Share

Bab 0231

Penulis: Jus Strawberi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-12 14:52:27
"Kak Mustika, Siska, kalian akhirnya pulang juga."

Fabian tampak masih sekitar 40-an. Dia mengenakan setelan formal dan rambut yang disisir rapi.

Dia diikuti oleh seseorang yang melangkah maju untuk mengambil koper di tangan Siska.

Mata Fabian terhenti pada Yara. "Siska, ini sahabatmu itu?"

"Iya Paman, dia Rara." Siska sudah memberi tahu keluarganya terlebih dahulu bahwa dia akan membawa seorang teman.

Yara melangkah ke depan dan menyapanya. "Halo Paman, maaf harus merepotkan kalian."

"Nggak kok. Selamat datang." Fabian secara pribadi mengambil barang bawaan Yara dan memimpin semua orang keluar dari stasiun. "Ayo. Mobilnya sedang diambil, kita tunggu di pinggir jalan."

"Ayo." Siska tersenyum. "Paman naik pangkat lagi? Sudah punya sopir sekarang."

"Naik pangkat apa?" Fabian tampak seperti seseorang yang banyak bicara. "Daerah kita 'kan mau dikembangkan. Aku jadi wakil ketua tim pengembangnya."

"Memangnya mau dibangun apa di tempat kita?" Mustika membuka mulut untuk pertama kalinya. Nada
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0232

    Tanpa sadar, dia menatap ibunya di sampingnya. Mata Mustika sudah memerah.Wanita tua itu berdiri perlahan, berjalan tertatih-tatih dan menatap Mustika. "Kamu ... Mustika?""Bu!" Tanpa diduga, Mustika tiba-tiba berlutut. "Bu, aku Mustika!""Bu, kamu sedang apa? Ayo bangun." Siska kaget dan segera menarik Mustika.Akan tetapi, Mustika tidak mau diajak bangun. Dia menatap wanita tua di depannya dengan mata berkaca-kaca. "Bu, maafkan aku, aku anak durhaka dan nggak pernah pulang."Wanita tua itu mendengus dan mengumpat dengan suara rendah, "Anak nggak tahu terima kasih, masih ingat jalan pulang?"Siska kaget dan langsung menjelaskan pada neneknya, "Nenek, ibuku ...""Oke." Fabian tiba-tiba berkata datar, "Kakak akhirnya pulang juga, Bu, kamu ingin membuatnya lari lagi?"Dia menarik Mustika dengan satu tangan. "Kamu juga, buat apa berlutut? Malu dilihat orang."Sambil mengatakan ini, dia melirik ke arah Yara.Yara cepat-cepat menggelengkan kepalanya. Meski kejadian di depannya ini membuatn

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0233

    Tak disangka, wanita tua itu langsung meledak.Dia berkacak pinggang dan menuding ke arah Siska sambil mengumpat, "Gadis murahan. Nggak jauh-jauh dari ibumu yang nggak tahu terima kasih itu. Sampah!"Yara dan Siska seketika tertegun."Punya wajah cantik nggak ada gunanya. Cari laki-laki saja nggak bisa. Pantas kalau ditipu dan dicampakkan. Nggak bisa apa-apa!" Wanita tua itu masih mengumpat. "Masih muda nggak tahu sopan santun, berani-beraninya melawan omonganku. Nggak takut disambar petir!"Untuk pertama kalinya, Siska merasakan saat kata-kata hanya tersangkut di tenggorokannya. Dituding dan dimarahi di depan mukanya.Tiba-tiba, dia paham alasan Mustika tidak pernah pulang ke rumah dan enggan menghubungi keluarganya selama bertahun-tahun.Dia menatap Yara, meminta maaf.Yara menggeleng dan terlebih dahulu menghampiri wanita tua itu untuk menghiburnya. "Nenek, Siska nggak bermaksud jahat, jangan marah."Wanita tua itu sudah kelewat marah. Dia memegangi dadanya dan terengah-engah. Jika

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0234

    Mustika tersenyum getir. "Ya, nenekmu lebih sayang dengan pamanmu dan menganggapku sebagai beban. Jadi, aku dulu menikah dengan ayahmu untuk melarikan diri dari keluarga ini. Melarikan diri dari sini."Siska dan Yara sama-sama mengerutkan kening.Mustika menggenggam tangan kedua anak itu. "Tapi ternyata ibu salah. Kata orang, pernikahan adalah kehidupan kedua seorang wanita. Mungkin ada benarnya juga. Di kehidupan pertama, kita nggak bisa memilih. Tapi yang kedua ..."Dia menepuk tangan mereka dan mengingatkan, "Kalian harus berhati-hati.""Bu." Suara Siska seperti menahan tangis. "Jadi Ibu menyesal sekarang?""Bicara apa kamu, Ibu nggak menyesal." Suara Mustika terdengar sedikit lebih gembira. "Ibu punya kamu sekarang. Yang lain-lain sudah nggak penting lagi."Air mata yang dibendung Siska akhirnya pecah.Dia membenamkan wajahnya di bahu Mustika dan memeluk Mustika dengan lembut.Yara juga sedikit trenyuh. Dia memandangi perutnya saat ini, tampak semakin bertekad untuk melahirkan mere

