Alfonso mengangkat ponselnya, panggilan masuk dari James, asistennya. Saat ini, dia dan Gloria sedang menuju ke bandara untuk naik pesawat kembali ke Los Angeles.
"Bagaimana, James?"
"Tuan, saya minta maaf. Tapi pesawat saya ke Los Angeles ditunda sampai besok pagi karena cuaca buruk. Di New York sedang turun salju," suara James terdengar buru-buru.
Alfonso memejamkan matanya, berusaha menahan emosinya. Jika pesawat James ditunda sampai besok pagi, kemungkinan besar James tak bisa menemukan Siena karena pesawat yang ditumpangi Siena sudah mendarat lebih dulu.
"Oke, James, tak apa-apa. Segeralah berangkat besok. Aku butuh kamu. Akan kukabari lagi nanti," tanggap Alfonso. Lalu ia mematikan teleponnya.
Sial! Segala sesuatu tak berjalan sesuai harapannya! Alfonso menundukkan kepala, menutupi wajah den
"Masuklah, Siena…."Siena melangkah masuk ke dalam unit apartemen Brian. Dia tidak asing dengan tempat tinggal Brian, karena dia sudah pernah beberapa kali berkunjung ke sini bersama Imelda dan teman-teman mereka yang lainnya. Lagipula apartemen Brian letaknya tidak jauh dari bekas apartemennya dulu."Kamu boleh pakai apa saja yang ada di sini. Tempat tidur, kamar mandi, semuanya, anggap saja rumah sendiri," lanjut Brian. "Tunggu sebentar, biar kubelikan kamu makanan. Kamu suka ramen yang dijual dekat apartemenku ini 'kan?""Oh, Brian, kamu masih ingat saja kesukaanku….""Tentu saja. Aku selalu ingat," ucap Brian sambil tersenyum.Senyum Brian menghangatkan hati Siena. "Terima kasih, Brian.""Mandilah dan istirahat, Siena." Kemudian Brian keluar men
Perlahan Brian membaringkan tubuh Siena di atas sofa. Dalam kondisi tertidur pun, Siena tetap tampak begitu memesona bagi Brian. Ia mengulurkan tangannya, membelai pipi Siena yang halus."Andai saja kamu tahu, sudah berapa lama aku menahan hasratku padamu, Siena…," gumam Brian. Matanya tak lepas memandang dan mengagumi wajah Siena yang secantik malaikat."Aku yang lebih dulu kenal kamu, dekat denganmu. Kenapa kamu harus pilih Alfonso, pria kurang ajar itu? Maaf kalau aku harus gunakan cara ini. Tapi beda dengan Alfonso, aku tak akan pernah sakiti kamu, Siena…. Yang kuinginkan cuma memilikimu. Setelah kamu jadi milikku, selamanya aku tak akan pernah lepaskan kamu lagi."Brian menundukkan wajahnya, mencium bibir Siena. Ia sudah menahan keinginannya terlalu lama untuk memiliki Siena, menyentuh, mencium, dan melampiaskan hasratnya yang terdalam. Sekarang k
Setelah Siena berganti pakaian, dia keluar dari kamar dan makan siang bersama Damien. Damien sengaja meninggalkan pekerjaannya di kantor untuk menemani Siena.Akhirnya Siena mendengar cerita lengkap dari Damien tentang semua peristiwa yang terjadi tadi pagi, termasuk detektif swasta yang disewa Carlo untuk menjaganya."Aku berutang budi padamu dan Detektif Williams. Terima kasih sudah tolong aku, Damien" ucap Siena, tapi dia tetap tak bisa menyembunyikan kepedihan di wajahnya."Banyak yang terjadi, tapi semuanya cuma menambah luka di hati," sambung Siena dengan nada datar.Damien belum pernah melihat Siena bersusah hati seperti itu, seolah gadis itu sedang memikul beban berat. Dia tak tahan melihat wajah sedih Siena."Ceritalah padaku, Siena. Biarkan aku bantu kamu."Perlahan
