แชร์

Bab 61

ผู้เขียน: Anana-chan
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-04-10 13:29:41

Prof. John mengengam tangan Aurora. Membiarkan semua orang yang berada di pesta itu memandangi mereka. Aurora meringis. Cengkraman Maya memberikan tanda merah di lengannya.

“Saya akan mengobatinya nanti.”

“Kamu tidak apa-apa kan?” sahut prof. John. Aurora menganggukan kepala. Dia kemudian menatap William di ujung sana. Lelaki itu hanya terdiam dan Maya terus mengawasinya. Mengapa pesta dansa ini mendadak menyeramkan? Pikirnya.

“Prof. John!” sahut Aurora lirih sambil menatap prof. John.

“Iya, ada apa?”

“Bisa kita pulang?”

“Kau tidak nyaman?” sergap prof. John segera. Aurora menganggukan kepala.

“Saya belum bisa pulang, lagi menunggu beberapa teman ayahku. Pestanya akan dimulai.” Tatapan nanar Aurora menatap William. Bola mata mereka bertemu beberapa detik di udara. Aurora menghela napas panjang. Mengeluarkan segala beban yang ada di dadanya saat ini.

“Tapi aku tidak nyaman.”

Aurora terus mengengam tangan prof. John. Tubuhnya benar-benar lemas seketika. Prof. John mengelus rambutnya den
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 62

    “Terima kasih, Prof. John. Tapi tahu kah kamu, aku akan dimarahi oleh William dan Maya. Sungguh, ini bukan ide baik,” gerutu Aurora saat dia baru saja turun dari kabin mobil.“Jangan terlalu takut, aku akan membebaskanmu jika kedua manusia itu berbuat buruk.”Aurora tidak menjawab. Dia segera masuk ke dalam mobil. Aurora berjalan menuju kamarnya. Margaret terus menatapnya di ujung sana.“Non, tadi tuan William dan Maya mencari anda.”“Seharusnya anda tidak keluar dengan lelaki itu!”“Lalu, di mana Maya dan William sekarang?” tanya Aurora. Dia melirik ke kiri dan ke kanan. Pasti William dan Maya sudah pulang lebih awal. Margaret menghela napas panjang.“Nona Maya sedang di luar, belum pulang bersama tuan William. Katanya, mereka sedang makan di salah satu restoran dulu.”“Oh, jadi begitu.” Aurora bergegas masuk ke dalam kamar. Dia menutup pintu dengan rapat. Aurora duduk di bibir ranjang sambil membayangkan apa yang dilihatnya malam ini. Maya bercinta? Perempuan itu bercinta dengan lel

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-10
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 63

    “Kau serius?”“Maya berselingkuh?”Joanna merapatkan tubuhnya ke arah Aurora. Dia menatap Aurora dengan bola mata membulat. Aurora menganggukan kepala.“Ya, aku melihatnya. Dia sedang bercinta dengan lelaki seperti Dominic.” Aurora melirik ke kiri dan ke kanan. Memastikan tidak ada yang mendengarkan percakapan mereka siang ini. Aurora menghela napas panjang. Dia mengusap wajahnya. Aurora memadangi laptop milik Joanna.Secepat mungkin dia mencari nama Dominic di laman pencarian. “Ah, aku sudah memikirkan hal ini jauh-jauh hari. Ya, ini memang benar. Perempuan itu bercinta dengan tuan Dominic.”“Dari awal aku sudah tahu sih.”“Tinggal bagaimana caranya si William mengetahui ini,” tukas Joanna. Aurora terus menuliskan nama Dominic di laman pencarian sambil mendengarkan Joanna berbicara. Bola matanya terbelalak saat membaca salah satu artikel.Rupanya Maya sudah bekerja sama dengan perusahaan Dominic. Lelaki itu mensponsori seluruh makeup dan baju yang digunakan Maya.“Pantas saja!” sahut

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-10
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 64