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0235

    "Kami?"Siska langsung menggeleng. "Kalau kami berdua punya otak untuk pekerjaan seperti itu, sudah sejak dulu kami kaya raya."Namun, Fabian tetap keras kepala dan tidak mau melepaskan mereka."Kalian nggak harus apa-apa, cuma menemani di tempat saja. Lebih bagus lagi kalau bisa ikut bicara."Fabian menoleh kepada Yara. "Ini menyangkut kehidupan banyak orang di Wulindra. Kalau negosiasinya gagal dan mendapat kesepakatan yang nggak terlalu menguntungkan, aku akan merasa bersalah. Anggap saja kalian sedang membantu semua orang.""Mereka cuma gadis kecil, memangnya bisa bantu apa?" Nenek mengerutkan bibirnya dengan jijik."Bu, mereka pernah kuliah dan tinggal di kota besar." Fabian sama sekali tidak menatap ibunya. "Malah kamu yang nggak ngerti apa-apa, jadi nggak usah berisik."Wanita tua itu tidak marah. Dia sepertinya sangat menyukai Yara dan membantu membujuk Yara, "Rara, tolong bantu pamanmu."Meski Yara enggan, dua orang yang lebih tua darinya sudah angkat bicara. Mereka mungkin me

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0236

    Tak lama kemudian, mereka tiba di kantor tim pengembang. Mereka mengatakan bahwa orang-orang dari developer sudah menunggu di ruang konferensi.Fabian memimpin jalan ke sana, menyuruh Yara dan Siska untuk tetap berpegang pada harga 20 juta per meter persegi dan jangan pernah mundur.Mereka diam-diam memutuskan untuk tidak mengucapkan sepatah kata pun.Ketika tiba di ruang konferensi, di dalam sudah ada seorang pria paruh baya berusia antara 40 atau 50 tahun bersama dua orang pengikutnya.Melihat Yara dan Siska, pria paruh baya itu tampak tercengang. "Oh, sepertinya Pak Fabian datang dengan persiapan yang matang hari ini dan meminta bantuan.""Bukan bantuan. Mereka keponakan saya. Mereka peduli juga dengan masalah ini dan ingin ikut menyaksikan prosesnya."Fabian memperkenalkan dengan wajah bangga, "Ini penanggung jawab proyek dari Perusahaan Lastana, Pak Juno Hilmawan.""Ini Yara Lubis, dan ini Siska Jayadi. Semuanya, silakan duduk."Yara dan Siska berdiri dengan wajah pucat.Siska mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0237

    Di ruang pribadi, Siska menarik sebuah kursi dan duduk di samping Yara."Bagaimana perasaanmu?" Dia menepuk punggung Yara dengan lembut dan menatap wajah Yara yang tampak pucat.Yara menggeleng dan tersenyum pahit. "Aku nggak nyangka Perusahaan Lastana mau mengembangkan tempat ini.""Nggak sama sekali." Siska mendesah. "Nggak apa-apa, sekali ini saja. Setelahnya nggak akan ada urusan lagi.""Lagian, ini pasti cuma proyek kecil bagi Perusahaan Lastana, ya 'kan?" katanya. "Yudha mungkin nggak perlu datang.""Semoga begitu." Yara benar-benar tidak tahu seberapa kuat keuangan Perusahaan Lastana dan apa yang biasanya menyibukkan Yudha di perusahaan itu.Namun, satu hal yang dia yakini adalah orang-orang sekelas Fabian tidak akan pernah menemui Yudha.Keduanya menghibur satu sama lain untuk sementara waktu dan sepakat akan pergi jalan-jalan setelah makan siang untuk mencerahkan suasana hati.Fabian dan Juno segera kembali dan membawakan minuman, diikuti pelayan yang menyajikan makanan.Kedua