"Apa maksudnya semua ini?!" raung Alfonso dengan suara kasar.Ia membanting map dokumen itu di atas meja kerja Damien. Lalu dengan gerakan yang sangat cepat, ia mencengkeram sepasang kerah kemeja Damien."Aku ingin ketemu Siena! Aku tak butuh semua surat wasiat sialan ini! Beritahu aku di mana Siena!" bentak Alfonso.Matanya berkilat-kilat menakutkan, wajahnya berhadapan sangat dekat dengan Damien. Aura kesombongan dan mendominasinya muncul lagi saat emosinya sedang buruk."Kamu tahu tak ada gunanya gunakan kekerasan, Alfonso. Apa kamu pikir itu bisa bawa Siena kembali padamu? Siena sendiri yang mau pergi darimu. Harusnya kamu yang lebih tahu alasan dia pergi. Kamu bisa saja pukul aku untuk lampiaskan amarahmu. Setelah itu, pastikan kamu punya pengacara yang cukup hebat untuk lawan tuntutanku," suara Damien terdengar luar biasa ten
Suara Alfonso bagaikan terus bergema di kepala Gloria. Benarkah yang dikatakan Alfonso? Akhirnya Alfonso bersedia bertanggung jawab atas anak dalam kandungannya ini? Gloria rasanya ingin menjerit-jerit kegirangan dan melompat-lompat. Siasatnya akhirnya berhasil!"Be-benarkah itu, Alfonso…? Kamu mau… bertanggung jawab?" Gloria setengah berbisik."Ya, Gloria. Aku tak bisa biarkan anak yang tak berdosa ini menderita. Dia tak bersalah, dan dia berhak untuk dapatkan hidup yang bahagia. Jadi kamu tak usah khawatir lagi. Jaga kandunganmu baik-baik mulai sekarang," suara Alfonso tetap terdengar lembut.Wajah Gloria seketika bersinar cerah, senyumnya mengembang. Ia langsung merangkul leher Alfonso dan terisak haru."Terima kasih, Honey Bear, terima kasih! Kamu memang paling baik. Sampai kapan pun, cuma kamu pujaan hatiku!"
"Dua gelas tequila, Brian!""Ini, Rick." Brian meletakkan dua gelas kaca berisi tequila di atas meja counter.Pria yang dipanggil Rick itu menyerahkan dua gelas tequila pada pengunjung barnya yang duduk persis di depan counter, dua orang wanita berambut pirang dan berpakaian seksi."Wow, Rick…. Kamu punya karyawan baru?" tanya salah satu wanita yang berambut pendek, sambil menatap Brian dengan penuh minat."Dia imut ya," komentar wanita satu lagi yang berambut panjang, mengedipkan sebelah matanya pada temannya. Mereka terkikik berdua.Rick melirik sekilas ke arah Brian dan tersenyum. "Dia Brian, sepupuku dari Amerika. Ibuku dan ibunya bersaudara," katanya pada kedua wanita itu."Hah, sepupu? Yang benar Rick? Tapi dia imut, manis, dan kelihatan lembut. Seda
"Ugh!"Dengan refleks yang cepat, Alfonso menarik tubuhnya menjauh, melindungi wajah dengan tangannya, dan membalikkan tubuhnya. Sial! Brian punya semprotan merica!Brian mengambil kesempatan itu dengan buru-buru berdiri dan berlari lagi menjauhi Alfonso. Dia belum sempat menggunakan semprotan mericanya, karena Alfonso sudah lebih dulu melindungi diri."Sial! Berhenti, Brian!" Kali ini Alfonso membentak.Licin sekali Brian ini, pikir Alfonso. Brian bahkan punya senjata yang tak main-main!Sambil berlari, Alfonso mengeluarkan scarf dari kantong mantelnya, memasangnya menutupi mulut dan hidungnya untuk berjaga-jaga dari serangan Brian. Sekarang bagaimana lagi dia harus hentikan Brian?Mendadak dia melihat sebuah sepeda tua bersandar tanpa pemilik bersama tumpukan b
Mata Siena menatap kosong ke kejauhan. Pemandangan indah yang ada di depan matanya tak mampu menghibur hatinya. Entah kenapa pikirannya terus saja melayang kembali ke Alfonso. Sudah beberapa hari dia meninggalkan Los Angeles, tapi tetap saja perasaan sedihnya tak berkurang sedikit pun.Carlo berjalan mendekati Siena. Ia tak suka melihat Siena muram seperti itu."Aku sengaja bawa kamu ke sini untuk nikmati liburan, Siena," celetuk Carlo.Siena terkejut dan langsung menoleh memandangnya. "Hai, Carlo….""Kamu tak suka tempat ini?" tanya Carlo."Tentu saja suka. Tempat ini sangat indah.""Tapi wajahmu tetap saja cemberut."Siena menundukkan kepalanya, tak bisa menyangkal ucapan Carlo. Terdengar Carlo menarik napas panjang.
