"Aakhh ... Mass, apa nggak capek?" desah Carrisa di bawah tubuh kekar suaminya. Baru beberapa menit dia terbangun di ujung pagi, tetapi tak bisa terlelap lagi. Nicky sedang mengayunkan pinggulnya dengan penuh tenaga menghunjam ritmis ke celah sempit nan hangat milik istrinya. Dia terlalu sibuk untuk menjawab protes Carrisa karena mulutnya sedang menikmati salah satu pucuk merah kecokelatan gunung kembar yang mengeras karena gairah.Tubuh Carrisa menggelinjang tak sanggup menahan serangan suaminya yang berpengalaman memuaskan wanita. Telapak tangannya digenggam erat dan ditahan di atas kepala agar tidak kabur. "Ough ... aaah ... Mas, aku nggak tahan!" racau wanita itu memejamkan sepasang matanya.Nicky menghunjam kuat dan dalam disertai geraman maskulin. Dia mendapatkan pelepasannya bersamaan dengan istrinya yang mengalami orgasme di ujung pagi yang dingin nan hening. Bibir Nicky membungkam jeritan Carrisa agar tidak membangunkan seisi rumah. "Mas, luber-luber tuh yang di bawah sana,
"Dokter Martin, Anda dipilih untuk mewakili Rumah Sakit Permata Hati Medika sebagai perwakilan dokter spesialis saraf yang akan mengikuti Continuing Education atau CE di Singapura lusa. Besok pagi Anda bisa berangkat dengan pesawat ke Changi!" Mariana Richermond memberi tahukan kabar gembira itu kepada salah satu dokter andalannya yang bertalenta di bidang spesialis saraf.Raut wajah Martin berseri-seri, dia seperti mendapat rezeki durian runtuh karena kesempatan mengikuti CE yang sama seperti kursus singkat yang dikemas dalam bentuk seminar bertaraf internasional itu sangat langka. Dia lalu segera menjawab komisaris utama rumah sakit tempatnya berpraktik, "Terima kasih banyak atas kepercayaan, Bu Mariana. Saya pasti akan mengikuti CE dengan baik!" "Sama-sama, Dok. Semenjak Anda bergabung bersama kami di rumah sakit kebanggan kita ini, frekuensi reccuring pasien semakin meningkat jumlahnya. Artinya tingkat kepuasan terhadap pelayanan Dokter Martin Bintoro sangat bagus ya!" balas Mari
"Tin, hati-hati di jalan ya. Sampai ketemu beberapa hari ke depan, okay!" ujar Rihanna ketika dia melepas kepergian kekasihnya yang akan diantar oleh taksi online ke bandara.Martin memberikan pelukan dan ciuman mesranya untuk Rihanna. "Tenang, nggak perlu kuatirin apa pun tentang aku. Kamu jaga diri sendirian di Jakarta. Jangan kasih masuk orang asing sembarangan ke apartment ya, Hann!" pesan pria bersetelan jas biru muda tanpa dasi itu sebelum akhirnya naik ke mobil dilepas lambaian tangan pacarnya.Dalam taksi online yang melaju menuju Bandara Soekarno-Hatta, Martin sempat terbersit mengenai Cherry. Rumor yang beredar, perempuan itu sekarang menetap bersama Nicky Jansen di negara Merlion. Sudah nyaris tiga tahun semenjak Cherry meninggalkannya malam berhujan itu di Bandung.Martin tak pernah membahasnya lagi dengan siapa pun. Mamanya memang rutin mendesaknya untuk mengakhiri pernikahan yang tak lagi bermakna itu. Namun, ke mana dia harus mencari Cherry. Negara Singapura itu sekalip
