konsultasi dokter."Tapi aku sudah makan siang sebelumnya," jawab Cha Soo."Kau bahkan memiliki maag. Kelihatannya aku perlu memberimu vitamin dan obat sakit maag," ujar dokter itu sambil mencatat sebuah resep obat. Cha Soo mengangguk mendengarnya."Apa Dokter Cha ada disini?" tanya Cha Soo pada dokter itu dengan penasaran."Tentu saja. Dia baru saja pulang setelah dinas di Pulau Jeju," Cha Soo tersenyum mendengarnya. Beberapa selang kemudian, seseorang masuk ke ruang konsultasi dokter umum itu. Guru Jang, ia datang dengan tergesa-gesa."Bagaimana keadaanya?" tanya Guru Jang setelah datang itu."Dia hanya kelelahan, aku akan memberinya resep obat dan beberapa vitamin," jawab dokter itu sambil tersenyum pada Guru Jang."Syukurlah kalau begitu," ujar Guru Jang sembari merapikan jassnya, ia terlihat berantakan karena sehabis berlari
Cha Soo membuka matanya. Ia segera bangun dan mengambil ponselnya yang bergetar itu. Terlihat pesan masuk dari Dokter Cha.~Soo-ah, bisakah kau membantuku? Katakan pada Chenle jika aku tidak bisa datang untuk konsultasi hari ini, aku ada pertemuan penting dan sangat mendadak.~Cha Soo menutup kedua matanya, ia menghela napas panjang.~Kenapa aku harus melakukannya? Kenapa tidak kau telepon?~~Dia tidak meneleponku tadi malam, aku juga lupa menaruh nomornya di mana, buku pasienku tertinggal di kantor Rumah sakit.~Cha Soo memasang wajah kesal saat membalas pesan dari Dokter Cha itu.~Kalau begitu kau bisa mengambilnya.~Cha Soo menaruh ponselnya dengan keras, ia menggigit bibir bawahnya."Kenapa ada-ada saja di pagi hari. Aishh aku tidak ingin berangkat sekolah," kesal Cha Soo sambil menendang-nendang selimutnya lalu ponselnya bergetar lagi. Ia pun membuka pesan dari Dokter Cha itu.~Aku hari ini tidak ke Rumah sakit, aku
Chenle, Jiar, dan Ji Sung sedang bersantai malam-malam di salah satu tempat asrama yang biasa digunakan untuk beristirahat setelah latihan. Mereka membicarakan banyak hal sembari meminum cola dan mereka juga menunggu pesanan pizza datang. Ji Sung terlihat sangat fokus dengan gamenya."Kau bisa mendaftar sebagai atlet E-sport Ji Sung-ah," ucap Jiar sembari mengambil kaleng colanya."Aku harus menjadi atlet wushu terbaik di Korea Selatan," sahut Ji Sung sambil terus bermain. Jiar terkekeh mendengar juniornya itu. Chenle masih sibuk dengan ponselnya. Ia terlihat mencari sebuah alamat seseorang."Ahh tidak!!" sahut Ji Sung tiba-tiba hingga membuat Jiar dan Chenle sontak menatap ke arahnya."Ada apa?" tanya Chenle sambil melihat ke arah ponsel Ji Sung."Aku ada telepon," jawabnya dengan nada kesal karena ada telepon masuk di tengah permainan gamenya."Ternyata Pizzanya sudah datang," ucapnya sambil mengangkat ponselnya yang terlihat nomor restora
"Kau hanya kelelahan, apa kau belum sarapan sebelumnya?" tanya seorang dokter umum pada Cha Soo di ruangan konsultasi dokter."Tapi aku sudah makan siang sebelumnya," jawab Cha Soo."Kau bahkan memiliki maag. Kelihatannya aku perlu memberimu vitamin dan obat sakit maag," ujar dokter itu sambil mencatat sebuah resep obat. Cha Soo mengangguk mendengarnya."Apa Dokter Cha ada disini?" tanya Cha Soo pada dokter itu dengan penasaran."Tentu saja. Dia baru saja pulang setelah dinas di Pulau Jeju," Cha Soo tersenyum mendengarnya. Beberapa selang kemudian, seseorang masuk ke ruang konsultasi dokter umum itu. Guru Jang, ia datang dengan tergesa-gesa."Bagaimana keadaanya?" tanya Guru Jang setelah datang itu."Dia hanya kelelahan, aku akan memberinya resep obat dan beberapa vitamin," jawab dokter itu sambil tersenyum pada Guru Jang."Syukurlah kalau begitu," ujar Guru Jang sembari merapikan jassnya, ia terlihat berantakan karena sehabis berlari