"Apa maksudnya?" Kening Siena berkerut dalam. "Tapi hari ini bukan ulang tahunku."Ah, ini pasti kode, pikir Siena. Alfonso benar-benar sengaja mengerjainya tepat di hari pernikahan mereka!Siena mencari pulpen dan mulai mencoret-coret di kertas. "Tanggal ulang tahunku 17 September. Mungkin itu sebagai kunci untuk menggeser huruf yang ada. Hmm, biar kucoba."Ia menuliskan tebakannya di atas kertas.ELANHPB1791791FSJOOYC"Aneh, kenapa tak ada artinya?" Siena tertegun melihat hasilnya. "Atau… hurufnya bukan digeser ke kanan, tapi ke kiri!"Siena mencoret-coret ulang dan menulis lagi.ELANHPB1791791DERMAGA"Dermaga?" Siena berseru kaget. "Apakah Alf memintaku untuk pergi ke dermaga?"
"Dengan ini kalian berdua dinyatakan resmi menjadi suami istri. Silakan, Anda boleh mencium istri Anda."Setelah pastor selesai mengucapkan kalimat tersebut, Alfonso langsung merangkul pinggang Siena, memberikan belaian lembut di pipi Siena yang merona indah, dan mengecup bibirnya dengan penuh kasih. Seketika semua yang hadir bertepuk tangan.Segala sesuatu berjalan sesuai harapan Siena di hari pernikahannya ini. Dia tak perlu pesta mewah, hadiah mahal, atau gaun pengantin seperti putri kerajaan. Yang dia butuhkan hanyalah pernikahannya sah di hadapan Tuhan dan orang-orang yang disayanginya.Setelah acara pemberkatan pernikahan berakhir, Alfonso dan Siena mendapatkan pelukan dari Stefano, Carlo, juga Irina yang datang jauh-jauh dari Melbourne. Mendadak…."Siena Chan! Selamat ya!" Siapa lagi kalau bukan Imelda yang memekik. M
Alfonso masuk ke dalam kamar tidur Siena dengan wajah cerah. Siena sudah berganti gaun tidur dan duduk bersandar di kepala tempat tidur, ia langsung mengarahkan pandangan ke Alfonso."Kamu kelihatan gembira…, sepertinya aku tak usah khawatir apa yang kamu bicarakan dengan Papa," celetuk Siena.Seringai Alfonso makin lebar. "Aku baru saja mendapat seorang Papa hari ini."Mulut Siena melongo. "Benarkah? Papa sudah memintamu memanggilnya Papa?"Alfonso menjawab dengan anggukan mantap. "Yup!""Oh, Alf, aku bahagia sekali mendengarnya!" Siena merentangkan kedua tangannya lebar-lebar untuk memeluk Alfonso.Alfonso duduk di samping Siena dan merangkulnya dengan mesra. "Sekarang aku punya keluarga yang utuh lagi. Aku punya seorang istri yang kucintai, ayah yang bi
Bagi Alfonso, hari ini adalah salah satu hari paling istimewa baginya. Ia sempat kehilangan Siena selama tiga bulan lebih, berusaha bertahan dalam hati yang hancur, bahkan menjalani hidup seperti zombie, tubuhnya hidup tapi jiwa dan pikirannya serasa kosong.Mimpi buruk itu telah berakhir. Sekarang, Siena kembali padanya. Bahkan lebih daripada yang berani dia bayangkan, dia mendapatkan Siena bersama anak mereka yang berumur tiga bulan dalam kandungan Siena!"Kamu tak mau makan, Cherry? Dari tadi aku lihat kamu belum makan apa-apa," ujar Alfonso, kelihatan cemas.Malam ini pesta pertunangan mereka sedang berlangsung di halaman belakang rumah yang sangat luas. Keluarga De Martini adalah keluarga bangsawan yang sangat terkenal dan penting di Kota Siena. Jadi tak heran kalau tamu yang berkunjung juga terus mengalir.Alfonso menuntut Si
"Selamat siang, Tuan Stefano." Alfonso memutuskan untuk menyapa lebih dulu. "Carlo, Damien…." Alfonso mengangguk pada mereka bertiga.Mata Stefano mengamati tangan Alfonso dan Siena yang terus saling bergandengan. "Siena, kamu membuat kami khawatir. Apakah Alfonso menyakitimu?" Jelas bahwa Stefano sengaja mengabaikan sapaan Alfonso."Tidak, Papa, Alfonso tak mungkin sakiti aku," Siena menjawab dengan cepat. "Papa, kumohon biar kami jelaskan dulu semuanya.""Kurasa semuanya sudah sangat jelas bagiku. Kamu memilih untuk menyakiti hati seorang pria yang baik seperti Damien, demi kembali pada pria yang jelas-jelas telah menyakitimu sebelumnya," sergah Stefano dengan suara tegas."Papa, ini semua salahku. Alfonso tak pernah sakiti aku. Aku sudah tahu kalau dia tak ada hubungannya dengan masalah Gloria, tapi waktu dia datang menem