Di dalam kamar hotel tempat Martin menginap selama beberapa hari ke depan di Singapura, pria itu berjalan mondar-mandir dengan perasaan gelisah. Rasanya terlalu syok ketika bertemu dengan seorang anak laki-laki yang berwajah mirip dirinya. "Cherry dulu memang sudah hamil sebelum kabur dari apartment. Aku yakin itu anakku, darah dagingku. Duh, gimana ya enaknya? Kacau banget deh, mana besok pagi aku mulai ikut CE!" Martin berbicara sendirian, menganalisa situasi cinta segi tiga antara dia dengan Cherry dan Nicky.Martin melirik ke jam tangannya yang menunjukkan pukul 16.30 waktu Singapura. Dia tak sanggup menahan lagi rasa penasarannya sehingga memilih untuk menelepon Nicky Jansen.Nada sambung itu berbunyi beberapa kali, jantung Martin berdegup kencang menantikan jawaban telepon dari sisi Nicky. Akhirnya, terdengar suara laki-laki yang berat, "Halo!""Halo, Om Nicky. Aku Martin. Apa kita bisa bertemu hari ini?" ujar Martin to the point. Dia tak ingin mengulur-ulur waktu untuk mengeta
Sesampainya di kamar Hotel Le Meridien, Martin segera membanting tubuhnya ke kasur. Dia menangisi kisah cinta pertamanya yang kandas. Ternyata antara dia dan Cherry tak secocok itu setelah dipikir-pikir. Benaknya melayang ke nostalgia indah masa SMA dulu, dengan seragam putih abu-abu mereka tertawa bersama melakukan touring dengan mobil vintage miliknya ke berbagai tempat menarik di Bandung dan daerah sekitarnya. Dia benar-benar tak mampu menahan air matanya. Senyuman dan tawa ceria yang pernah mereka bagi berdua, janji manis yang menghangatkan hati, kini semua hanya kenangan usang."Cher ... apa karena uang kamu berpaling dari cinta kita?" gumam Martin kecewa. Dia mengira Cherry lebih menyukai pria mapan dan punya segalanya seperti Nicky Jansen. Buktinya tadi perempuan itu sangat patuh ketika diminta duduk di pangkuan Nicky. Hal itu membuatnya nampak murahan."Fine, kita selesaikan saja segalanya dengan cepat. Rihanna jauh lebih baik dibandingkan kamu, Cher!" geram Martin seolah man
Acara Continuing Education sedang dalam sesi lunch break, Martin sengaja turun ke lantai lobi dan melakukan hal yang diinginkannya sedari pagi. Suara merdu yang khas dan selalu menggenggam hati Martin itu terdengar melantunkan lagu Kali Kedua dari Raisa. Pria yang telah menginjak usia 28 tahun ini pun menahan air mata yang menyesakkan dadanya saat melangkah masuk ke cafe and bar Hotel Le Meridien."Kau tak terganti, kau yang selalu kunanti ... tak kan kulepas lagi. Pegang tanganku, bersama jatuh cinta oohh!" Carrisa melantunkan lagu favoritnya yang juga sangat disukai para tamu langganan cafe and bar hotel bintang lima tersebut di setiap pentasnya.Tatapan matanya bertemu dengan Martin, wanita itu terkejut. Namun, karena pengalaman Carrisa menyanyi di atas panggung sudah banyak, dia bisa segera menguasai dirinya kembali. Dia pun melangkah ke sisi panggung di dekat pemain organ tunggal, Datuk Rajendra dan menyelesaikan lagu itu hingga nada terakhirnya, "Kali kedua ... sama indahnyaa!"