    Aurora segera ke kampus saat Joanna meneleponnya dan mengatakan bahwa dia harus mengurus beberapa berkasnya yang tertinggal. Aurora sebenarnya sangat kesal dengan semua ini.Sesampai di depan fakultas Seni. Aurora turun dan mengeluarkan beberapa lembar dollar untuk membayar biaya taksinya. Aurora menghela napas kasar. Uangnya sudah menipis dan William belum memberikannya uang lagi.“Aurora!” Joanna memanggilnya. Perempuan berkuncir kuda itu berlari ke arahnya.“Ada apa?” Aurora menatap Joanna yang tampak panik.“Setelah dari rumah sakit, aku menghampiri kantor tuan Dominic, aku penasaran saja, Aurora. Namun aku malah bertemu dengan Edward,” jelas Joanna panjang lebar. Mimik wajah Joanna begitu ketakutan.“Iya, apa kau melihat sesuatu?” tanyanya.Joanna menggelengkan kepala. “Tidak ada yang mencurigakan. Aku baru saja ingin naik ke atas namun aku sangat susah. Para pengawalnya menahanku di loby. Jadi yah, aku hanya bertemu dengan Edward.”“Sebaiknya kita membongkar perselingkuhan ini,

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-10
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 65

    Plak!Tamparan itu mengenai pipi William. Aurora bergegas menjauh dan segera berlari masuk ke dalam kamarnya. Maya berkacak pingang. Deru napasnya naik turun memandangi William yang baru saja datang.“Kau mengacaukan semuanya, William!”“Kau mengacaukan semuanya!” teriakan itu mengema. Margaret hanya bisa berdiri di depan pintu dan memandangi majikannya sedang berteriak. Wajah Maya memerah.“Kau mengakui perempuan itu sebagai istrimu? Apa kau tidak mengerti, William?”“Kau mengacaukan semuanya. Seluruh media akan menyerang kita dan mengabarkan hal yang buruk tentangku!” suara Maya meninggi. Dia menahan sesak di dadanya. Air matanya terus mengalir di pipi.“Aku mengizinkanmu bersamanya, memiliki anak dari perempuan lain. Namun, kau tidak seharusnya mengakuinya!”Emosi Maya semakin menjadi-jadi. Air matanya semakin lama semakin deras mengalir. Tangannya dikepal dengan kuat hingga urat tangannya terlihat jelas. Maya mengeluarkan segala emosi yang tertahan di dada.William menunduk ke baw

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-10
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 66

    “Sial, aku terlambat lagi!”Aurora segera turun dari kabin mobil. Dia bergegas berlari masuk ke dalam fakultas. Hari ini, dia akan mengikuti ujian lalu segera mengajukan cuti. Aurora perlu menenangkan diri dan tidak memikirkan hal yang berat.Seluruh pasang mata memandanginya. Aurora menghela napas panjang sambil terus berjalan. Dia tidak peduli dengan siapa pun. Ah, masa bodoh dengan semua itu, pikirnya.“Kau datang?”“Bagaimana?”“Apa William memberikanmu seorang pengawal?” Joanna memandangi Aurora dari ujung kepala sampai ujung kaki. Joanna melirik ke belakang Aurora. Memastikan bahwa perempuan itu memiliki pengawal. Namun, Aurora hanya sendiri.“Sepertinya William biasa saja, dia akan mengadakan konfrensi pers hari ini. Ah, aku bingung dengan keluarga itu!” ucap Aurora kesal. Joanna mengerutkan kening tidak mengerti.“Maksudmu, dia akan menjelaskan semua ini?” Aurora menganggukan kepala.“Tentu saja, dia akan menjelaskan kepada media mengenai aku dan semua yang terjadi kemarin. Ah

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-12
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 67

    Aurora bergegas masuk. Dia memandangi wajah Joanna yang terlihat sangat gugup. Sahabatnya itu terus mengengam tangannya.“Kau yakin, kita tidak akan di culik?” Joanna menatap Aurora.“Tenang saja, mungkin Antoni memiliki urusan di sini. Jadi, jangan takut!”Ting!Pintu lift terbuka, Aurora bergegas keluar mengikuti langkah kaki lelaki itu. Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia menatap lelaki berbaju hitam yang membawahnya ke sebuah ruangan.“Nona, tuan kami menunggu anda di dalam!” Aurora menatap ruangan yang bertuliskan nama direktur. Dia semakin ragu. Tidak mungkin Antoni menjadi direktur. Ah, ini penipuan.“Nona, ikut kami!” perintahnya lagi. Aurora tidak bergerak. Aurora menatap lelaki yang menyuruhnya mengikutinya. Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan.“Sial.”“Apa benar Antoni di dalam?” Aurora menyipitkan matanya menatap ruangan itu. Joanna mengengam tangannya. Tangan perempuan itu benar-benar sangat dingin.“Nona!”“

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-12
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 68