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0238

    Yara mengerutkan kening, "Siska. Aneh, kenapa dia nggak jawab teleponku?"Fabian mengalihkan pandangan sejenak. "Mungkin sedang bersenang-senang ngobrol dengan Pak Juno. Bagaimana kalau kita berkeliling dan membiarkan mereka mengobrol? Aku tahu kamu nggak suka Juno itu. Aku juga nggak suka. Tapi demi kepentingan orang-orang, aku nggak punya pilihan selain menyenangkan dia.""Cepat kembali." Yara tergesa-gesa kembali ke restoran. Siska masih belum menjawab telepon dan seluruh hatinya berdebar."Kenapa harus buru-buru?" Fabian mengikuti di belakang. "Mereka sedang ngobrol. Mungkin dia nggak mau diganggu, makanya teleponnya nggak angkat."Yara berbalik dan menatapnya dengan ekspresi tidak ramah.Fabian menggeleng. "Kamu ini masih kecil, nggak ngerti sama sekali cara pikir Siska. Dia itu seperti ibunya yang ...""Apa maksudmu?" kata Yara dingin."Apa kamu tahu bagaimana ibunya bertemu ayahnya saat itu?" Fabian tampak menghina. "Baru kenal online beberapa hari saja, ibunya kabur bersama pri

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0239

    Fabian melihat Yara benar-benar menelepon polisi, jadi dia segera pergi menelepon Juno dengan panik.Namun, teleponnya tidak dijawab juga. Jadi dia mengirim pesan: "Kalian pergi ke mana? Cepat kembali!"Dia berpikir sejenak dan mengirim pesan lain: "Yara telepon polisi."Ketika Yara menoleh kepadanya kembali, dia bertanya dengan ekspresi dingin, "Kamu beneran nggak tahu mereka di mana? Aku sudah telepon polisi. Kalau terjadi sesuatu ...""Aku beneran nggak tahu." Fabian hampir menangis. "Siska itu keponakanku. Mana mungkin aku menyakiti dia?"Yara sangat cemas. Tiba-tiba dia memikirkan sesuatu dan segera menyingkir untuk menelepon seseorang.Revan sedang rapat ketika melihat panggilan masuk itu. Rapatnya sangat penting dan dipimpin oleh Yudha sendiri.Dia bergumul dalam hati sejenak, bingung apakah harus menjawabnya atau tidak, kemudian dia melihat Yudha menatapnya.Tanpa ragu, dia buru-buru bangkit dan menunjukkan ponselnya kepada Yudha.Penelepon yang ditampilkan bernama "Nyonya". Re

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12

Bab terbaru

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0627

    Pada hari yang telah disepakati, Yudha menerima telepon dari Revan di pagi hari."Pak Yudha, saya di Meria sekarang, sedang menunggu penerbangan pulang. Seluruh informasinya sudah hampir lengkap.""Bagus." Yudha agak terkejut. Dia tidak menyangka Revan perlu pergi ke Meria. dia menambahkan, "Hati-hati di perjalanan. Aku tunggu kepulanganmu.""Pak Yudha." Revan menatap dokumen di tangannya. "Saya akan pergi ke rumahmu setelah sampai di sana. Sebelum itu ... siapkan mentalmu.""Oke." Yudha menutup telepon. Dia sebenarnya merasakan sedikit firasat buruk dalam hatinya.Dia menatap kalender dan melihat hari persidangan perceraiannya akan tiba dua hari lagi. Masih ada waktu.Satu hari terasa sangat panjang bagi Yudha. Dia meninggalkan semua pekerjaan dan kembali ke rumah keluarga besar untuk bermain sebentar dengan Agnes dan Yovi, lalu kembali ke vilanya dan menunggu.Agnes bertanya, "Kerjaanmu hari ini sudah selesai 'kan? Kenapa buru-buru pergi? Temani anakmu lebih lama lagi."Sejak ada Yov

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0626

    Saat masuk ke ruang tamu, Santo jelas merasa agak malu, tapi Felix dan Gio bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan bicara dengannya seperti biasa.Yara membawa album foto yang baru diambilnya dan mereka semua berkumpul untuk melihat."Ayah, lihat, ini foto pernikahanmu. Kalian masih sangat muda waktu itu, sangat tampan dan cantik."Santo tersenyum dan mengulurkan tangan untuk menyentuh Zaina di foto itu."Senyum Ibu sangat cantik di foto ini. Yang ini, Ayah, kamu sangat tampan ...."Sambil berbicara, Yara memperhatikan ekspresi Santo. Di dalamnya banyak foto-foto Melanie. Dia berusaha untuk menyebutnya sesedikit mungkin.Lambat laun, raut wajah Santo menjadi semakin serius.Tiba-tiba, air mata menetes membasahi album foto."Ayah, kamu kenapa?" Yara sedikit panik dan berusaha menyingkirkan album foto itu. "Kita lihat besok lagi saja, nggak apa-apa."Santo menunduk. Tangannya membelai wanita yang ada di foto tersebut dengan penuh kasih sayang. "Kenapa aku nggak pulang lebih cepat