"Welcome home, Tin!" sambut Rihanna di Bandara Soekarno-Hatta. Perempuan itu berpelukan erat dengan Martin di gerbang kedatangan penumpang internasional. "Makasih sudah mau jemput aku, Hann. Yuk kita pulang dulu ke apartment. Pengin ngobrol banyak aku sama kamu ntar!" balas Martin lalu menyeret koper menuju ke parkiran mobil bandara.Kali ini yang mengemudikan mobil adalah Martin, dia tidak nyaman bila merepotkan kaum wanita dengan mengemudi untuknya. Sesuai dugaannya memang jam pulang kantor selalu antrean kendaraan di lampu merah di berbagai titik di Jakarta mengular nyaris tak bergerak. Dia harus bersabar."Aku sudah hubungi Om Prabowo Nugraha, pendaftaran untuk sidang perceraian sedang diproses. Mungkin akan ada panggilan sidang perdana minggu depan kata beliau!" tutur Martin sambil menunggu kemacetan terurai di depannya. Rihanna pun menyahut, "Papa mama kamu apa sudah tahu tentang rencana perceraian ini, Tin? Ada bagusnya kamu memberi tahu mereka karena dulu saat menikah pun ka
"Carrisa Sayang, apa kamu baik-baik saja?" tanya Nicky di samping kursi penumpang pesawat Singapore Airlines yang ditempati istrinya.Wanita itu memang sudah bermenit-menit melamun sambil melihat awan putih yang melayang di langit bak gumpalan kapas dari kaca jendela pesawat.Dia menoleh ke arah suaminya. "Aku nggakpapa kok, Mas. Berat buat kembali ke kota penuh kenangan masa lalu itu. Jujur ... nggak pengin aku buat berlama-lama di sana!" jawab Carrisa Ayana Jansen dengan raut wajah sendu."Jangan dibuat jadi beban. Toh kenangan itu nggak bisa terlupa karena pernah jadi bagian indah di hidupmu dulu. Sekarang yang terpenting adalah gimana kamu menjalani hari-hari ke depan bersamaku, Pria yang mencintaimu tanpa syarat. Aku nggak ingin menghakimi kamu untuk sesuatu yang kutahu tak bisa dirubah!" jawab Nicky sembari menghela napas panjang.Carrisa pun meraih wajah pria itu, dia mengecup dalam-dalam bibir Nicky. Matanya terpejam menikmati sebuah ciuman nan lembut yang selalu membuatnya mer
"Iya, Om. Nama saya Luther, maaf ... Om ini siapa ya?" Putra sulung Cherry tak mengenali ayah biologisnya sendiri. Pedro dan Justin saling sikut seraya memperhatikan kemiripan wajah kakak mereka dengan pria yang menyapa Luther barusan."Aku papa kandungmu, Luther. Apa nggak ingat? Kita pernah ketemu puluhan tahun lalu!" jawab Martin yang membuat pemuda di hadapannya mundur beberapa langkah lalu segera menaruh piring ke meja karena takut menjatuhkan benda itu hingga membuat heboh di tengah acara ramai.Luther menolak dengan keras karena kenangannya tentang Martin nyaris tak ada, "Om, tolong jangan ngaku-ngaku. Saya lebih baik panggilkan dad and mom, tunggu di sini!" Dia bergegas mencari Nicky dan Carrisa yang sedari tadi hanya ditemani Chrissy, si bungsu.Seolah menahan lara hatinya karena kesalahan di masa mudanya, Martin tetap di tempatnya menunggu putra kandungnya bersama Cherry dulu memanggil orang tuanya untuk menemui dia.Pedro menebak-nebak bahwa pria di hadapannya adalah sosok
Dua puluh tahun kemudian.Carrisa yang sedang bersantai sore menikmati secangkir teh di patio backyard mansion house mewah keluarga Jansen di Jurong, Singapura dikagetkan oleh sebuah undangan via email. Perlahan dia membaca dengan teliti isi undangan via online itu lalu menghela napas panjang. "Kenapa, Mom? Kok wajahnya tiba-tiba kayak nggak enak gitu sih?" tegur Pedro yang kini telah menjadi pemuda tampan berusia 20 tahun. Genetik Kaukasoid dari keluarga daddynya nampak semakin jelas di perawakan tinggi gagah dan hidung mancung serta bola mata cokelat madu yang melelehkan hati kaum Hawa itu.Istri Nicky Jansen yang masih nampak awet muda tersebut tertawa kering seraya menjawab, "Ada undangan reuni SMA di Bandung, Indonesia!""Ohh ... pantas!" tukas Pedro paham, kunjungan mereka ke Indonesia memang sangat dibatasi oleh Nicky, ayahnya. "Tapi kalau untuk acara yang langka dan berkesan begitu masa sih nggak boleh, Mom?" lanjut Pedro berusaha memberi secercah harapan.Carrisa menaruh can