    “Gila!” Roy terus mengumpat. Dia kesal dengan konfrensi yang dilaksanakan keluarga Keller.“Mengapa mereka fokus kepada Maya tanpa memikirkan Aurora?”Roy terus mengumpat kesal. Dia tidak terima dengan semua ini. Prof. John hanya duduk sambil terus memandangi William dan Maya yang terus berciuman di layar tv. Sungguh, Aurora akan terluka dengan semua ini. Prof. John bergegas masuk ke dalam kamarnya.“Matikan saja, tidak menarik!” perintahnya. Prof. John mencari ponselnya untuk menghubungi Aurora. Hati Aurora pasti terluka dengan ini semua. Sungguh, Aurora butuh seseorang yang bisa menemaninya. Prof. John menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan.“Halo?”“Kau di mana?” tanya prof. John.“Aku akan menemuimu!” Setelah mengirimkan pesan suara, prof. John bergegas untuk menemuinya. Prof. John tahu, Aurora pastinya terluka. “Hai, mau ke mana?”Kening Roy berkerut memandangi prof. John yang sudah siap dengan coatnya. Lelaki tampan itu mencari kunci mobilnya. “Mau ke mana?”

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-12
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 69

    “Saya sudah tahu, kamu mencintainya.”“Bahkan sampai saat ini, saya tahu kamu tidak bisa pergi darinya!”“Walaupun William tidak mencintaimu, tapi saya tahu perasaanmu sangat dekat dengan William.”Prof. John memandang ke depan. Perasaanya kalud, bingung harus berkata apa. Prof. John tersenyum, dia memandangi Aurora dengan lekat.“Prof. John, sepertinya aku harus pulang!” Aurora bergegas berdiri. Dia bersiap-siap untuk berjalan meninggalkan prof. John. Aurora menghela napas panjang. Prof. John menarik tangannya. Membawah Aurora ke dalam pelukannya. Prof. John memeluk perempuan itu dengan erat.“Jangan sedih,” bisiknya. Aurora menggelengkan kepala. Dia berusaha terlepas dari pelukan lelaki itu.“Aku tidak sedih, prof. John. Jangan memelukku seperti ini!” Aurora berusaha mendorong tubuh lelaki itu untuk menjauh. Prof. John tidak ingin melepaskan pelukannya.“Jangan sedih,” serunya lagi.“Prof. John, aku tidak sedih. Jangan seperti ini, aku adalah istri tuan William sekarang!”Sekuat ten

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-12

บทล่าสุด

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 87

    “Kau cemburu?”“Ya, aku cemburu?”“Apa kau tidak tahu bahwa aku cemburu dengan apa yang kau lakukan dengan lelaki lain! Kamu berpelukan dengan prof. John!”“Apa kamu pikir itu tidak membuatku marah?” William berdecak kesal. Sorot matanya sangat tajam memandangi Aurora.“Apa maksudmu, William?”“Aku sama sekali tidak mengerti?” Aurora mengerutkan kening. William segera mengambil ponselnya dan menunjukan foto Aurora dan Prof. John yang saling berpelukan. Aurora mengusap wajahnya secara kasar. Siapa yang mengambil gambar mereka? Pikirnya.“Apa ini Aurora? Kau pikir aku tidak tahu?” William semakin keras mengengam tangan Aurora dan membuat perempuan itu merintih kesakitan.“William, lepaskan tanganku!”“Aku tidak mau ikut denganmu!”“Kau terlalu kasar, menganggap aku sampah dan tidak memperhatikanku, lepaskan aku!”Prof. John segera mengengam tangan William. Dia berusaha melepaskan Aurora dari tarikan kasar lelaki itu.“Tuan William, istri anda sakit!”“Jangan lakukan ini!” Prof. John men

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 86

    “Sial!”William melempar ponselnya saat melihat gambar Aurora dan prof. John berpelukan di depan apartemen. “Perempuan itu benar-benar murahan!” gerutunya.“Aku memberikannya apartemen, dia malah bersama lelaki lain!” Wajah William memerah, dia menahan emosi yang memuncak di dada. Secepat kilat dia memanggil Edward yang berjaga selalu di depan pintu kerjanya.“Edward!” teriaknya. Lelaki bertubuh tinggi itu segera menghampirinya.“Ada apa Tuan?”“Cepat jemput Aurora segera di kampus, bawah dia ke sini!” perintahnya.“Lihat, apa yang dia perbuat?” William mengambil ponselnya lalu menunjukan kepada Edward gambar yang baru saja diterimanya saat ini. Edward mengerutkan kening tidak mengerti.“Perempuan itu bersama lelaki lain.”“Paksa dia datang ke sini sekarang!”“Baik, Tuan!” Edward segera keluar. Tidak ada yang bisa menolak perintah William. Apapun yang dikatakan lelaki itu.“William?”Maya menghampiri suaminya. Wajahnya sangat pucat. Dia mengelus perutnya yang buncit. Maya menatap Wil