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0625

    Segera setelah pintu kamar mandi terbuka, bau menyengat menghantam. Ada noda air berwarna kuning di lantai. Tidak perlu ditanya lagi apa itu.Santo membelakangi semua orang, meringkuk di sudut ruangan. Seluruh tubuhnya gemetar."Kalian keluar dulu." Yara merasa dadanya sangat sesak dan meminta semuanya pergi."Rara, nggak apa-apa, biarkan aku membantumu." Siska bergegas berkata."Nggak usah." Yara menggeleng dan menatap mereka dengan memohon, "Keluar dulu, oke? Keluar!""Ayo, kita tunggu di ruang tamu." Gio akhirnya merespons, mengangguk kepada Yara, dan menarik pergi Felix dan Siska.Yara berdiri di ambang pintu, mengendus-endus, dan berseru lirih, "Ayah, mereka sudah pergi. Nggak apa-apa."Santo masih meringkuk di pojokan.Dia adalah kepala keluarga Lubis, yang berwibawa dan terhormat seumur hidup. Tapi sekarang ... pikirannya sudah tidak jernih lagi dan menghadapi hal semacam ini saja tidak bisa."Ayah!" Yara dengan hati-hati melangkah maju dan menarik lembut pakaian Santo. "Ayah, n

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0624

    Yara juga berdiri dan menatap mata Melanie. "Bahkan meski mereka tahu kebenarannya dan menukar kita kembali, mereka tetap akan sangat mencintaimu dengan kasih sayang yang sama.""Melanie, kamu kehilangan dua orang yang paling menyayangimu. Kamu benar-benar nggak menyesalinya?" Yara sedikit emosional."Nggak!" kata Melanie dengan sangat tegas. "Yara, asal kamu tahu, nggak ada kata "menyesal" dalam kamus hidupku. Ambil barang-barangmu dan cepat pergi. Nggak usah ngoceh nggak jelas di sini."Yara menggelengkan kepalanya, mengambil album foto itu dan mengatakan satu hal lagi, "Jaga dirimu baik-baik."Dia keluar dari vila, mengucapkan selamat tinggal kepada Amel, dan segera pergi.Amel kembali ke vila dan melihat Melanie melamun sambil memandangi foto Zaina. Dia bertanya dengan suara kecil, "Bu, kamu juga kangen ibumu?""Dia bukan ibuku." Melanie mengambil foto itu dari dinding dan melemparkannya ke lantai. "Aku nggak kangen dia. Nggak sedikit pun!"Orang yang paling disayangi Zaina semasa

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0623

    Setelah kehilangan Santo sekali, Yara dan yang lainnya tidak berani ceroboh lagi, terutama Siska."Rara, aku janji nggak akan membiarkan Paman Santo lepas dari pandanganku."Yara tertawa sambil menggelengkan kepalanya. "Oke, tutup pintunya, dia nggak akan bisa keluar. Aku keluar sebentar."Karena Santo selalu bicara soal menemui Zaina, Yara ingin pergi ke rumah keluarga Lubis untuk mengambil foto-foto Zaina. Dia sudah menelepon Melanie.Sampai di sana, dia melihat Amel sudah menunggunya dari kejauhan."Bibi Rara!" Amel melihat kedatangannya dan langsung berlari menghampiri. "Bibi Rara, kamu di sini."Yara memeluk Amel. "Wah, Amel sudah tambah tinggi dan cantik.""Bibi Rara juga tambah cantik," balas si kecil bermulut manis.Yara membawanya masuk ke dalam vila. Melanie sudah menunggu di ruang tamu."Barangnya di lantai atas, mungkin di kamar mereka." Melanie bangkit dan berjalan ke arah tangga. "Ayo kuantar ke atas.""Terima kasih." Yara meminta Amel bermain sendirian dan mengikuti ke a