"Mencintaimu seumur hidupku, selamanya setia menanti. Walau di hati saja, seluruh hidupku. Selamanya. Kau tetap milikku."Lantunan lagu pamungkas di pesta pernikahan Martin dan Rihanna terasa mengharu biru. Rihanna memang merequest lagu yang dipopulerkan oleh Krisdayanti itu. Dia sempat menitikkan air matanya ketika berdansa di pelukan suaminya, cinta pertama yang awalnya bertepuk sebelah tangan."Jangan nangis dong, Sayang!" bujuk Martin sembari berdansa dengan langkah perlahan mengikuti irama lagu yang sedang dilantunkan biduanita bersuara bening di atas panggung dengan iringan home band.Tatapan mata Rihanna berkaca-kaca, dia menyunggingkan senyum sendu sembari menatap Martin. "Malam ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan buatku, Tin. Dahulu kupikir aku nggak akan pernah bisa menjadi wanita yang kau pilih menjadi istrimu. Cintaku itu hanya bisa kunikmati sendiri dalam diam!" ujarnya masih berdansa penuh perasaan.Martin menghela napas lalu menjawab, "Maafkan karena sadarku yang t
Ruangan di JCC Plenary Hall yang menjadi tempat acara resepsi Dokter Martin Bintoro dan Rihanna Annelika Razak dipadati lautan manusia karena undangan yang disebar berjumlah seribu dari kedua keluarga mereka.Keluarga kecil Cherry bersama tetangga mereka Bu Murni dan Bu Sundari baru saja sampai di sana. Mereka mengisi buku tamu lalu memasukkan amplop sumbangan. Penerima tamu berparas cantik dengan balutan dress anggun yang berwarna hijau pastel dari pihak wedding organizer menyerahkan cenderamata kepada mereka."Wah, pestane geden ya, Mbakyu!" seru Bu Sundari yang berasal asli dari Banyumas, Jawa Tengah. (Wah, pestanya besar-besaran ya, Kakak Perempuan!) "Iya. Wajar soalnya Rihanna putri bungsu terakhir yang menikah dan Martin juga jadi pewaris tunggal keluarga Bintoro, Jeng Sundari!" jawab Bu Inah maklum. Sebenarnya jika dibandingkan dengan acara pernikahan dengan putrinya dulu, ini menjadi hal yang miris untuk diperbandingkan. Jelas sudah status sosial mereka berbeda perlakuan.And
"Halo, selamat pagi!" sapa Nyonya Regina Jansen dengan wajah berseri-seri ketika memasuki kamar perawatan menantunya."Selamat pagi, Ma. Semalam maaf kami nggak membangunkan Mama sewaktu berangkat ke rumah sakit. Takut Mama kecapekan kalau ikut begadang!" jawab Carrisa seraya menerima kecupan sayang di pipi kanan kiri dari mama mertuanya.Namun, Nyonya Regina Jansen mengibaskan tangannya seraya berkata, "Sudah nggakpapa, yang terpenting semua sehat sesudah melahirkan. ASI kamu lancar 'kan, Carrisa?" "Syukur, lancar kok. Sudah minum bolak-balik dari tadi Pedro. Ini lagi aja kelar terus dia terlelap. Nggak rewel bocahnya, Ma. Apa mau coba gendong?" balas Carrisa yang kemudian menyerahkan bayinya ke Nyonya Regina.Wanita berumur yang masih nampak awet muda itu menggendong cucu bungsunya begitu fasih karena memang telah mengasuh banyak anak-anak selama puluhan tahun, empat anak kandung dan sepuluh cucu. "Wajah Pedro seperti jiplakan ayahnya sewaktu bayi. Oya, di mana Nicky?" ucap Nyonya