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 85

    Aurora memandangi jam dinding yang berada di dalam kamarnya saat ini, sudah pukul dua malam dan bola matanya belum bisa diajak bekerja sama. Aurora ingin terlelap tidur agar dia bisa ke kampus dan menyelesaikan tugas akhirnya. Aurora sudah memasuki semester terakhir tahun ini.Aurora menatap ponselnya. Semua baik-baik saja. Tidak ada yang menghubunginya sampai sekarang. Bahkan William tidak mengirimkannya pesan. Aurora semakin terheran, apa lelaki itu sama sekali tidak cemas kepadanya?Aurora menghela napas panjang. Dia berajalan menuju meja riasnya dan memandangi dirinya dari balik cermin.Seluruh isi media sosialnya mengabarkan mengenai kehamilan Maya. Tidak sedikit yang mengulas mengenai nasibnya ke depan. Tapi, Aurora tidak peduli. Dia sungguh sangat kesal dan sakit hati.Aurora berjalan mengambil air minum. Saat tangannya baru saja ingin mengambil gelas, Aurora mendengarkan langkah seorang sedang berjalan menuju apartemennya. Langkah kaki lelaki itu terdengar jelas dan membuat Au

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 84

    Maya membuka matanya. Dia meraba ke sampingnya dan William tidak ada. Maya berusaha untuk duduk. Dia mencari William di dalam kamar.“William?” panggilnya. Nihil, suaminya itu tidak berada di sampingnya atau dimana pun.“Di mana William?” serunya. Maya menyentuh kepalanya yang terasa sakit. Dia berjalan keluar dari dalam kamar sambil terus mencari William. Sudah pukul dua malam dan suaminya itu tidak berada di dalam kamar.“Di mana dia?”Maya menuju ruang kerja William. Ruangan itu terang dengan cahaya lampu. Maya berjalan pelan menuju pintu. Dari kejauhan, William sedang duduk di meja kerjanya sambil memegang ponsel.“Apapun itu, pantau dia dari jauh.”“Aku tidak ingin Aurora dalam keadaan bahaya di luar.”“Walaupun aku terlihat tidak memperdulikannya, namun aku menyayanginya.” Bola mata Maya terbelalak mendengarkan perkataan William.“Dia menyanyangi perempuan itu?” batinnya.“Tidak, itu tidak mungkin!”“William tidak mungkin semudah itu menyanyangi perempuan lain,” serunya kemudian

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 83

    Prof. John merasakan sesuatu yang dingin sedang mengecup tubuhnya. Kepalanya sangat sakit dan dia berusaha membuka matanya. Kecupan itu semakin nyata, memberikan sensasi tersendiri di tubuhnya.“Cicilia!” Bola mata prof. John terbelalak. Secara cepat, dia mendorong tubuh perempuan itu menjauh.“Apa yang kau lakukan di sini?” hardiknya. Cicilia memandangi prof. John. Dia mengerutkan kening tidak mengerti.“John, mengapa kau kasar sekali?” rintih Cicilia sambil menyentuh tangannya. Dia menangis di sudut tempat tidur karena dorongan prof. John yang melukainya. Prof. John segera mengambil bajunya dan berjalan keluar dari dalam kamar.“Pakai pakaianmu dan jangan lakukan itu!” perintah Prof. John ketus. Dia berjalan meninggalkan Cicilia yang menangis di depannya.Prof. John menghela napas panjang. “Aku tidak suka dengan tindakanmu seperti ini, Cicilia!” serunya dari luar. Cicilia mengambil bajunya yang tercecer di lantai. Dia menggunakannya kembali lalu turun dari tempat tidur. Cicilia frus