Butuh waktu beberapa detik bagi Siena untuk mencerna perkataan Alfonso. Namun yang bisa dilakukannya hanyalah menatap Alfonso dengan mata terbelalak dan mulut melongo."Aku mohon jangan menikah dengan Damien. Aku ingin kamu jadi milikku seorang. Menikahlah denganku, Cherry…." Ucapan Alfonso terdengar sangat jelas, ucapan yang menimbulkan rasa hangat yang menjalari hati Siena."Alf….""Ya?""Kamu sadar kalau kamu baru saja memintaku menikah denganmu? Di dalam sebuah garasi mobil yang tertutup, di mana kamu baru saja menculikku tepat di hari pertunanganku dengan Damien?"Alfonso terpaku sesaat. "Yah…, aku bisa lakukan hal yang lebih gila lagi kalau kamu mau. Aku bisa saja tiba-tiba muncul di rumahmu, dan berteriak memprotes tepat saat Damien baru saja mau pasangkan cincin pertun
"Kamu cantik sekali, Siena," puji Viola, wanita paruh baya yang menjadi penata rias Siena.Siena sedang berada di salon untuk merias diri sebelum acara pertunangannya dengan Damien nanti malam. Tadinya dia hendak merias diri sendiri saja, tapi Carlo bersikeras bahwa dia harus tampil istimewa di hari yang istimewa ini.Jadilah dia akhirnya berangkat ke salon dengan sedikit enggan, diantar oleh Pino. Sedangkan Stefano, Carlo, dan Damien mempersiapkan acara yang akan diadakan di rumahnya."Apa dandananku… tidak berlebihan?" Siena ragu melihat penampilannya sendiri di cermin. Dia bukan gadis yang suka dandanan tebal selama ini."Jelas tidak. Dandanan ini sangat sempurna untuk acara spesial," Viola meyakinkannya sambil tersenyum."Maaf, maksudku, tentu saja hasil dandananmu sangat sempurna, Viol
Saat Alfonso mengemudikan mobilnya masuk ke halaman depan rumah, dia merasa curiga dengan mobil limusin putih yang diparkir di area taman umum yang berada persis di seberang rumah.Tak banyak orang yang mengendarai mobil limusin ke mana-mana karena terlalu mencolok. Siapa pemilik limusin itu, seorang selebritis yang sengaja mencari perhatian?Alfonso melangkah masuk ke dalam rumah, dan seketika terhenti karena mencium bau ganjil yang tak biasanya. Bau yang mengingatkan dia pada sesuatu.Ia mempercepat langkahnya, matanya mencari-cari sampai akhirnya dia melihat apa yang dicurigainya. Carlo sedang duduk di ruang tengah rumahnya sambil mengisap cerutu!"Aku rasa sudah saatnya aku sewa petugas keamanan untuk jaga rumah ini. Supaya orang-orang seperti kamu tak bisa masuk seenaknya," nada suara Alfonso terdengar ketus.
Alfonso keluar dari mobilnya. Matanya langsung melihat Brian dan Gloria yang sedang duduk bersebelahan di depan mobil kopi mereka, menatapnya dengan wajah serius."Apa kabar, Alfonso?" Gloria yang lebih dulu menyapa, karena Brian diam saja."Hai, Gloria. Bagaimana keadaanmu, sehat?" balas Alfonso. Ia berdiri di depan mereka berdua."Sehat, biarpun aku kelihatan makin mengembang tiap hari," celoteh Gloria, terkikik geli dengan gurauannya sendiri."Menurutku kamu kelihatan seperti ibu hamil yang modis, Gloria," puji Alfonso, tapi matanya melirik ke Brian.Dia mengatakan itu semata-mata untuk memberi dukungan pada Gloria, tanpa ada maksud merayu. Tapi dia tahu sifat Brian yang posesif. Wajah Brian seketika tampak berubah.Dalam hati Alfonso rasanya ingin tertawa. Pa