Nicky berdiri di balik punggung istrinya seraya mendekap calon ibu yang sedang hamil besar itu. Sebelum tidur Carrisa terbiasa membersihkan wajahnya dan menggunakan skincare agar kulitnya terhindar dari penuaan dini sedari muda. Sementara itu telapak tangan Nicky mengusap-usap lembut perut istrinya yang membuncit itu dari balik kain lingerie khusus wanita hamil."HPL kata dokter kapan sih? Lama amat ya!" ucap Nicky sembari mengecupi leher wanita kesayangannya yang wangi semerbak bunga."Sudah nggak sabar buat ketemu si jagoan kecil ya, Daddy?" goda Carrisa sambil terkikik. Dia lalu menjawab, "sebenernya ini telat dari HPL lima hari, Mas. Jadi bisa kapan saja sih!" Nicky mengerutkan keningnya lalu menyahut, "Berarti harus dipacu deh biar bisa pecah ketuban dan kontraksi. Beib, kita ML ya habis kamu kelar pake skincare, mau kusembur di dalam biar bisa lancar melahirkan. Udah telat pula nih!""Masih wajar bukannya ya? Kan baru telat HPL lima hari sih, Sayang!" kelit Carrisa lalu menutup
"Setelah menggelar beberapa kali persidangan maka Hakim memutuskan untuk mengabulkan gugatan cerai Saudara Martin Bintoro kepada Saudari Cherry Ayudia. Menyangkut harta gono-gini dan hak asuh anak disertakan dalam lampiran keputusan pengadilan agama Kota Bandung tertanggal hari ini!" tutur hakim ketua yang memimpin persidangan cerai pasangan muda itu. Ditutup dengan ketokan palu sebanyak tiga kali.Bisik-bisik riuh segera terdengar mengiringi kepergian hakim meninggalkan ruang persidangan. Martin dan Cherry pun berdiri saling berhadapan lalu mereka berjabat tangan."Selamat menjalani kehidupan barumu sebagai Nyonya Nicky Jansen ya, Cher. Semoga kamu bahagia bersamanya!" ujar Martin berusaha bersikap tegar menerima perceraian dengan wanita yang selalu dicintainya itu.Cherry dengan helaan napas dalam menjawab, "Kamu juga mau nikah sama Rihanna 'kan? Selamat membina biduk rumah tangga yang baru. Semoga langgeng sampai kakek nenek. Tentang Luther, kalau pun kamu nggak menjenguknya lagi p
Ketika Carrisa dan Nicky sampai di rumah duka di mana jenasah Nyonya Femmy Bintoro disemayamkan sebelum prosesi pemakaman, wanita itu terkejut membaca nama kakak perempuan Martin juga tertulis di papan karangan bunga duka cita. "Ya Tuhan, Mas ... itu nama kakaknya Martin lho yang tertera di papan. Namanya Nadira Feriska Bintoro. Apa dia juga meninggal dunia bersamaan dengan mamanya?!" ujar Carrisa seakan tak percaya. Tak lama setelah mobil Nicky dan Carrisa tiba di parkiran rumah duka, Bu Inah yang dibonceng oleh Andi bersama adiknya Vina yang duduk di tengah sepeda motor pun tiba. Dengan segera Carrisa menghampiri mereka ditemani oleh suaminya."Bu, ini apa benar kalau Kak Dira juga meninggal dunia?" tanya Carrisa dengan kening berkerut. "Iya, Cher. Kabarnya awalnya stroke lalu komplikasi gangguan pernapasan. Masih muda padahal, Ibu saja kaget karena Nadira itu usianya hanya beda beberapa tahun dari kamu 'kan? Jaga kesehatan ya kamu dan Nak Nicky, gaya hidup yang baik sedari muda
"Halo. Martin, kamu pulang ke Bandung sekarang juga kalau bisa. Kak Dira masuk rumah sakit dan mama kamu ... meninggal dunia, Nak!" ujar Pak Bambang Bintoro di telepon. Suaranya sengau karena baru saja menangisi kehilangan istrinya yang begitu mendadak.Putranya di ujung telepon terpaku berdiri di depan pintu ruang praktik. Martin baru saja selesai istirahat makan siang. Dia seolah tak percaya dengan berita duka yang didengarnya sendiri. "Halo, ini beneran, Pa?" tanya Martin memastikan."Iya, Tin. Masa Papa bercanda buat hal seserius ini? Mama kamu digigit ular berbisa di kebun belakang sewaktu dia mau panen buah melon. Papa sekarang di kamar jenasah Rumah Sakit Widya Harapan Medika. Kamu cepat ke sini, setidaknya ada yang bantuin Papa mengurus kakakmu atau mengikuti proses pengiriman jenasah ke rumah duka!" terang papanya dengan nada serius."Baik, Pa. Martin akan segera izin ke bagian administrasi rumah sakit agar shift praktik siang hingga malam diliburkan. Yang tabah ya, Pa, harus