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0622

    Ini pertama kalinya Amel melihat Yudha berbicara sangat serius dengannya. Wajahnya langsung terlihat takut dan dia berbisik, "Amel kasihan sama Ibu.""Ibumu kenapa?" Yudha berjongkok dan sedikit melunakkan nada bicaranya.Amel menggeleng dan mengulangi, "Ibu kasihan sekali."Yudha tidak bertanya lagi dan mengelus kepala si kecil. "Amel, mungkin suasana hati ibumu sedang buruk. Paman akan menghiburnya, tenang saja.""Terima kasih, Paman." Amel menghela napas dan melanjutkan bermain.Yudha duduk di sofa dan menunggu. Pikirannya terus terbayang penampilan Melanie barusan. Gelagatnya seperti orang mabuk, tapi tidak ada bau alkohol sama sekali di dalam kamar. Bau itu ...Yudha belum pernah merasakan bau seperti itu sebelumnya. Menyengat dan sangat tidak enak.Dia menunggu beberapa saat dan kemudian melihat Melanie turun. Melanie sudah berganti pakaian dan menata rambutnya, nyaris seperti orang yang berbeda, membuat Yudha bertanya-tanya apakah yang dilihatnya tadi itu hanya ilusi."Yudha, ke

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0621

    Selama beberapa hari berikutnya, Yara menghabiskan waktu bersama Yola dan Santo di siang hari. Lalu malamnya mengerjakan desain perhiasan bertemakan "Pulau" itu.Tapi, inspirasinya seakan sedang surut dan ide-ide yang dia pikirkan masih kurang memuaskan.Sidang perceraiannya semakin dekat.Di suatu sore, Yudha menerima telepon dari Amel sebelum pulang dari kantor."Paman sedang sibuk?" ucap gadis kecil itu dengan suara manis. "Amel sudah lama nggak ketemu Paman. Paman sedang sibuk bersama adikku ya?"Yudha terdiam. Beberapa waktu telah berlalu sejak Yovian datang ke rumah. Dia memang sudah lama belum bertemu Amel.Sejenak, dia merasa malu. "Paman minta maaf. Malam ini Paman ke rumahmu, oke?""Sekarang saja. Ayo makan di luar bersama Ibu." Amel tertawa usil. "Tapi jangan bilang Ibu. Beri dia kejutan.""Oke." Yudha menjawab ringan.Dia membereskan pekerjaannya sebentar dan segera pergi ke rumah keluarga Lubis. Tak disangka, Amel sudah menunggu di depan pintu."Amel ...""Ssst!" Amel mene

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0620

    "Nggak mungkin." Yara berpikir, satu-satunya pria yang dekat dengannya baru-baru ini adalah Felix.Menurutnya, dengan sifat Felix, dia tidak mungkin punya ini seperti ini. Saran dari Gio juga rasanya tidak mungkin sampai ke sini.Dia tidak tahu siapa lagi yang mungkin."Rara, gawat!"Yara tiba-tiba mendengar suara Siska dari belakangnya. Dia buru-buru menutup telepon. "Safira, aku ada urusan mendadak. Sampai di sini dulu ya, terima kasih!""Ada apa?" Dia menatap Siska dengan cemas."Ayahmu ... ayahmu hilang." Siska terengah-engah karena kelelahan. Dia jelas sudah mencari di sekitar untuk mencoba mencarinya sebelum memberi tahu Yara.Suaranya seperti menahan tangisan. "Kami terlalu fokus dengan Yola. Aku nggak tahu sejak kapan ayahmu pergi.""Nggak apa-apa. Tolong jaga Yola dulu, aku akan mencarinya." Yara menenangkan Siska dan segera menelepon polisi.Setelah menelepon polisi, dia menelepon Felix dan Gio."Oke, jangan khawatir, kami akan membantu mencari." Felix menenangkan Yara dan me

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0619

    Keesokan harinya setelah sarapan, cuaca di luar sangat cerah. Yara ingin mengajak Yola dan Santo berjalan-jalan."Aku ikut juga." Siska melambaikan kedua tangannya. Reaksi kehamilannya sudah jauh membaik akhir-akhir ini. Usia kandungannya sudah lima minggu.Yara meminta pengasuh memakaikan baju kepada Yola sementara dia pergi membantu Santo."Ayah, ganti baju dulu, lalu pergi jalan-jalan, oke?""Jalan-jalan?" Santo berpikir sejenak, "Ketemu Zaina?"Hati Yara terasa pilu. Dia hanya bisa berbohong, "Ya, jalan-jalan, menemui ibuku. Ayo Ayah, aku bantu pakai baju.""Oke, ketemu Zaina, ketemu Zaina ..." Santo terus bergumam dan segera berganti pakaian.Mereka turun ke bawah dan pergi ke lapangan kompleks. Yola di dalam kereta dorong bayi. Mata lebarnya berkedip-kedip, melihat ke mana-mana penuh rasa ingin tahu.Yara awalnya khawatir anaknya terlalu kecil untuk dibawa keluar. Tapi pengasuhnya mengatakan bahwa Yola tumbuh dengan sangat baik. Cuacanya sedang bagus, tidak terlalu dingin dan tid

DMCA.com Protection Status