"Kenapa ini?" gumam Cha Soo lirih. Matanya mulai terbuka secara perlahan, ia melihat langit ruangan beserta lampu yang menyala. Pandangannya yang awalnya buram perlahan menjadi jelas."Soo-ah, Cha Soo-ah," panggil Doyeon. Cha Soo melihat ke samping kanan dan kiri terlihat Heejung, Naeyeon, Seohyun, dan Doyeon mengitarinya."Soo-ah, kau mendengarku?" tanya Seohyun. Cha Soo yang perlahan sadar itu mulai terbelalak terkejut dan refleks bangun dari baringannya yang membuat teman-temannya ikut terkejut."Hei! Kenapa aku di sini?" tanya Cha Soo bingung."Kau tadi pingsan," jawab Naeyeon."Apa?!!" kaget Cha Soo dengan nada tinggi dan membuat teman-temannya tersentak."Berapa lama?" tanyanya."Sekitar 50 menit, kami juga sudah membawa barang-barangmu ke sini," jawab Doyeon. Cha Soo menganga, ia melihat ke arah kursi yang ditempati tasnya itu. Teman-temannya bingung melihat tingkah Cha Soo yang setelah sadar dari pingsan di lapangan itu.
Chenle memasukkan bukunya ke dalam laci meja. Ia hendak bersiap-siap untuk pelajaran olahraga. Setelah itu, munculah Jeno dan kawan-kawannya. Mereka sudah berpakaian olahraga. Jeno dan teman-temannya selalu membuat keramaian, kali ini mereka saling melempar baju seragam. Kelas begitu berantakan saat mereka datang. Pada saat itu juga, ponsel Chenle berdering, ia mendapat pesan masuk dari pamannya.~ Ku kirim lokasi Rs. Hansung, jangan lupa ke sana setelah pulang sekolah, dan temui Dokter Cha Sae Rim, ia dokter di Departemen Bedah Jantung.~
Chenle dan Cha Soo masih berlari mengitari komplek dan senja mulai terlihat, semua murid sudah selesai latihan. Jihyo juga sudah pulang setelah sebelumya menghampiri Cha Soo yang sedang berlari itu."Apa kau sering dihukum?" tanya Chenle di sela-sela berlari."Kenapa kau bertanya?" balas Cha Soo sambil menyeka keringatnya.
"Kau akan ke tempat latihan kan?" Tiba-tiba Chenle berjalan menyusul Cha Soo yang sedang terburu-buru ke parkiran sepeda itu."Oh," ucap Cha Soo sambil berjalan dengan cepat. Dia berkali-kali melihat ke sekitaran parkiran sepeda dan seperti mencari sesuatu. Chenle yang melihatnya langsung penasaran."Kau mencari seseorang?" tanya Chenle.
Kelas bahasa korea adalah pelajaran pertama di kelas 2-3. Cha Soo hanya memainkan ponselnya diam-diam sambil sesekali ia mencoret-coret kertasnya, ia sedang mengerjakan pr matematika yang akan dimulai setelah jam kesenian. Anak-anak di kelas ini hanya sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri saat jam bahasa korea. Guru Choi adalah pengampunya, bisa dibilang dia guru yang cukup disepelekan oleh murid-muridnya tapi begitulah Guru Choi, ia tidak merasa disepelekan. Baginya, murid-murid adalah sinar dari pekerjaanya, dia sangat tulus dalam mengajar. Tak terasa bel sudah berbunyi. Saatnya pelajaran Geografi, Chenle yang sedari tadi tert
Seorang laki-laki berseragam SMA dengan mengenakan jaket hitam dan name tagnya bertuliskan Zhong Chenle itu sedang berjalan menyusuri koridor lantai 2 di Asrama Sekolah Bela Diri."Hyung!" Tiba-tiba salah satu murid di sekolah itu memanggilnya dan menghampirinya."Ji Sung-ah kau dari mana saja? aku mencarimu," ujar Chenle.