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 82

    Sudah ada tiga gelas wiski yang terjatuh dari atas meja. Roy mengusap wajahnya kesal. Prof. John sama sekali tidak ingin berhenti minum malam ini.“John, aku tahu kau sedang frustasi. Tapi, kamu pasti bisa berpikir cerdas.”“Kamu memiliki karier yang bagus, kamu tampan dan kaya raya. Kamu bisa mendapatkan perempuan mana pun. Hanya karena Aurora, perempuan asing itu, kau seperti ini?”“Ah, John. Kamu benar-benar lemah!” hardik Roy. Dia duduk di atas meja sambil menyilangkan kakinya. John tidak peduli ucapan lelaki itu.“Aku mencintai, Aurora!”Prof. John menoleh ke arah Roy. Bola mata prof. John berkabut. Dia melepaskan kacamatanya dan menundukan wajahnya ke bawah. Roy menghela napas panjang.“Oke, apa yang kamu butuhkan sekarang, John?”“Meminta Aurora untuk menghubungimu?” tanyanya. Prof. John menggelengkan kepala.“Aku akan hubungi Cicilia, kamu sepertinya sedang mabuk. Tunggu di sini!” Roy bergegas menuju tangga yang menghubungkan kamarnya dengan lantai dua. Roy mengambil ponselnya

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 81

    Aurora terbangun lebih awal. Dia memikirkan mengenai rencana Cicilia untuk membawahnya keluar dari Nevada demi kelangsungan hubungan dirinya dengan Prof. John. Cicilia sudah mengirimkan tiket dan juga foto rumah yang bisa ditempati Aurora di Italia.Aurora menghela napas panjang. Hubungan dengan ibunya tidak baik saat ini. Hari ini, nyonya Rebeca sudah bisa keluar dari rumah sakit. Namun, perempuan paruh baya itu tidak ingin jika Aurora yang menjemputnya.“Ibu, aku akan menyuruh pengawal William untuk menjemputmu,” ucap Aurora melalui sambungan telepon.“Aku tidak mau!”“Apapun itu, aku tidak mau, Aurora! Aku ingin prof. John saja. Lelaki itu lebih lembut dan juga lebih jelas.”“Maksud ibu, apakah William tidak jelas?” sergap Aurora kemudian.“Putriku, kau tahu kan kalo William sudah beristri dan hanya menjadikanmu simpanan di rumah itu? Ah, ibu terluka mendengarkannya.”“Bahkan di ruang publik pun, dia tidak ingin mengakuimu. Ibu tidak mau putri ibu diperlakukan buruk.”“Aku akan men

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 80

    Cicilia menangis terisak di taman kampus. Luka hatinya tidak akan terobati. Prof. John begitu kasar. Padahal saat di Inggris, lelaki itu selalu menyanyanginya dan bersikap lembut. Prof. John sangat mencintainya dan entah mengapa, dia tiba-tiba berubah seketika.Cicilia berusaha menenangkan dirinya namun air matanya terus mengalir. Dia sudah menghubungi Aurora agar segera menemaninya.“Cicilia!”Aurora panik saat melihat wajah Cicilia penuh dengan air mata. Tubuh perempuan itu bergetar bahkan suaranya sangat pelan, hampir tidak terdengar. Cicilia memeluk Aurora dan terisak di dalam pelukan perempuan itu.“Aurora, tolong aku!”“Aku sangat mencintai Prof. John. Dia adalah lelaki yang aku sayangi. Apa kau bisa menolongku?” Cicilia terus menangis. Aurora menghela napas panjang. Dia melepaskan pelukan Cicilia.“Ada apa?”“Aku sudah menghindarinya. Apa dia melukaimu?” Aurora memandangi Cicilia. Perempuan itu menganggukan kepala.“Aurora, aku mohon kepadamu. Aku mohon kepadamu!” pinta Cicilia

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 79

    “Jadi, pernikahan ini hanya secara paksa?” Nyonya Rebeca memandangi Aurora yang duduk di depannya. Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia menganggukan kepala secara perlahan.“Kau mencintainya?” Nyonya Rebeca menyipitkan mata memandangi putrinya itu. Aurora menongakan wajahnya dan menggelengkan kepala.“Aku tidak mencintainya.”“Tapi apa? Mengapa kau melakukan ini Aurora?” sergap Nyonya Rebeca kemudian. Aurora menghela napas kasar di udara.“Aku tidak memiliki uang sepeser pun untuk biaya ibu, aku melakukan ini untuk ibu.”“Kamu hamil?” tanya nyonya Rebeca. Dia menatap Aurora yang tertunduk lemas di hadapannya. Aurora menganggukan kepala.“Tuhan, mengapa kau mengorbankan dirimu sendiri, Aurora?”“Apa kau tidak tahu? Prof. John menyukaimu dan lelaki itu bisa membantu kita! Ah, kau benar-benar bodoh!” cetus nyonya Rebeca. Dia tidak mengerti dengan jalan pikiran putrinya sendiri.Aurora terlihat sangat lemas. “Bagaimana jika William membuangmu? Prof. John b

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status